Keluar dari arsip kuno di Lorong-Lorong Ingatan, dengan beban kebenaran tentang Zoadz dan Orbital menekan pundak mereka, Rei dan Yumi memulai perjalanan mereka ke Inti. Getaran yang mereka rasakan dari kedalaman stasiun kini tidak hanya misteri yang mengganggu, tetapi adalah target – sumber dari ancaman kuno yang menginginkan kehancuran segala sesuatu yang mereka wakili.
Rei memimpin. Meskipun ia belum pernah mencapai Inti itu sendiri – area itu adalah tabu, hanya dikenal dari catatan dan rumor – ia tahu rute dasarnya. Itu adalah jalan turun yang curam, melalui bagian stasiun yang bahkan lebih tua dan lebih tidak terawat daripada Lorong-Lorong Ingatan. Udara menjadi dingin, terasa berat, dan keheningan alami Orbital di sini terasa lebih dalam, hampir menelan getaran.
Saat mereka melangkah semakin dalam, getaran gelisah Zoadz menjadi lebih kuat, lebih dominan. Itu tidak lagi hanya berdenyut di bawah permukaan; ia adalah arus bawah yang kuat yang menarik segalanya ke dalamnya. Rei merasakan getaran itu menusuk ke tulang-tulangnya, rasanya seperti ada sesuatu yang mencoba memilah-milah getaran penyusun dirinya, memecahnya menjadi ketiadaan. Sensasi 'keinginan untuk hening' yang ia rasakan di dekat pintu disegel kini terasa meresap di udara, seperti tekanan fisik yang tidak terlihat yang mencoba menekan semua getaran.
"Getaran... sangat... kuat," getaran Rei, melalui lempengan, memancarkan rasa sakit dan ketegangan. Getarannya memancarkan konsep 'menusuk', 'menekan'.
Yumi merasakan getaran itu melalui lempengan, dan juga merasakan getaran gelisah di sekitarnya yang semakin intens. Bagi Teknomasernya, itu terasa seperti medan energi anti-resonansi, mengganggu kohesi materi pada tingkat vibrasi fundamental. Rasanya seperti berada di dekat lubang hitam yang menyerap getaran, bukan hanya cahaya. "Ya. Energi... disruptif... makin... kuat."
Mereka harus melintasi area yang runtuh, menghindari peralatan magitek tua yang rapuh tergantung dari langit-langit, dan menavigasi melalui koridor yang gelap gulita yang tidak memiliki penerangan artifisial. Rei, terbiasa dengan kegelapan dan navigasi melalui getaran, memimpin jalan. Yumi mengandalkan pandangannya yang beradaptasi dengan cahaya redup dan, yang lebih penting, kepekaannya yang meningkat terhadap getaran.
Saat mereka semakin dekat ke Inti, Zoadz mulai memanifestasikan pengaruhnya dalam cara yang lebih langsung. Tidak hanya getaran gelisah, tetapi juga gangguan pada stasiun itu sendiri. Mereka melewati pintu kedap udara yang berderit sunyi saat terbuka, getarannya terasa kasar dan tidak teratur. Mereka melihat panel dinding yang bergetar halus tanpa alasan yang jelas. Sesekali, getaran stasiun yang stabil di sekitar mereka akan berfluktuasi liar, naik dan turun seperti gelombang di lautan yang marah.
Dan 'kesan' sensorik yang Rei alami sebelumnya menjadi lebih sering dan intens. Kilatan cahaya hantu di sudut mata, bayangan yang menari di kegelapan, dan bisikan sonik yang terdistorsi di ambang pendengarannya yang tidak ada. Sensasi ini terasa terkait langsung dengan lonjakan getaran Zoadz.
"Kesan... lagi," getaran Rei, memancarkan kebingungan dan rasa tidak nyaman. Getarannya memancarkan konsep 'lihat... tanpa mata', 'dengar... tanpa telinga'.
Yumi merasakan getaran Rei, merasakan ketidaknyamanan mentalnya. Dia juga merasakan lonjakan energi disruptif yang menyertai 'kesan' itu. "Energi... Zoadz... mempengaruhi... sensori?" Getarannya memancarkan hipotesis ilmiah.
Rei tidak tahu apakah itu Zoadz yang memproyeksikan sesuatu ke dalam kesadarannya, atau apakah itu adalah efek samping dari kepekaannya sendiri yang bereaksi terhadap energi primordial itu. Dia hanya tahu itu mengganggu, mengaburkan batas antara kenyataan getarannya dan semacam alam sensorik asing yang terkait dengan Zoadz.
Perjalanan mereka juga menguji jembatan komunikasi mereka. Di beberapa area, getaran Zoadz begitu kuat sehingga terasa mengganggu kemampuan lempengan untuk menerjemahkan. Getaran yang mereka kirimkan menjadi terdistorsi, makna yang disampaikan menjadi kabur.
"Sulit... komunikasi... di sini," getaran Yumi, tegang. "Energi... menekannya."
Rei merasakan perjuangan Yumi. Ya, bahkan artefak itu pun tampaknya berjuang melawan keinginan Zoadz untuk hening. Mereka harus berdiri lebih dekat, memegang lempengan dengan lebih kuat, memfokuskan niat mereka dengan lebih intens untuk membuat getaran mereka menembus kekacauan.
Di tengah kesulitan ini, sesuatu yang lain mulai terjadi. Saat Yumi terus-menerus terpapar pada getaran Orbital yang kuat di sekelilingnya, diakses dan difokuskan melalui lempengan dan kedekatan dengan Inti, kepekaan Teknomeransinya mulai beradaptasi lebih dalam.
Dia mulai bisa merasakan getaran stasiun dengan cara yang sedikit berbeda, bahkan saat tangannya tidak di lempengan. Ia bukan terjemahan seperti yang diberikan artefak, melainkan pemahaman yang lebih intuitif. Ia bisa merasakan kekakuan struktural pada dinding, merasakan resonansi dari jalur magitek tersembunyi, merasakan 'suasana' vibrasi dari area yang mereka lewati. Ini seperti belajar mengenali pola cuaca di lingkungan baru, meskipun dia tidak memiliki termometer atau barometer. Dia mulai 'belajar' bahasa getaran mentah Orbital.
Itu melelahkan, tetapi juga menarik. Dengan setiap langkah turun, ia merasakan stasiun itu dengan lebih jelas, detailnya terungkap dalam bahasa getaran yang sunyi. Dia mulai bisa membedakan antara getaran lantai di bawah kakinya dan getaran dinding di sampingnya, antara getaran udara yang dingin dan getaran artefak yang mereka lewati. Dia perlahan membangun 'kamus' sensoriknya sendiri untuk dunia sunyi ini.
Rei memperhatikan perubahan pada Yumi. Getarannya memancarkan konsentrasi yang lebih besar, tetapi juga rasa... penemuan. Dia bisa merasakan Yumi memproses getaran di sekitarnya dengan cara yang baru, memilahnya, memahaminya pada tingkat yang lebih dalam dari sekadar getaran yang ditranslasikan. Getaran Yumi memancarkan konsep 'belajar', 'memahami', 'merasakan... stasiun'.
Dan kemudian, hal yang paling mengejutkan terjadi.
Saat mereka melintasi jembatan sempit di atas jurang yang gelap, getaran Zoadz melonjak di sekitar mereka, kuat dan mengancam. Rei merasakan lonjakan tekanan sunyi dan kesan visual yang terdistorsi memenuhi penglihatannya. Dia menegang, fokus untuk menjaga keseimbangan.
Saat itu juga, di tengah kekacauan getaran itu, Rei mendengar... sebuah suara.
Bukan suara di telinganya. Rei tidak memiliki pendengaran dalam arti itu. Ini adalah suara di dalam benaknya, muncul dari ketiadaan, namun jelas dan terstruktur. Itu adalah nada yang tidak dikenal, berfluktuasi dalam pitch dan volume, seperti... seperti orang yang berbicara. Suara itu terdengar asing, namun entah mengapa, Rei tahu itu.
Itu adalah suara Yumi.
Bukan suara yang sebenarnya, melainkan getaran resonansi dari pikirannya, jiwanya, atau Teknomeransinya, yang entah bagaimana menembus keheningan dan diterjemahkan menjadi sesuatu yang Rei persepsikan sebagai suara dalam benaknya. Sensasi itu sangat mengejutkan, membingungkan, dan... menakutkan. Sama seperti kesan visual dan 'suara' yang Rei dapatkan dari Zoadz terasa mengganggu, ini pun terasa mengganggu, tetapi dengan cara yang berbeda. Ini terkait dengan Yumi, dengan sekutunya, dengan jembatan yang mereka bangun.
Rei tersandung, terkejut. Getaran dari Zoadz masih menggelegar, tetapi suara Yumi itu menembusnya, jelas dan tidak terduga.
"Rei? Ada apa?" Suara Yumi, bisu bagi dunia luar, bergema di dalam kepala Rei.
Rei menegang, getarannya memancarkan syok murni. Dia menyentuh lempengan itu, mencoba menyampaikan apa yang terjadi, tetapi kata-kata getarannya terasa tidak memadai untuk fenomena baru ini. Dia bisa merasakan Yumi di sampingnya, getarannya memancarkan kekhawatiran.
Ini adalah babak baru yang membingungkan dalam koneksi mereka. Saat mereka semakin dekat dengan sumber kekuatan Zoadz, batasan sensorik mereka mulai kabur dan berubah, memberi mereka cara baru untuk merasakan satu sama lain dan stasiun itu, cara yang melampaui artefak, cara yang terasa... sangat intim, dan mungkin berbahaya.
Keterkejutan Rei pada 'suara' Yumi di benaknya bergema dalam keheningan, lebih kuat daripada getaran Zoadz yang menggelegar di sekitar mereka. Dia menatap Yumi, matanya yang seperti cermin memantulkan kebingungan dan rasa ingin tahu. Yumi membalas tatapannya, ekspresinya memancarkan kekhawatiran dan pertanyaan yang sunyi.
Dengan tangan gemetar, Rei kembali menyentuh lempengan kuno itu, memfokuskan niatnya pada Yumi. Getaran yang ia pancarkan dipenuhi dengan upaya untuk mendeskripsikan sensasi baru itu. "Kau... aku... dengar... kau?" Getarannya memancarkan konsep 'telinga', 'di dalam', 'suara?'. Dia mencoba membandingkannya dengan 'kesan' Zoadz – getaran 'itu' (Zoadz) juga membuatku 'dengar' tanpa telinga, tapi ini... ini 'kau'.
Yumi merasakan kebingungan Rei melalui lempengan, merasakan getarannya yang mencoba menjelaskan sesuatu yang melampaui bahasa mereka yang sudah terbatas. Dia mendengarkan (merasakan) getaran yang menggambarkan 'mendengar', 'suara', dan perbandingan dengan getaran Zoadz yang mereka kenali sebagai 'disruptif'. Dan kemudian, getaran penekanan pada 'kau' – Rei mengenali kehadiran dirinya dalam pengalaman sensorik baru ini.
Sambil memegang lempengan, Yumi memfokuskan pikirannya, mencoba mengirimkan getaran yang lebih terstruktur, tidak hanya untuk berkomunikasi, tetapi juga untuk bereksperimen dengan fenomena baru ini. Dia memikirkan namanya, memikirkan konsep 'di sini bersamamu'.
Rei merasakan gelombang getaran yang mengalir dari Yumi melalui lempengan, dan pada saat yang sama, 'suara' itu muncul kembali di benaknya. Kali ini, lebih jelas, meskipun masih seperti gumaman yang asing: Yumi. Bersama. Di sini. Sensasi itu anehnya terasa benar, terhubung langsung dengan niat yang Rei rasakan dari getaran Yumi. 'Suara' itu membawa serta nuansa yang tidak hanya berupa konsep, tetapi juga emosi samar – tekad, kehati-hatian, dan mungkin, rasa ingin tahu yang sama dengan Rei.
"Aku... dengar... lagi," getaran Rei, dipenuhi campuran keheranan dan ketakutan. Getarannya memancarkan konsep 'suara... di kepala'. "Suara... kau."
Yumi merasakan getaran itu, sensasi 'suara di kepala'. Dia mengerutkan kening, mencoba menghubungkannya dengan Teknomeransinya. Mungkin medan energi Zoadz yang kuat di sekitar Inti entah bagaimana berinteraksi dengan getaran resonansi pribadinya, menciptakan fenomena neurologis atau sensorik yang asing di otak Rei yang terbiasa memproses getaran. Atau mungkinkah lempengan itu, atau bahkan Orbital itu sendiri, bertindak sebagai semacam penguat atau penerjemah telepati di dekat sumber energi primordial? Hipotesis-hipotesis ilmiahnya berputar dalam benaknya, getarannya terasa bersemangat bagi Rei.
"Aku... merasakan... stasiun," getaran Yumi, berusaha menjelaskan pengalamannya sendiri. "Getaran... struktur... energi... lebih... jelas. Tanpa... lempengan?" Dia mencoba melepaskan satu tangan dari lempengan sebentar, fokus pada getaran di udara dan lantai. "Sedikit... masih... rasa."
Rei merasakan upaya Yumi, merasakan getaran konsentrasinya dan sensasi 'merasa stasiun' yang baru. Getaran Yumi memancarkan konsep 'indera baru', 'merasakan... tanpa... artefak'. Itu seperti Yumi mulai 'melihat' dunia Rei.
Mereka menyadari bahwa koneksi mereka melampaui artefak. Artefak itu mungkin adalah katalis, atau jembatan awal, tetapi kedekatan mereka dengan Zoadz, stres sensorik, dan mungkin penyatuan fokus mereka telah membuka saluran komunikasi dan persepsi baru di antara mereka, sebuah "Resonansi Jiwa" yang literal.
Mereka mulai bereksperimen dengan hati-hati saat melanjutkan perjalanan menyusuri lereng yang semakin curam. Yumi mencoba menavigasi menggunakan indra getarannya yang baru, 'membaca' tekstur vibrasi dinding dan lantai untuk menemukan jalur yang paling stabil, merasakan aliran energi tersembunyi untuk menghindari area berbahaya.
"Jalur... ini," getaran Yumi, menunjuk ke arah yang sedikit berbeda dari yang akan diambil Rei. Getarannya memancarkan konsep 'lebih aman?', 'struktur... kuat di sana?'.
Rei merasakan getaran itu, merasakan keyakinan dalam analisis vibrasi Yumi yang baru. Dia mempercayainya, meskipun cara Yumi 'melihat' stasiun masih asing baginya. Dia mengikuti petunjuk getaran Yumi.
Sementara itu, Rei fokus pada 'suara' Yumi di benaknya. Dia mencoba membedakan getaran pemikiran atau emosi dari kata-kata resonansi yang diterjemahkan. Ketika Yumi merasakan bahaya di depan, Rei tidak hanya merasakan getaran peringatan melalui lempengan; dia juga 'mendengar' nada cemas dalam 'suara' Yumi di kepalanya. Ketika Yumi menemukan sesuatu yang menarik, 'suara' itu memiliki nada rasa ingin tahu yang bersemangat.
Ini adalah bentuk komunikasi yang jauh lebih intim dan bernuansa daripada jembatan lempengan. Itu membiarkan mereka berbagi tidak hanya gagasan, tetapi juga perasaan dasar dan reaksi instan. Rasa isolasi yang mereka berdua rasakan di dunia masing-masing mulai terkikis oleh koneksi baru ini. Di tengah keheningan Orbital dan ancaman Zoadz, mereka tidak lagi sendirian.
Namun, koneksi ini juga memiliki sisi gelap. Saat mereka semakin dekat ke Inti, getaran Zoadz menjadi sangat intens. 'Suara' Zoadz yang mengganggu di benak Rei, yang sebelumnya samar, kini menjadi lebih jelas, bercampur dengan suara Yumi. Rasanya seperti dua stasiun radio yang berbenturan di frekuensi yang sama, satu memancarkan melodi asing yang kompleks (Yumi), yang lain memancarkan desisan dan raungan yang mengancam (Zoadz). Membedakannya membutuhkan konsentrasi luar biasa, dan kadang-kadang, Rei merasa kesulitan membedakan mana yang Yumi dan mana yang entitas kuno itu.
Energi Zoadz juga secara aktif menyerang koneksi mereka. Getaran gelisah melonjak dengan kekuatan yang mengganggu, mencoba menenggelamkan 'suara' Yumi di benak Rei atau mengaburkan indra getaran Yumi yang baru. Lempengan kuno yang mereka bawa bergetar hebat di tangan mereka, materialnya tampak berjuang melawan kekuatan penindasan Zoadz. Di area tertentu, getaran Zoadz begitu kuat sehingga komunikasi melalui lempengan menjadi tidak mungkin sama sekali, memaksa mereka untuk hanya mengandalkan 'Resonansi Jiwa' langsung mereka – Rei mendengarkan 'suara' Yumi, Yumi merasakan getaran Rei – mode komunikasi yang masih baru dan tidak dapat diandalkan.
Tekanan fisik dan psikologisnya luar biasa. Udara terasa berat, setiap langkah adalah perjuangan melawan tekanan keheningan Zoadz. Indera mereka dibanjiri oleh getaran stasiun, gangguan Zoadz, dan nuansa baru dalam koneksi mereka sendiri. Ketakutan selalu ada, menari di tepi persepsi mereka. Mereka lelah, lapar, dan jauh dari keselamatan.
Namun, melalui semua ini, ikatan mereka semakin kuat. Mereka saling bergantung sepenuhnya. Yumi mengandalkan Rei untuk navigasi dasar di dunia yang asing ini dan pemahaman tentang struktur Orbital. Rei mengandalkan Yumi untuk analisis yang lebih mendalam tentang getaran yang mereka rasakan, untuk bimbingan melalui area yang berbahaya, dan, yang paling penting, untuk koneksi ke 'suara' yang terasa seperti jangkar di tengah badai keheningan Zoadz.
Mereka mencapai serangkaian pintu besar, lebih tebal dan lebih kuno dari yang Rei temukan sebelumnya di Lorong Ingatan. Pintu-pintu ini memancarkan getaran keheningan yang begitu pekat sehingga terasa seperti dinding fisik. Di sekelilingnya, glyph kuno yang sangat rumit berliku-liku di dinding dan lantai, memancarkan getaran energi yang kuat namun tenang – kontras yang aneh dengan getaran gelisah yang bergejolak di balik pintu-pintu itu. Ini jelas adalah lapisan segel terdalam. Mereka telah mencapai pinggiran Inti.
Getaran Zoadz di sini sangat dahsyat. Raungannya (dalam persepsi Rei) hampir menenggelamkan 'suara' Yumi. Tekanan untuk hening begitu kuat sehingga terasa sakit. Kesan visual hantu berkelebat konstan, lebih koheren, kadang-kadang tampak seperti gambar struktur kuno atau bentuk-bentuk asing yang bergerak di dalam kegelapan.
Berdiri di depan pintu-pintu besar itu, Rei dan Yumi saling pandang. Melalui koneksi mereka, Rei merasakan tekad Yumi bercampur dengan ketakutan yang dingin. Yumi merasakan getaran keseriusan Rei, merasakan beban sejarah dan bahaya yang ia bawa. Mereka telah datang jauh, menembus lapisan misteri dan keheningan. Mereka telah menemukan cara baru untuk merasakan dunia dan satu sama lain. Dan sekarang, mereka berdiri di depan pintu yang memisahkan mereka dari sumber ancaman yang menginginkan segalanya, termasuk resonansi jiwa mereka, terdiam selamanya. Pertarungan sebenarnya akan segera dimulai.