"Hmm.. Jadi mereka ingin berduel ya? Hahaha pasti menyenangkan melihatnya. Kita juga dapat mengukur kemampuan siswa rakyat jelata kita itu. Hohoho" ucap kepala akademi
"Uhh.. Ya.. Tapi bukankah Revan Valthorne tidak bisa dibandingkan dengan rakyat jelata? Bukankah duel ini sudah terlihat jelas siapa yang akan menang?" tanya guru itu
"Haha kau hanya belum tahu kemampuan dari anak rakyat jelata itu bukan? Bagaimana jika kau yang menjadi pemandu test praktek privat besok agar kau dapat menilainya langsung dengan matamu" saran kepala akademi
"Ahh.. Saya benar benar boleh melakukannya?" tanya sang guru
"Yahh selama kau adil dan mendapat izin dariku itu bukan masalah yakan?" jawab kepala akademi dengan santai
"Baiklah kalau begitu saya terima saran anda dan akan menjadi pembimbing test praktek privat besok." jawab guru itu
Keesokan paginya.
Sasa segera melangkah masuk menuju ruangan test tersebut.
Ruang ujian privat yang terletak dibagian terdalam akademi. Dindingnya yang kokoh dan tebal untuk menjaga keamanan. Serta pintu besi yang kuat untuk menjaga adanya kerusakan yang timbul. Disana terlihat adanya 5 juri ditambah pembimbing yang akan menilai dan mengukur kemampuan Sasa.
"Hai, kau Sasa Verielle? Baiklah kalau begitu mari kita mulai." ucap pembimbing yang akan mengetes Sasa
Sasa yang mendengar itu hanya mengangguk dan langsung mengarahkan pedang kayunya pada guru itu.
Guru pembimbing itu dan Sasa mulai bertarung. Dan tak disangka sangka Sasa yang hanya seorang rakyat jelata bagi mereka dapat mengalahkan guru itu hanya dalam 4 gerakan.
Semua yang melihat itu terkejut..
"APA?? BAGAIMANA BISA SEORANG PENGAWAS PRAJURIT BINTANG 3 DIKALAHKAN SEMUDAH ITU??" teriak salah seorang pengawas
"Erm.. Bukankah saya memang seharusnya mengalahkannya agar bisa diterima di akademi? Bukankah ini normal?" tanya Sasa dengan polos
"APAAAA?? SIAPA YANG BILANG BEGITU PADAMU!!" teriak salah seorang juri yang terheran
"Ehh?? Bukan ya?" tanya Sasa
"Ukh! Kau.. Haha.. Kau.. Tidak perlu mengalahkan pengawas untuk diterima diakademi.. Bagaimana bisa berlian yang belum dipoles mengalahkan prajurit bintang tiga?? Jika saja semua murid harus mengalahkan pengawas.. Mungkin diakademi ini hanya ada 2 atau 3 orang murid saja haha." ucap seorang juri
"Ahh! Begitu~ Jaadi.. Apa aku diterima?" tanya Sasa
"Apa?? Kau masih bertanya bahkan setelah mendengar penjelasan dari salah seorang juri?" ucap seorang juri
"Um.. Apa itu artinya aku.. Eee.." ucap Sasa yang kebingungan
"Ukh! Haah.. Sebenarnya muncul dari mana monster kecil yang polos ini? Kau diterima!" ucap juri
Yahh begitulah cara Sasa diterima diakademi
*Saat pengumuman nilai serta ranking dari ujian teori dan praktek
"Ah!! Dimana namaku!!" "Ukh sempit sekali!! Heii geser aku mau lihat namaku!!" "Heii minggir aku duluan!!" suara desakan dari para siswa siswi
Sasa yang melihat kerumunan itu hanya terdiam dan.. Yah karna dia sudah terlatih dia dapat melihat dari kejauhan maksimal 1000 meter. Jadi untuk melihat hasil dari ujian tersebut mudah saja baginya.
"Eh? Sebentar.. Eh? Kenapa.. Kenapa namaku tidak ada?? Apa mungkin karna aku rakyat jelata??" gumam Sasa
"Heh lihat itu katanya ada yang ingin bertanding dengan yang mulia Revan Velthorne, tapi masuk akademi saja tidak HAHAHA!!" ucap seorang siswa
Lalu tiba tiba.. Ada suara kembang api yang memperlihatkan nama dari orang yang berperingkat pertama diujian teori dan praktek!!
"Selamat kepada ananda Sasa Verielle karna sudah mendapat nilai sempurna dan mendapat ranking tertinggi di Velanthia Academy ini!!" ucapan yang tertulis dilangit yang dipenuhi oleh kembang api dan petasan
"Selamat kepada kalian para siswa siswi yang akan masuk ke Velanthia Academy!! Saya selaku kepala Akademi, yaitu 9 circle Archmage Kael Drovath mengucapkan selamat dan jangan lupa bahwa besok masih ada upacara selamat datang. Jadi jangan lupa untuk datang! Baiklah saya ucapkan terima kasih kepada semua siswa siswi yang ada disini, kalau begitu.. Selamat!! Dan selamat menikmati liburan sebelum kalian masuk ke Akademi ini!!" ucap kepala Akademi
"Wahh itu benar benar kepala Akademi yang selama ini hanya aku dengar dari rumor!! Hebat!" "Wahh dia terlihat sangat gagah dan kuat!!" "Sungguh?? Yang menyambut kami adalah kepala Akademi langsung?? Wahh!!" sorak sorai para siswa yang kagum pada kepala Akademi
Dan begitulah hari yang melelahkan ini berakhir.
Keesokan harinya
"Hmm dihari libur ini aku mau kemana ya? Tak mungkin aku kepasar, uang untuk makan saja tidak ada. jika saja akademi tak menyediakan makanan mungkin aku sudah kelaparan sekarang.. Kenapa hidup dihutan jauh lebih mudah dari pada diIbu kota ya?" ucap Sasa
"Pfft seperti kau pernah tinggal dihutan saja" ucap Revan yang tiba tiba muncul
"Heh aku memang dari lima tahun lalu tinggal dihutan kok.. Ehh kau? Kenapa? Kau ingin mengejekku karna tidak punya uang ya." ucap Sasa
"Haha tidak kok. Jumlah ekonomi setiap orang kan berbeda beda. Apa kau mau pergi makan bersamaku?" ucap Revan
"Wahh ada seseorang yang tiba tiba jadi sok bijak ya~? Huh tidak perlu. Nanti kalau aku makan bersamamu uang taruhanmu pasti akan berkurang." ucap Sasa
"Eh? Enggak kok.. Huhh aku yang traktir. Dan uang ini tidak ada hubungannya dengan uang taruhan oke?" ucap Revan
"Waaw~ Orang yang pertama kali mengajakku ribut tiba tiba jadi baik~ Ada apa ini~?" ucap Sasa
"Haah.. Kau ini banyak sekali maunya. Jadi kau mau atau tidak?" ucap Revan
"HAH!! YA MAU LAH!! Taapi.. Kau tidak akan meracuniku kan?" tanya Sasa
"Hadeh kau setidak percaya itukah padaku? Iya aku akan meracuni makananmu." ucap Revan dengan niat bercanda
"HUH SUDAH KUDUGA!! DUNIA MEMANG SEDANG TIDAK BAIK BAIK SAJA!!" ucap Sasa
"Eh? yang benar saja. Kau percaya? Padahal aku hanya bercanda loh~" ucap Revan dengan nada bercanda
"Wah seorang YANG MULIA REVAN ini bisa bercanda ya~? Keren sekali~ Daan jika kau memang ingin mentraktirku.. Mari kita buat kontrak agar aku percaya padamu." ucap Sasa
"Apa? Sampai membuat kontrak? Wahh kau sangat aneh ya. Seorang yang mulia Revan ini sedang ingin mentraktirmu tapi kau malah ingin menawari kontrak denganku? Haah.. Kalau begitu aku tidak perlu mentraktirmu saja sekalian." ucap Revan
"NAHH SUDAH KUDUGA!! KAU MAU MEMASUKKAN MAKANANKU RACUN!! Yah dari pada aku mati karna keracunan lebih baik tidak memakan makanan yang kau traktir." ucap Sasa
"Haah.. Baiklah berikan kontrak itu. Sebentar kenapa aku jadi mau menandatangani kontrak yang jelas akan merugikanku ini?" ucap Revan
"Merugikan apanya kan aku hanya menulis kontrak agar kau tidak memberiku racun. Tapi itu akan merugikanmu jika memang niatmu untuk meracuniku sih.." ucap Sasa
"Haah.. Berikan kontrak itu. Dan aku juga akan menambahkan sesuatu agar adil" ucap Revan
"Hm? Ya terserah padamu yang terpenting tidak merugikanku" ucap Sasa
Revan menambahkan sesuatu pada kontraknya
"Hm? Apa apaan ini~? Bukankah kau sudah pintar? Kenapa kau menambahkan ini??" tanya Sasa
"Hei kau pikir aku tidak tahu? Orang berperingkat satu yang mengalahkan pengawas. Itu kau kan? Bahkan kau juga ranking satu dalam ujian teori.. Bukankah itu tidak masalah kalau kita belajar bersama? Aku juga bisa mengajarimu hal yang mungkin kau kurang kuasai!" ucap Revan dengan semangat
"Ukh dasar pria. Tapi kalau begitu tidak sekalian saja aku menjadi guru privatmu begitu?" ucap Sasa dengan tujuan bercanda
"Hmm boleh juga, jika kau menjadi guru privatku kau juga akan mendapat uang dariku. Bagaimana?" ucap Revan dengan serius
"Eh? Hah? Kau serius? Aku hanya bercanda tadi!! Taapi.. Kalau ada uangnya sih masih bisa kita bicarakan heheh" ucap Sasa
"Yah.. Aku tidak terkejut mendengar jawaban dari seseorang sepertimu. Tapi yah mari kita bahas guru privat dan semacam itu lain kali. Mari kita tanda tangani kontrak ini dulu" ucap Revan
"Baaik yang mulia~" ucap Sasa
Sasa dan Revan pun menandatangani kontrak yang berisi tentang Revan yang tidak boleh meracuni Sasa dan Sasa yang minimal sekali harus menerima ajakan belajar bersama dari Revan.
Dan dengan begitu Revan dan Sasa pergi menuju bazar yang kebetulan ada didekat sana.
"Revan!! Lihat ada gelang yang indah!" teriak Sasa yang terpukau
"Hm? Gelang murahan ini kau bilang indah? Kenapa seleramu aneh sekali?" ucap Revan
"Apaa~ Kau tahu yang aneh! Padahal gelang ini indah loh~!" ucap Sasa
"Haah oke baiklah itu indah. Apa kau ingin membelinya?" tanya Revan
"Ah? Membelinya? Yahh uang untuk makan saja hampir tidak ada.. Bagaimana bisa aku membeli hal untuk kesenanganku begini?" ucap Sasa
Revan yang mendengar itupun akhirnya berpikir dan berakhir membeli gelang itu secara diam diam tanpa sepengetahuan Sasa
"Ahh disana ada restoran!! Umm.. Kalau kau keberatan aku makan bersamamu kau bisa makan sendiri kok. Aku bisa makan saat diakademi nanti." ucap Sasa
"Huh orang yang menawariku untuk sparing/duel bersama ini ternyata orang yang lembut dan perhatian ya?" ucap Revan
"Ukh!! Heii kan kau yang menantangku!! Dasar!! I..intinya jika memang kau tidak nyaman dengan keberadaanku.." ucap Sasa
"Haah.. Kan aku yang mengajakmu makan. Kenapa aku jadi tidak nyaman? Ayo makan bersama, aku yang traktir." ucap Revan
"Hm.. Baiklah terimakasih.. Ahh dan kau ternyata baik juga ya?" ucap Sasa yang heran
"Hm? Haha kurasa ini pertama kali ada yang bilang bahwa aku adalah orang baik dengan tulus setelah kedua orang tuaku" ucap Revan
"Ohh ya~? Mungkin karna yang mengatakannya rakyat jelata bukan~?" ucap Sasa dengan santai
"Haha yah mungkin? Dan kau orang yang seru juga rupanya.. Ahh bukan berarti aku akan mengalah saat kita sparing/duel nanti" ucap Revan
"Haha kau bercanda? Untuk apa kau mengalah kalau yang menang itu aku? Haha" ucap Sasa
"Haah baiklah kita lihat nanti" ucap Revan
Dan begitulah hari libur ini selesai dengan sebuah relasi yang tak terduga. Kita hanya perlu menunggu untuk melihat upacara dan ucapan selamat datang dari Velanthia Academy besok.
Siapa lagi yang akan bertemu dengan Sasa besok? Yahh.. Siapa yang tahu?