Sudut Pandang Levi
"Alpha, apakah Anda yakin tidak membutuhkan bantuan kami?" tanya kepala pembantu dapur lagi, menatapku dengan mata cemas.
Aku menggelengkan kepala, sudah mengikat apron di pinggangku. "Tidak. Aku akan menangani ini sendiri."
Dia memberikan hormat kecil padaku dan mundur, mengawasi sebentar sebelum diam-diam meninggalkan dapur.
Akupun menarik napas dalam-dalam dan bergerak menuju meja, di mana bahan-bahan disusun rapi. Tepung, gula, telur, mentega—semua sudah siap. Jariku berhenti sejenak pada sendok kayu, dan senyum kecil muncul di sudut bibirku.
Aku ingin membuat kue. Kue yang dulu biasa kubuat untuk Olivia saat kami masih muda. Aku ingat pertama kali membuatnya—sangat buruk, bahkan sampai gosong—tapi dengan senyum lebar di wajahnya, Olivia memakan semuanya, mengatakan bahwa yang penting bukan rasanya, tapi hati yang kupakai untuk membuatnya.