Sudut Pandang Olivia
Aku terbangun oleh alarm di samping tempat tidurku. Menggumam pelan, aku memaksa diriku bangun dari tempat tidur, mengatakan doa pagi, tapi kemudian aku kembali berbaring di tempat tidur, menatap langit-langit saat kenangan kemarin merayap masuk ke pikiranku. Perasaan sentuhannya padaku, desahannya, sensasi luar biasa dari mulutnya yang melahap vaginaku—semua itu kembali membanjiri ingatanku, dan aku mengernyit dan menutup mataku.
"Ayo, Olivia... lupakan itu. Yang harus kau pikirkan adalah satu permintaan yang akan kau berikan padanya," gumamku pada diriku sendiri dan membuka mataku.
Aku harus berpikir. Aku harus memikirkan satu permintaan itu. Apa yang sebenarnya bisa kuminta darinya? Aku punya banyak permintaan, tapi aku benar-benar harus memikirkan yang paling penting.
Sepanjang pagi, aku berbaring di tempat tidur memikirkan hal-hal tersebut, dan sesekali kenangan tentang apa yang terjadi tadi malam bermain kembali di kepalaku, tapi aku mengabaikannya.