Bab 4: Mata yang Mengawasi Langit
Tiga Hari Setelah Insiden Padam Sistem
Di tengah malam, suara detakan ringan terdengar dari sebuah kamar tersembunyi di bawah perpustakaan tua. Di dalamnya, tiga sosok berdiri mengelilingi layar hitam dengan titik-titik merah bergerak.
"Ada tiga gerbang data yang tak bisa kita buka," ujar Nyx sambil mengetik cepat. "Semuanya dilindungi protokol dari... luar akademi."
Selene menyipit. "Protokol militer?"
Kael mengangguk pelan. "Atau lebih buruk—protokol organisasi tanpa negara. Mereka punya kode-kode yang tidak bisa dibaca AI."
---
Data yang Terungkap – The Watchers
Dari dokumen retas terbatas, mereka menemukan informasi tentang:
The Watchers: kelompok rahasia yang memantau para siswa jenius sejak usia 7 tahun.
Tujuan mereka: "Mengidentifikasi manusia unggul untuk evolusi sistem global, dan menyingkirkan variabel tak terkontrol."
Kael tercatat sebagai anomali yang tak terdeteksi. Namanya tidak pernah ada dalam daftar The Watchers.
"Kalau mereka tahu kamu sekarang, Kael…" bisik Selene.
"Mereka tidak akan menyerang langsung," jawab Kael datar. "Mereka akan mengganggu... persepsi kita."
---
Dan benar saja, keesokan harinya... dunia mulai berubah.
Kael masuk kelas, dan semua mata memandangnya dengan tatapan aneh. Beberapa berbisik, sebagian lagi terlihat... takut.
Nyx menarik lengan bajunya. "Kau lihat datanya?"
"Belum."
Nyx membuka notifikasi publik. Judulnya mencolok:
> [INFO LAYANAN SISWA: Kael Asver Diduga Terlibat dalam Manipulasi Sistem Kelas Simulasi Tingkat 5.]
Kael tertawa kecil. "Mereka mulai memainkan kartu psikologis."
Selene menggeram. "Mereka ingin semua orang meragukanmu... sebelum mereka mencabutmu dari sistem."
---
Malam harinya – Ruang aman milik Nyx
Kael menatap dirinya di kaca. Bukan untuk memastikan penampilan. Tapi untuk membaca dirinya sendiri.
"Orang-orang mulai mempercayai kebohongan karena mudah. Dan membenci kebenaran karena sulit diterima."
Nyx yang duduk di pojok bertanya, "Kau yakin kita bisa menembus mereka?"
Kael menoleh, matanya tenang tapi tajam. "Aku tidak akan menembus mereka."
"Aku akan membuat mereka membuka pintu... sendiri."
---
The Watchers kini tahu Kael ada. Dan mereka mulai membentuk narasi palsu di sekitarnya. Tapi Kael bukan korban.
Dia adalah penulis skenario dari balik tirai, dan untuk pertama kalinya...
ia mulai membalas.
---
Hari Keempat – Ruang Tengah Akademi Zenith
Gosip tentang Kael menyebar seperti virus. Mading digital kampus penuh spekulasi: "Kael mencuri algoritma ujian", "Dia menyabotase sistem simulasi", "Kael adalah produk eksperimen AI gagal."
Sebagian percaya. Sebagian mulai takut.
Dan Kael?
Ia duduk di taman tengah akademi, tersenyum tipis sambil memberi makan burung virtual.
"Opini publik bukan soal kebenaran," katanya pada Nyx. "Tapi siapa yang mengatur narasi lebih dulu."
---
Rencana Dimulai
Kael meretas salah satu ruang publik sistem: Forum Anonim Zenith. Ia menciptakan sebuah identitas palsu: "Watcher#8", seolah-olah insider dari organisasi asli.
Lalu ia unggah:
> "Kael Asver bukan target. Dia satu dari kami. Tapi dia membelot."
Ledakan terjadi.
Siswa mulai bingung. Kalau benar Kael dari dalam organisasi, kenapa mereka menyerangnya?
Keraguan menyebar. Dan di balik keraguan, kepercayaan pada sistem mulai retak.
---
Hari Kelima – Kelas Retorika Publik
Di depan kelas, seorang siswa tampil: Lyron Velest, siswa tahun ketiga, juara debat, dan—tanpa diketahui publik—agen Watchers.
Ia memulai debat bertema: "Sistem Akademi Zenith Adil dan Transparan."
Lalu, dengan langkah ringan, Kael mengangkat tangan. "Saya ingin menantang pernyataan itu."
Ruangan hening.
"Zenith bukan tempat adil. Ini panggung yang hanya diperuntukkan bagi yang tahu cara menciptakan naskahnya."
"Dan saya, kebetulan, penulisnya."
Debat dimulai. Kael tak hanya menang—ia membongkar inkonsistensi data Zenith, log manipulasi nilai, dan kontradiksi peraturan sistem.
Lyron terpukul. Wajahnya nyaris retak. Ia tahu, Kael tahu... terlalu banyak.
---
Malamnya – Pesan Rahasia Masuk
Nyx dan Selene menerima pesan terenkripsi dari pengirim tak dikenal.
> "Kael bukan musuh kalian. Tapi jika dia terus bicara, bukan hanya kalian bertiga yang akan lenyap."
Selene gemetar. "Mereka mengancam."
Tapi Kael hanya menatap layar, lalu tersenyum kecil. "Tidak, Selene. Itu bukan ancaman."
"Itu pengakuan bahwa mereka mulai takut."
---
Kael membuka babak baru. Bukan sekadar bertahan dari fitnah. Tapi mulai menulis ulang naskah permainan ini. The Watchers menyadari: mereka tak lagi berburu seorang siswa... tapi seorang dalang.
---