Chapter 4:pahlawan tahi kuda? yang benar saja

Malam itu, sepuluh pemuda desa berdiri berjejer dengan ekspresi antara pasrah dan jijik. Tubuh mereka penuh lumuran kotoran ternak yang mengering setengah jalan.

"Apa ini benar-benar perlu?" salah satu dari mereka bertanya sambil menahan mual.

Kael mengangguk penuh wibawa, jubahnya berkibar tertiup angin malam.

"Ini adalah ritual penyamaran kuno dari aliran bayangan kuda langit. Aroma ini akan menutupi hawa spiritual kalian dari penciuman musuh," katanya dengan serius.

Padahal dalam hati ia membatin,

"Biar banditnya pingsan duluan karena bau"

Beberapa warga tampak kagum, beberapa lagi tampak ingin muntah, tapi tidak ada yang membantah. Karisma dukun warisan seratus iblis memang susah dilawan.

Kael menatap langit, bibirnya bergumam kecil.

"Sistem, aktifkan cermin pemantau... Tampilkan si bos bandit."

Sebuah layar hologram muncul di hadapannya, hanya bisa dilihat oleh dirinya sendiri. Di sana terlihat sang bos bandit sedang menggaruk-garuk pantat sambil meringis kesakitan.

"ARGHH!! Gatalnya! Ini pasti kutukan bocah sialan itu!"

Kael tertawa pelan.

"Pfft.. Efek kesialannya sangat manjur, gatal baru permulaan... Nanti juga bisulnya pecah dan kau akan lebih menderita.”

Tanpa membuang waktu, ia memberi aba-aba. Kesepuluh pemuda, plus dirinya yang tetap wangi berjalan ke hutan, mengikuti peta bayangan dari sistem. Setiap langkah mereka diiringi semangat membara dan aroma yang... yah, cukup membara juga. Mungkin ╥﹏╥

Setelah hampir satu jam perjalanan, mereka berhenti di semak-semak dekat gubuk reyot yang dikelilingi pagar bambu dan hanya diterangi beberapa lentera dengan dua bandit penjaga (dua dari lima bandit). Namun, entah kenapa, mereka terlihat ketakutan

"Dengar... Kita bergerak sesuai rencana. Tapi ingat, kalau ada yang muntah, itu sudah risiko sendiri," bisik Kael.

"Dan tentu saja. Keselamatan nomor satu. Mereka lebih kuat dari kita dan juga mereka memiliki banyak pengalaman, jangan pernah bertindak sembarangan diluar rencana. Paham?"

Pemuda desa mengangguk, lalu mulai merayap seperti ninja dadakan. Salah satu dari mereka tergelincir karena tahi kuda di lututnya licin, tapi untungnya bandit tidak mendengar.

Dalam hitungan ketiga, mereka tidak menerjang, melainkan berteriak seperti orang sekarat.

"Guooooooooohhhh"

"Aaoooooohhhhh"

"Gehaaaaaaaaa"

Dua bandit yang sedang berjaga itu langsung menegang, ekspresi mereka pucat seperti mayat.

Kenapa reaksi mereka sepertinya berlebihan?

Beberapa menit sebelumnya. Disaat mereka masih dalam perjalanan ke tempat ini.

Kael merelakan 5 pk- nya yang tersisa untuk menambah karma kepada para bandit, dan dia telah mengatur apa karmanya (fitur baru sistem memungkinkannya untuk sesuka hati menanamkan karma negatif dan mengatur hal buruk apa yang akan dialami targetnya)

Hasilnya adalah: dalam semalaman, para bandit akan dihantui perkataan Kael tadi pagi, ketakutan mereka akan terus bertambah di seiring malam. Mereka akan mengalami ilusi ringan seolah setiap saat sedang diintai oleh makhluk besar. Dan lagi, kekuatan mereka sementara akan melemah untuk satu malam ini

Mendengar teriakan tersebut, dua bandit penjaga itu ikut berteriak...

"AAAAAAHHHHH!!!.... APA ITU?!"

Keduanya menarik pedang dengan lutut bergetar tak karuan.

"BOSS!.. BANGUN BOS! BANGUN!!" Mereka berteriak seperti sedang melihat maut saja.

"Apa! Kenapa? Bau menyengat apa ini?" Bos bandit dan dua bandit lainnya keluar dari gubuk sambil menutup hidung.

Sementara itu, para pemuda terus melancarkan aksinya...

Satu persatu, mereka muncul dibalik persembunyian

"Huooooooooohhhh"

"Aauuuaaaaaoooooohhhh"

"Siapa disana? A-apa-apaan ini?"

"B-bos, sepertinya kita benar-benar sudah dikutuk oleh anak itu" Ucap salah satu bandit yang bertugas menjaga

Bau menyengat semakin menusuk, tubuh para pemuda mulai terlihat...

Kelima bandit itu mematung ditempatnya, mereka ingin mengeluarkan kekuatan, tapi seolah ada yang menahannya dari dalam...

"AAAAAAGGHHHHH" Karena insting bertahan hidup mereka yang kuat, kelimanya langsung lari terbirit-birit.

Namun ini belum selesai, area itu telah dikepung oleh para pemuda, sementara Kael sendiri sedang duduk manis di atas dahan pohon, menikmati pertunjukan seperti penonton VIP. Sambil mengunyah beberapa buah liar yang ia temukan.

"Manis juga... Hm? Mereka belum muntah, berarti efek baunya belum maksimal"

"Hehe... Rasakanlah pahitnya kesialan~"

Para bandit berlari dan dihadang, berbalik dan berlari terus hingga kaki mereka sudah tidak kuat lagi bahkan untuk sekedar menopang berat badan.

Pertempuran ini berakhi... Tunggu, memangnya ini pertempuran?

Para bandit berkumpul di satu titik, dengan nafas ngos-ngosan, berusaha menahan napas karena bau menyengat (benar-benar sebuah penderitaan). Beberapa langsung ambruk ketika para pemuda semakin mendekat mengelilingi mereka.

"Hanghi mehyehah... Hahi enyehah"

("Kami menyerah... Kami menyerah") Ucap si Bos bandit. Suaranya seperti orang diujung kematian

Bruukkkk....

Itu adalah kata-kata terakhir sebelum ia ambruk..

Dengan cepat, para pemuda mengikat mereka menggunakan tali energi, sesuai perintah Kael.

"K-kita... Kita berhasil!!"

"Yeahh!"

"Ohok~ kalian sangat bisa diandalkan" Ucap Kael yang secara tiba-tiba muncul sambil mengacungkan dua jempol.

"Tunggulah sebentar disini, aku akan memeriksa sisa roh dari gubuk itu"

"Tunggu papah harta-hartaku yang malang~"

Begitu masuk ke dalam gubuk. Tiga anak yang dirantai langsung menoleh dengan mata melebar. Mereka bertiga berkumpul di sudut ruangan dengan kondisi kurus dan kotor, terlihat sangat menyedihkan.

Tatapan serta ekspresi menjengkelkan Kael berubah jadi geram

"Aku bersumpah, kalian akan memakan kotoran malam ini" Gumamnya

"A-anda... siapa?"

Kael tersenyum.

"Aku adalah... pahlawan beraroma alami."

Salah satu anak bergumam, "Bau dari luar seperti kandang kuda."

"Tepat sekali," jawab Kael bangga, "Itulah kekuatan sejati."

Setelah memastikan anak-anak aman, serta mengamankan harta-harta milik para bandit, ia membawa mereka keluar bertemu para pemuda.

"Itu mereka?"

"Syukurlah anak-anak tidak kenapa-napa"

"Kak, kalian ini pahlawan berbau tahi kuda?" Salah satu anak berkata dengan polos (wajar saja mereka tidak mengenali para pemuda desa itu sebab bahkan muka mereka dilumuri oleh kotoran)

"Eh.. Itu... Ya, benar sekali! Kami adalah pahlawan tahi kuda" Balas para pemuda sambil berpose memamerkan otot

Anak-anak bukannya kagum, mereka malah merasa jijik dan terus menempel kepada Kael, karena dia adalah satu-satunya yang tidak berbau

Akhirnya, mereka pun kembali ke desa, para pemuda dengan susah payah membawa tubuh para bandit untuk melakukan balas dendam bersama para warga.

..........

Singkat cerita, setelah tiba di desa.

Sambutan meriah menyambut mereka. Api unggun semakin besar, musik dimainkan dengan alat seadanya. Kael dan para pemuda dijunjung seperti pahlawan.

Bahkan ada yang mencium ujung jubahnya, walau langsung batuk-batuk karena sisa kotoran hewan.

Seorang nenek mendekat dengan mata berkaca-kaca

"Nak... Kael, terima kasih... Kau telah menyelamatkan harapan kami."

Kael tersenyum lembut. "Aku cuma melakukan tugasku sebagai cucu dari dukun pemburu seratus iblis."

"Dan pencipta kutukan tujuh keturunan" Gumamnya lirih

Tak lama kemudian sistem berbunyi.

[Ding!... Tuan telah menyelamatkan tiga anak, mengelabui bandit, dan memeras warga secara sah. Mendapatkan 75 pk+, 55 pk- dan medapatkan hadiah acak: pil pembersih.]

Kael menatap langit malam, angin berhembus lembut, dan aroma... masih tidak lembut.

Namun hatinya hangat. Dunia ini memang kejam. Tapi selama kita bisa memahaminya, semua bisa berjalan lancar

Apakah ada yang terlupakan? Yaa!

Malam ini adalah malam yang indah, para warga akan mengadakan pesta untuk 5 orang bandit yang siap menjadi samsak hidup.

Bagaimana mereka akan menyiksanya?

Kael:"Hehehehe"