Bab 13 - Arcania

Langit cerah membentang saat kami melanjutkan perjalanan. Tanah di sekitar perlahan berubah. Padang rumput luas mulai berganti dengan jalur-jalur berbatu yang ditata rapi, menandakan kami mendekati wilayah Arcarnia.

Aku menunggangi kuda sambil memandangi peta usang yang diberikan Volvir. Di ujung utara peta, jelas tertulis nama yang sering kudengar dalam percakapan para petualang: Arcarnia.

"Sudah dekat," gumamku pelan.

Di kejauhan, pilar-pilar sihir yang berkilauan samar di bawah sinar matahari mulai terlihat—sebuah tanda teknologi sihir Arcarnia. Pilar itu mengalirkan energi yang menjaga perbatasan negara, sekaligus menjadi simbol keangkuhan mereka.

Antony yang berkuda di sampingku mengangguk pelan. "Setelah melewati pos pemeriksaan, kita resmi masuk wilayah Arcarnia."

Aku mengangguk. Nafas dalam kuhela. Ini akan menjadi langkah besar.

---

Saat kami berhenti untuk istirahat di dekat pos perbatasan, aku melihat papan kayu besar bertuliskan:

> Selamat Datang di Arcarnia — Tanah di mana sihir dan kemajuan berjalan beriringan<

Aku mendekat, membaca dengan seksama. Di bawah tulisan itu, ada sebuah ukiran naga melingkar, seolah mengawasi siapapun yang masuk.

Sambil menatap ukiran naga itu, ingatanku melayang ke pelajaran yang kudapat dari Volvir tentang Arcarnia.

---

Arcarnia.

Sebuah negara besar yang berdiri di jantung daratan tengah, dikelilingi pegunungan alami dan tanah subur.

Konon, negara ini didirikan oleh seorang mage jenius dari Timur, seseorang yang hanya dikenal dengan julukan Sang Pendiri.

Dia bukan bangsawan, bukan juga raja. Hanya seorang manusia biasa yang memiliki kejeniusan dalam memahami sihir.

Dengan metode lamanya—mengumpulkan mana dalam jumlah besar untuk menghasilkan kekuatan luar biasa—dia membuktikan bahwa kekuatan sihir bisa mengubah dunia.

Berbekal bakatnya, dia menyatukan berbagai kelompok sihir kecil, membangun kota pertama Arcans, dan memperkenalkan sistem pendidikan sihir.

Dalam waktu singkat, Arcarnia berkembang pesat, meninggalkan negara-negara lain jauh di belakang.

Saat ini, keturunannya, Kaisar Velzair Arcanthis, memimpin Arcarnia dengan tangan kuat, memastikan negara itu tetap berada di puncak peradaban sihir dunia.

Mereka memandang negara lain—termasuk Negava—sebagai "terbelakang", sebuah sikap arogan khas bangsa yang tahu dirinya berada di atas angin.

---

Aku menarik napas panjang.

"Negara ini... benar-benar punya aura berbeda," gumamku.

Di sekelilingku, teknologi sihir sederhana mulai terlihat: lampu-lampu sihir di sepanjang jalan, papan informasi yang melayang di udara, bahkan sistem penyimpanan air bersih yang menggunakan kristal mana.

Tapi meskipun semuanya tampak hebat, aku tahu, semakin maju suatu tempat... biasanya semakin rumit pula masalah di dalamnya.

Sambil menaiki kudaku kembali, aku tersenyum tipis.

"Yah, setidaknya... mungkin di sini, gue bisa jual 'Renggo Bathroom' lebih mahal," gumamku sambil tertawa kecil sendiri.

Antony yang mendengarnya hanya melirik heran, sebelum kembali fokus pada perjalanan.

Arcarnia—negeri sihir, kesombongan, dan peluang.

Dan perjalananku baru saja dimulai.