Bab 32 – “Momen Diam-Diam”

Bab 32 – "Momen Diam-Diam"

Beberapa hari setelah rapat intens tentang proyek CoreVibe, suasana di Milinium Studio semakin sibuk. Milim dan Arvid, bersama tim mereka, telah bekerja keras mempersiapkan berbagai hal untuk masa depan studio dan proyek crypto yang sedang berkembang. Tidak ada waktu banyak untuk bersantai. Namun, ada satu hal yang Milim rasakan—keterbatasan waktu untuk dirinya sendiri.

Pada suatu sore yang penuh kesibukan, setelah semua orang pulang dan hanya tersisa beberapa karyawan yang sibuk dengan tugas mereka masing-masing, Milim duduk sendiri di ruang kerjanya. Meja kerjanya berantakan dengan catatan, layar komputer yang terbuka, dan berbagai perangkat lain yang menandakan betapa padatnya hari-hari terakhir ini.

Milim memijit pelipisnya, merasa lelah. "Bingung juga mau ngapain... udah lama nggak punya waktu buat diri sendiri," gumamnya pelan.

Di luar, hujan mulai turun, menciptakan suasana yang sejuk di dalam ruangan. Milim menatap keluar jendela, merenung. Sepertinya sudah lama sekali ia tidak punya waktu untuk bersantai atau menikmati hal-hal sederhana. Sibuk dengan rapat, proyek baru, dan strategi, Milim merindukan sesuatu yang lebih tenang, sesuatu yang lebih... manja.

Tanpa berpikir panjang, Milim beranjak dari kursinya dan melangkah menuju ruang kecil di sudut studio yang lebih pribadi. Di sana, ada sofa empuk tempat ia sering menghabiskan waktu ketika butuh istirahat sejenak. Milim duduk di sana dan menghela napas panjang. Sejenak, ia merenung, berharap ada seseorang yang bisa memberinya perhatian lebih—tanpa ada rapat atau proyek yang mengganggu.

Pintu ruang itu perlahan terbuka, dan Arvid masuk dengan langkah ringan, tampaknya baru selesai memeriksa beberapa laporan. Melihat Milim yang sedang duduk di sofa dengan ekspresi sedikit tertekan, Arvid berhenti sejenak.

> "Lo oke?" tanya Arvid, sedikit khawatir.

Milim menoleh, mencoba tersenyum meskipun ia merasa sedikit cemas. "Ah, cuma capek aja. Bener-bener sibuk banget akhir-akhir ini, Arvid."

Arvid melihatnya sejenak, mengamati raut wajah Milim yang terlihat lebih lelah dari biasanya. Ia memutuskan untuk mendekat, duduk di samping Milim di sofa. "Gue ngerti. Kita semua lagi ngotot banget ngurusin semuanya. Tapi jangan lupa, lo juga butuh waktu buat diri sendiri, kan?"

Milim menatapnya, sedikit bingung. "Ya, kadang-kadang gue cuma pengen dimanja, gitu. Punya waktu buat santai tanpa mikirin kerjaan."

Arvid tersenyum tipis dan dengan sedikit bercanda, ia menepuk pundak Milim. "Bukan cuma lo, kok. Gue juga kadang merasa kayak gitu. Tapi lo tahu, kita nggak bisa lari dari kerjaan. Tapi kalau lo butuh waktu buat diri sendiri, gue bisa bantu. Mau nonton film atau makan siang bareng? Atau... kita coba hal yang lo suka?"

Milim sedikit terkejut, tapi merasa sedikit lega. Terkadang, dia memang ingin lebih banyak perhatian, terutama dari orang yang dekat dengannya. Selama ini, ia selalu berpikir bahwa harus menyelesaikan segalanya sendiri, tetapi sesekali, ia juga ingin merasa dimanjakan.

Dengan sedikit canggung, Milim bergerak lebih dekat ke Arvid, menggelengkan kepala pelan. "Lo tau nggak, kadang rasanya kayak... pengen ditemenin, gitu. Cuma kita berdua, tanpa mikirin apapun."

Arvid tersenyum hangat, lalu tanpa banyak bicara, ia merangkul Milim dengan lembut. "Kita berdua aja, Milim. Lo butuh itu. Gue juga."

Milim merasa nyaman, tubuhnya yang lelah seolah meleleh dalam pelukan itu. Ia menempelkan kepala ke bahu Arvid, menikmati momen tanpa ada gangguan. "Tapi, jangan sampe kelamaan, ya? Pekerjaan masih menunggu."

Arvid tertawa kecil, lalu menarik Milim lebih dekat lagi. "Kita santai aja. Lo butuh waktu buat diri sendiri juga. Kita bisa atur semuanya. Jangan khawatir soal kerjaan."

Mereka berdua duduk diam dalam keheningan, menikmati kebersamaan yang tenang. Milim merasa sedikit lebih ringan, bisa melupakan sejenak tugas-tugas yang menumpuk. Dalam pelukan Arvid, ia merasa ada keseimbangan—sesuatu yang ia rasakan jarang sekali terjadi.

Hujan di luar semakin deras, dan mereka berdua hanya diam, menikmati momen kebersamaan tanpa kata-kata, yang seolah menjadi obat setelah hari-hari yang panjang penuh rapat dan pekerjaan. Terkadang, kata-kata tidak diperlukan. Cukup ada satu orang yang bisa membuatmu merasa tenang dan dipahami.

---

Hening. Hanya suara hujan tipis di luar jendela kaca gedung studio milik Arvid yang menemani kehangatan dua insan yang tengah menikmati momen langka. Milim duduk menyandar manja pada bahu Arvid, kedua tangan mereka bertaut erat.

"Capek juga ya, tiga hari rapat terus," gumam Milim pelan, matanya setengah terpejam.

Arvid mengangguk pelan. "Tapi sekarang tenang. Cuma kita berdua."

Milim mengangkat wajahnya sedikit, menatap Arvid dari dekat. "Kamu tau gak… kadang aku mikir kita kayak pasangan suami istri yang sibuk urus perusahaan sendiri."

Arvid tersenyum lembut. "Mungkin kita memang kayak gitu."

Mereka saling mendekat, dan seperti ditarik oleh magnet tak terlihat, bibir mereka bertemu dalam ciuman lembut dan hangat. Momen yang jujur, tenang… dan tentu saja…

Tok tok.

"Permisi, ini dari pihak Mojang. Kami ada janji presentasi untuk potensi kerja sama IP dengan Milinium Studio," suara dari balik pintu memotong momen intim mereka.

Milim langsung menjauh cepat dengan pipi memerah. "Astaga…"

Arvid memejamkan mata sejenak, mengatur napas. "Pas banget… Mojang," gumamnya, sedikit kesal.

Ia berdiri dan membuka pintu. Di sana berdiri dua orang perwakilan resmi dari Mojang, dengan tablet dan berkas presentasi di tangan.

"Maaf ganggu waktunya. Kami dijadwalkan untuk membahas kemungkinan kolaborasi konten Minecraft dengan brand Milim," ujar salah satu dari mereka, dengan logat Swedia yang halus.

"Masuk aja," ujar Arvid datar namun tetap profesional.

Milim berdiri dengan cepat dan mengganti ekspresi ke mode bisnis, meski pipinya masih agak pink.

"Jadi," lanjut perwakilan Mojang, "kami ingin membuat event kolaborasi in-game di Minecraft versi Java dan Bedrock, dengan skin Milim, voice line spesial, dan bahkan custom map dengan nuansa khas dunia konten kalian. Kami juga tertarik menjajaki 'adventure mod' eksklusif."

Milim duduk sambil membaca draft kerja sama yang ditampilkan di layar. "Kalian punya planning release kapan?"

"Target kami awal 2019. Kami ingin mulai kampanye promosi dari akhir tahun ini, termasuk kolaborasi TikTok dan YouTube Shorts dengan karakter Milim sebagai highlight VTuber yang aktif di dunia Minecraft."

Arvid menimpali, "Lisensi tetap milik kami, dan distribusi mod-nya diatur oleh studio kita."

"Tentu," ujar pihak Mojang. "Kami sangat menghargai otonomi kreator. Kami ingin ini kolaborasi yang saling dukung."

Setelah 25 menit diskusi intens, perwakilan Mojang pamit meninggalkan ruangan. Milim dan Arvid kembali duduk di sofa.

"Mojang sendiri yang datang. Gila juga, ya…" kata Milim, sambil menarik napas.

"Iya, tapi… bisa gak tadi mereka ngetuk pintunya 10 menit lebih telat?" balas Arvid dengan nada bercanda kesal.

Milim tertawa pelan, kembali bersandar padanya.

"Lain kali kita kasih tulisan 'jangan ganggu, pasangan bahagia' di pintu."

---

Di ruang tamu studio Arvid—yang kini juga berfungsi sebagai ruang pertemuan sementara—suasana terasa hangat namun serius. Milim dan Arvid duduk berdampingan di sofa panjang. Seorang perwakilan resmi dari Mojang baru saja selesai mempresentasikan peluang kerja sama.

"Kami akan menyelenggarakan event global bertema Minecraft Survival Global Challenge," jelas perwakilan itu sambil membuka map digital di tabletnya. "Hanya YouTuber Minecraft aktif dengan pengaruh besar yang kami undang. Termasuk Dream, TommyInnit, GeorgeNotFound, Sapnap, CaptainSparklez, dan lainnya."

Milim mengangguk cepat, matanya berbinar. "Jadi ini event resmi? Bukan cuma fanbase atau komunitas?"

"Resmi," tegas si perwakilan. "Kami ingin menampilkan kerjasama kreator dari berbagai wilayah, bukan hanya kompetisi, tapi juga narasi dan storytelling. Kami tahu kamu punya gaya yang unik, Milim."

Arvid ikut menyela, "Jadi bukan murni survival biasa, ada plot?"

"Betul. Ada misi, boss eksklusif, bahkan sistem komunitas yang ikut voting keputusan jalan cerita."

Milim mengangkat alis. "Unik juga... Tapi untuk sisi komunitas, kami sebenarnya punya sistem bernama CoreVibe. Masih dalam tahap pengembangan."

Arvid menambahkan, "Masih internal, belum rilis. Tapi idenya: fans bisa mendukung kreator lewat sistem reward yang gak tergantung Adsense. Kami belum integrasi apa-apa, baru struktur tokennya saja yang selesai."

Perwakilan Mojang mengangguk pelan. "Selama belum diimplementasi langsung ke sistem server Minecraft, gak masalah. Kami tertarik melihat prototipenya nanti."

Milim menoleh ke Arvid dan tersenyum kecil. "Setidaknya CoreVibe bisa jadi jembatan ke depan. Tapi sekarang, fokus kita: Minecraft."

"Kami akan kirim NDA dan dokumen kerja sama pekan ini," tutup pihak Mojang.

Setelah mereka pergi, Milim bersandar dan tertawa kecil. "Tahu gak... dulu aku main Minecraft buat healing. Sekarang malah jadi kerjaan."

Arvid mengangkat bahu. "Tapi kerjaan yang kamu suka. Dan fans kamu juga pasti suka lihat kamu ngebangun, nyasar, jatuh ke lava, dan panik."

"Eh jangan dibocorin dong!" balas Milim sambil menepuk bahu Arvid.

---