Di balik jubah hitam itu, gadis muda tersebut menampilkan kecantikan yang dapat menjatuhkan kota dan negara.
Matanya seperti air musim gugur, tulang seperti giok kristal, dia adalah deskripsi yang paling tepat; seperti anggrek yang kesepian di lembah terpencil, dia memiliki aura yang bukan dari dunia ini saat dia berdiri dengan tenang.
Mata adalah jendela jiwa, matanya luar biasa murni, seolah-olah mengandung sumber mata air musim gugur, dengan bulu mata panjang dan lentik yang bergetar lembut, dia tampak menawan dengan keluguan yang polos dan menggemaskan.
Hidungnya yang halus dan bibir merah mengkilap yang sedikit terbuka memperlihatkan gigi putih bersalju berkilau dengan kilauan seperti kristal.
Meski diselimuti jubah hitam, lekuk tubuhnya yang lembut samar-samar terlihat—lentur seperti pohon willow, rambutnya seperti awan mengalir turun bagaikan air terjun setinggi tiga ribu kaki, memantulkan sosok manusia, secara alami menyebar di belakangnya.