Chapter 10: Keluarga Duke?

Kael berteriak, Namun suaranya nyaris hilang ditelan guncangan hebat itu. Ruangan ini seakan ikut bergetar

"Nak! Kau berhasil memakainya? Bagaimana bisa!" Seru sang kakek, matanya membelalak, campur antara takjub dan panik.

Kael terbatuk, tubuhnya setengah terangkat oleh tenaga mengerikan dari sang kakek.

"Kek.. Lepaskan dulu, aku....ukhukk...bisa mati...ukhukk"

"Ah maaf, maaf, aku terlalu bersemangat" Begitu tersadar Ia segera melepaskan cengkramannya. Tetapi dengan sorot mata tajam yang tidak lepas dari cincin di jari Kael.

Kael mengusap dahinya sambil tersenyum kecut.

"Ughh... Tenagamu sangat mengerikan kek"

"Lupakan itu!, yang penting sekarang adalah bagaimana cincin itu bisa aktif?"

Anak itu terdiam sejenak, pikirannya berputar cepat. Ia tidak bisa menceriakan yang sebenarnya. Tidak sekarang, ada terlalu banyak hal yang harus disembunyikan, maka dengan suara tenang dan nada bicara seolah menceritakan hal sepele, Ia mulai bercerita.

"Ini? Hmmm... Tadi saat aku mencari barang antik, tanpa sadar aku tersandung dan akhirnya..

Bruk.. Aku terjatuh dengan tangan yang tergores hingga mengeluarkan darah, entah kebetulan atau bagaimana, darahku mengenai artefak ini dan akhirnya ia bersinar lalu terpasang di jariku begitu saja" Kael sengaja memelintir ceritanya karena Ia tau kejujuran berlebihan hanya akan mengundang bahaya. Namun ia tetap mempertahankan beberapa garis besarnya.

"Semudah itu?"

"Ya... Memangnya kenapa dengan cincin ini sampai kakek hampir gila begitu?" Tanyanya mencoba memancing

Sang kakek membuang pandangannya ke kejauhan, suaranya jadi semakin dalam, seolah sedang memanggil Ingatan masa lalu.

"Cincin itu..... adalah sebuah artefak kuno dari reruntuhan maharaja. Aku menemukannya puluhan tahun yang lalu ditengah reruntuhan yang saat ini telah tertelan tanah."

" Selama bertahun-tahun, aku berusaha membuka rahasianya. Dengan formula, teknik, segel, bahkan dengan darahku sendiri. Tapi tidak pernah sekalipun cincin itu bereaksi. Tidak... Pada siapapun," (Melihat dari cara bicaranya, Kael tau betul kalau pria tua itu masi menyembunyikan sesuatu yang Ia ketahui tentang artefak itu. Mungkinkah Ia sudah tau kalau itu adalah cincin milik sang bencana berjalan dari barat? Panglima Yama)

Ia menatap Kael dalam-dalam dengan sorot mata penuh makna.

"Tapi hari ini, kau mengaktifkannya. Kau adalah satu-satunya orang yang bisa"

Bersamaan dengan selesainya ungkapan itu, tiba-tiba udara terasa semakin berat, hingga membuat Kael sedikit kesusahan untuk bernafas.

Swooshhh... Dalam sekejap, penampilan lusuh dari pria tua itu lenyap, kini ia memakai jubah putih bersih yang menyala dibawah cahaya. Corak burung Phoenix emas membentang gagah di punggungnya, memancarkan aura keagungan. Yang berdiri di hadapan Kael saat ini bukan lagi pria tua biasa pemilik toko barang antik, melainkan seseorang yang membuat udara terasa berat.

Satu kata yang keluar secara otomatis di mulut Kael, "Woaahh" Pupil matanya membesar.

"Kek, siapa dirimu sebenarnya?"

Pria tua itu tersenyum. Bukan senyum ramah, tapi senyum seseorang yang membawa beban ribuan rahasia.

"Nama asliku adalah Yavindra de Arkaina"

Mendengar nama Arkaina, seluruh tubuh Kael merinding

"Astaga, keluarga Arkaina adalah keluarga Duke yang paling dihormati dan dipercaya kerajaan, dan aku berbicara santai dengannya begini?"

Sebenarnya Kael tidak takut dengan marga itu, ia hanya takut keluarganya kenapa-napa akibat ulahnya.

"D-duke Yavindra de Arkaina, maafkan saya karena tidak mengenali nama besar anda" Ia membungkuk sambil menangkupkan kedua tangan

"Bocah, jangan ubah sikapmu, aku lebih nyaman melihat dirimu yang tadi, panggil aku.... Kakek,"

"B-baiklah, k-kakek"

Sang Duke menatapnya cukup lama, lalu kemudian tertawa.

"Hahaha... Apa kamu tau seberapa besar nilai cincin di tanganmu itu?"

Ia membisikkan sesuatu di telinga Kael.

"Bahkan... Yang mulia pernah menginginkannya"

Kael merasa ingin menjerit.

"B-b-bagaimana ini?... C-cincin ini sudah tidak bisa terlepas dari saya kecuali.... "

"Kecuali kalau kamu mati, kan? Bukannya itu mudah" Yavindra mengangkat satu alis, wajahnya serius tapi dibaliknya seperti sedang menguji.

"Aku ini beruntung atau sial sih?" Ucap Kael dalam hati, seandainya dia memang akan dibunuh, tentu saja itu akan terjadi tanpa seorangpun bisa menghentikannya. Karena lawannya adalah kerajaan yang menguasai benua ini.

"A-a-aku mengerti, tapi tolong cukup aku saja, jangan libatkan keluargaku"

"Buahahahaha!" Tawa Yavindra meledak, bukan tawa jahat, melainkan tawa seseorang yang melihat harapan baru diantara kekacauan.

Kael menunduk, jemarinya mengepal. Jujur saja, Ia punya banyak cara untuk kabur dari Yavindra bahkan kerajaan, dia punya domain, dia punya skil ruang, dia punya pasukan abadi sang panglima Yama.

Tapi, sekali lagi, Ia khawatir dengan keluarganya, kalau pun Ia terus berhasil kabur, bagaimana dengan mereka?

"Sistem, maafkan aku, aku harus berkorban, terimakasih sudah menemaniku di kehidupan kedua ini" Kael membatin, tatapannya kosong, Ia benar-benar telah menyerahkan dirinya.

[Ding!... Buang jauh-jauh drama itu tuan. Sepertinya sistem memang harus memanggil anda tuan bodoh, karena anda memang sangat konyol]

[Ding!... Coba lihat reaksinya, Ia tertawa seperti telah menemukan harta berharga. Dan anda berpikir akan dibunuh?]

Dengan senyuman lebar, Yavindra memegang kedua pundak Kael.

"Anak muda, apa pun yang kau inginkan, katakan sekarang juga karena aku akan memaksamu menjadi muridku!"

Pada titik ini, otak Kael seperti tersetrum.

"Meminta apa saja?" Ucapnya dengan mata melotot

Isi pikiran Kael: Yavindra ada seorang Duke, bagi sang Duke, permintaan apapun akan terasa kecil baginya.

Prinsip Kael: jika disuruh minta makan jangan tanggung-tanggung, mintalah ke surga sekalian.

Yavindra mengangguk pelan.

"Aku ingin keluarga terhormat Arkaina menjalin hubungan pertemanan dengan keluarga Feron"

"Keluargaku, keluarga Feron bangsawan tanpa gelar saat ini tengah diambang kehancuran" Ucap Kael dengan ekspresi seperti boneka.

"Hahaha... Kamu memang anak yang menarik!" Seru Yavindra lalu menarik tangannya dari bahu anak itu.

"Apa yang baru saja kuucapkan? Kenapa aku mengucapkan itu?" Batin Kael tersentak.

Perkataan itu memang sangat ingin dia ucapkan, tapi Ia tidak berani karena takut berlebihan.

Namun, entah kenapa mulutnya berbicara sendiri, seolah bukan dia yang mengendalikannya.

"Jangan terlalu dipikirkan nak, aku menggunakan sebuah teknik khusus yang akan membuatmu mengatakan keinginan terbesarmu tadi" Ujar Yavindra

"Mengenai permintaan ini.... Keluarga Feron, keluarga bangsawan yang kini nyaris kehilangan statusnya, jika menjalin hubungan dengan keluargaku, tentu saja akan membuatnya terus bertahan sebagai bangsawan sampai kapanpun. Tapi, hanya sebatas itu, keluarga Feron terkenal karena ketangguhan dan kecerdasannya serta hutang-hutangnya yang tidak masuk akal"

"Keluargamu bisa tetap bertahan dan aman sebagai bangsawan dibawah naunganku, tapi selain itu keluargaku tidak bisa membantu lebih banyak. Kau tau kenapa kan?"

"Iya... Aku mengerti, itu saja sudah cukup, biar aku sendiri yang membalikkan nama keluargaku dan mencabik-cabik mereka yang selama ini membuat kami menderita" Sekilas terlihat kilatan cahaya tajam di kedua mata Kael.

Yavindra yang melihat itu tentu saja dibuat kagum, inilah ciri khas keluarga Feron.

"Karena aku bersedia memenuhi permintaanmu, kau sudah resmi menjadi muridku ya~ hahaha, aku akan menciptakan legenda dimasa depan!"

Yavindra sedikit terkejut karena nada bicara Kael tiba-tiba bberubPria tua itu tersenyum samar, bukan senyum ramah, tapi senyum seseorang yang mememenyimpamenmemenyimp