Chapter 5:Bandit yang malang

Malam pesta dimulai, dan desa kecil itu bersinar dengan cahaya api unggun yang menari-nari. Warga berkumpul, membawa makanan seadanya, ubi panggang, sup sayuran, dan air rebusan daun teh. Tapi bukan makanan yang menjadi pusat perhatian malam ini...

Lima bandit terikat di tiang tengah lapangan dengan keringat dingin membasahi tubuh.

Mereka tidak takut untuk mati, tapi mereka terlihat sangat ketakutan, sambil menatap Kael. Bukan karena kekuatan spiritual yang meledak-ledak ataupun tatapan pembunuh yang menusuk hati.

Tapi karena anak itu tersenyum aneh sedari tadi, dan itu lebih menakutkan dari kematian

Senyuman itu membuat pikiran jadi kemana-mana, menciptakan berbagai kemungkinan terburuk.

Itu senyum seseorang yang tak butuh alasan untuk membuatmu menyesal karena hidup.

Itu adalah senyuman seseorang yang sudah melihat akhir hidupmu bahkan sebelum kamu sendiri menyadarinya.

"Selamat datang~... di malam pengadilan rakyat!" seru Kael dari atas panggung kayu kecil yang dibuat buru-buru.

"Bandit-bandit ini telah menculik anak-anak kita!... Dan kita harus apa?"

"Balas dendaaam"

"Kencingi diaaa"

"Gantung diaa"

Warga bersorak penuh semangat.

Dimulailah sesi balas dendam. Tapi tentu saja, penyiksaan ini bukan sembarang penyiksaan.

Anak-anak melemparkan ubi busuk.

Para ibu menyiram mereka dengan air cucian beras yang sudah dua hari tidak dibuang. Dan mengoceh hingga mengeluarkan perkataan yang menyayat hati.

Para lansia mencubit betis bandit satu per satu.

Dan kaum bapak?... Mereka menunggu giliran untuk menampar bandit satu persatu

"GHAAAAAAA..... INI LEBIH SAKIT DARI PEDANG!!!” Teriak si Bos bandit dengan air mata bercucuran.

Kael hanya duduk sambil mengunyah daging panggang sedikit gosong, tersenyum. "Inilah keadilan rakyat... Sederhana, brutal, dan wangi."

Salah satu bandit berteriak sambil menangis, "KAMI MENYERAH, AMPUN!!"

Kael menatap mereka dingin, lalu berkata dengan tenang, "Tak ada ampun. Kecuali kalian bisa mengubah bulan diatas menjadi matahari... Sekarang juga!"

Keheningan menyelimuti, para warga terlihat menahan tawa

Sementara kelima bandit hanya bisa pasrah

Pesta pun dilanjutkan. Anak-anak yang diselamatkan sudah mulai ceria lagi, duduk di pangkuan ibu mereka, makan manisan seadanya.

Kael bangkit, melangkah mendekati para bandit, dibelakangnya sudah ada satu pemuda (si pahlawan tahi kuda) yang membawa satu ember kotoran ternak.

Dengan senyuman menjengkelkannya, ia pun menepati janjinya (membuat para bandit makan kotoran)

.........

Begitulah keseruan di malam yang panjang ini...

Hingga, malam berakhir, saat fajar menyingsing.

Suasana desa tepatnya di alun-alun, semuanya sangat berantakan, sebab pesta semalam

Sementara kelima bandit sedang terkapar di tanah, terikat, terhina, dan beraroma busuk

Mulut mereka berbusa, mata kosong menatap langit yang berubah warna.

Jiwa mereka... Entah masih disana, atau sudah melarikan diri

Mungkin, di masa depan,

mereka akan gemetar setiap kali hendak berbuat jahat.

Bukan karena hukum. Bukan karena rasa bersalah.

Tapi karena trauma... dari sebuah desa kecil dan seorang bocah dengan senyuman yang terlalu seram untuk ukurannya

"Hoaaammm... kurasa sudah cukup untuk hari ini, aku harus ke ibukota" ucap Kael sambil menguap lebar, bangkit dari bale-bale jerami yang hangat.

Matanya masih sayu, rambut acak-acakan, tapi senyumnya... tetap tak berubah. Senyum iblis yang merusak mimpi bandit.

"Pahlawan... pahlawan tahi kuda... apa kamu sudah mau pergi?"

Seorang anak kecil bertanya polos, memegangi boneka kayu yang rusak setengah, menatap Kael seolah ia adalah dewa atau monster dari dongeng malam.

Kael memandang anak itu lama.

Lalu tertawa pelan. Sebuah tawa pendek dan ringan yang terdengar sangat alami, tapi punya efek dingin seperti bisikan dari balik kuburan.

"Iya, kakak punya banyak urusan" Jawabnya sambil mengusap kepala anak kecil itu dengan lembut

Semua warga berkumpul.

Kepala desa memegangi tangan Kael, seolah enggan melepaskannya

Wajah-wajah di sekeliling penuh harap, namun tak ada yang bisa menahan kepergian itu

Walaupun Kael belum lama di desa ini, ia sudah membangun hubungan baik dengan semua warga, memberi harapan dan membangun suasana baru, ia seolah bukan menjadi orang lagi.

Tapi, meskipun mereka tidak mau anak itu pergi, Kael tetap akan pergi karena ia punya misi untuk menyelamatkan keluarganya. Dari jerat hutang, diskriminasi dan perbuatan jahat para bangsawan lain.

Pada ahkirnya, Kael pun pergi meninggalkan desa itu untuk melanjutkan perjalanan ke ibukota

Dan dari balik semua kekacauan, trauma, tawa dan aroma...

Satu nama perlahan mulai tersebar dari mulut ke mulut

diiringi bisik-bisik penuh kebingungan, tawa gugup, dan bulu kuduk yang merinding.

"Kael..."

"Pahlawan Beraroma Alami..."

"Sang Pewaris Ilmu Pemburu Seratus Iblis."

......................

Dalam perjalanan...

"Hehehe... Sistem buka fitur inventory ku" Ujar Kael sedikit terkekeh

[Ding!... Membuka fitur inventory"

Muncul layar lebar yang menampilkan banyak barang...

Disana ada makanan, koin emas, koin perak, koin perunggu, pill, dan pakaian (semua itu di dapat dari para warga)

"2 koin emas~"

"5 koin perak~"

"119 koin perunggu~"

"Dan stok makanan satu minggu yang tidak akan basi~"

"Khahaha.... Aku benar-benar untung banyak, kenapa aku pintar sekali sih!" Kael tertawa sendirian seperti orang gila

Meskipun dia telah mengambil banyak keuntungan terhadap para warga desa, tidak ada yang tau kalau ia menanamkan di dalam hatinya sebuah janji

"Jika aku kaya suatu saat nanti, desa kalian akan menjadi desa maju"

[Ding!... Dalam perjalanan ini, anda tidak akan melewati tempat berbahaya, sistem sarankan agar tuan segera memperkuat diri]

Kael Feron, pemilik tubuh sebelumnya beberapa kali sudah pergi ke ibukota dan bisa dibilang sudah hapal jalannya, dan karena Kael yang sekarang memiliki ingatan pemilik tubuh sebelumnya, ia tentu tau jalannya

"Tentu saja, 3 km di depan ada sebuah tempat aman, di sebuah air terjun dengan energi alam yang pekat dan murni, dulu pemilik tubuh sebelumnya tak sengaja menemukan tempat itu karena dikejar setelah makan banyak makanan mahal tanpa membayar"

........

Singkat cerita, Kael telah tiba di tempat yang dimaksud.

Di sebuah sungai dengan air terjun, pemandangan indah dan alami itu membuat tubuh terasa ringan, ditambah dengan banyak nya energi alam di sekitar.

Ia duduk di sebuah batu dekat dengan air terjun.

"Sistem, keluarkan pill yang kudapat"

Bertepatan setelah ia mengucapkan perkataan itu, muncul sebutir pill berwarna putih dengan aroma obat yang menyeruak

[Ding!... Pill pembersih, berguna untuk membersihkan semua kotoran dan penyakit dari dalam serta memperbaiki kerusakan yang ada.

Setelah menyerapnya, anda akan menjadi bersih luar dalam, meridian anda akan menjadi semakin kuat dan jika beruntung, maka meridian yang baru bisa terbentuk]

"Woah!.... Ternyata pill ini sangat hebat, tapi dengan ranahku yang sekarang, apa aku boleh menyerapnya tanpa khawatir efek samping?"

[Ding!... Pill pembersih tidak memiliki efek samping tuan, karena ini dibuat khusus untuk anda]

"Haha... Kau memang yang terbaik sistem!"

Tanpa basa-basi lebih lanjut, Kael menelan pill itu dan fokus untuk menyerap khasiatnya

"Aaaaggghhhhhhhhhhh"

???????