Sugarlitics

Olivia Parker pernah menjadi anak perempuan kesayangan seorang Gamma yang dihormati—hingga pengkhianatan menghancurkan dunianya. Dicap sebagai anak pengkhianat, ia dicabut dari gelarnya, martabatnya, dan kehidupan yang pernah dikenalnya, dipaksa untuk menjadi Omega di antara mereka yang pernah menghormatinya.

Tetapi takdir belum selesai dengannya.

Pada malam upacara penyatuan pasangan, Olivia menemukan kebalikannya yang paling kejam—ia tidak ditakdirkan hanya untuk satu pasangan, tetapi tiga. Dan bukan sembarang tiga. Alpha Lennox, Alpha Louis, dan Alpha Levi—triplet Alpha yang kejam yang telah menghabiskan bertahun-tahun menyiksanya.

Terikat dalam pernikahan yang tidak pernah mereka inginkan, trilogi tersebut membuat hidupnya seperti mimpi buruk yang terjaga. Mereka memamerkan kekasih mereka, Anita, di depannya, memastikan dia tidak pernah lupa tempatnya, dan tidak pernah lupa bahwa mereka tidak akan pernah menginginkannya.

Tetapi takdir memiliki cara untuk memainkan game-nya sendiri. Saat rahasia terungkap dan kebenaran yang terkubur muncul ke permukaan, trilogi tersebut mulai melihat Olivia sebagai siapa dirinya sebenarnya—tidak hanya Luna dalam julukan, tetapi wanita yang tidak pernah mereka sadari mereka butuhkan.

Hanya saja sekarang, dia sudah selesai menunggu.


Ditakdirkan Tidak Hanya untuk Satu, Tapi Tiga

Aku mengikuti pelayan menuju kamar Anita, menemukan seorang penyembuh sudah merawatnya. Bingung, aku mendekat, hanya untuk menyadari bahwa Anita tampak tak sadarkan diri—yang mana aneh. Beberapa menit yang lalu, dia baik-baik saja... sarapan bersama kami. Jadi, apa yang tiba-tiba terjadi?


Pintu terbuka, dan saudara-saudaraku masuk, keduanya memiliki ekspresi kebingungan yang sama di mata mereka.


"Apa yang terjadi?" Louis bertanya saat ia mendekati sisi Anita.


Penyembuh itu tidak merespons kami. Sebaliknya, dia terus mengucapkan mantra yang tidak kami pahami. Aku dan saudara-saudaraku saling melirik dengan bingung namun tidak mengatakan apa-apa, memilih untuk membiarkannya bekerja dalam diam.


Setelah beberapa lama diisi dengan mantra yang diucapkan pelan, penyembuh itu akhirnya berhenti dan berbalik menghadap kami.


"Salam, Alphas," dia menyapa dengan hormat, menundukkan kepalanya kepada kami.


"Apa yang salah dengannya?" Levi segera bertanya.


Perhatian