BAB 18: TARIAN DALAM KEGELAPAN

Di Atas Menara Bayangan – Pandangan Alexandros

Alexandros berdiri diam di atas gedung pencakar langit, menatap sisa puing-puing markas Black Mantis dari kejauhan. Angin malam menerpa jas panjang hitamnya, namun pikirannya lebih dingin dari udara sekitarnya.

Ia menatap rekaman melalui tablet canggih di tangannya—tayangan ulang dari drone milik organisasinya.

Mayat berserakan.

Lorong hangus.

Lantai yang dibasahi darah.

Satu orang.

Satu malam.

Satu legenda.

> "...Kau tumbuh terlalu cepat, Reivan," gumam Alexandros pelan.

"Begitu cepat… dan begitu kejam."

Salah satu agen di sampingnya berkata, "Perintah selanjutnya, Tuan?"

Alexandros menatap jauh ke arah selatan, ke mana siluet bayangan bergerak seperti angin—arah dari markas Specter Eidolon.

> "Kita tidak menghentikannya. Kita mengamati."

"Night Hunter... ingin menyelesaikan sesuatu. Dan aku ingin tahu… seberapa jauh dia akan melangkah."

---

Markas Specter Eidolon – Perang Psikologis Dimulai

Markas bawah tanah Specter Eidolon kini berubah menjadi benteng logam tak tertembus.

Ruang-ruang gelap disinari cahaya biru, kamera aktif, sensor menyala, dan pasukan elit bersiaga dengan senjata anti-pemburu.

Di pusat komando, kedua pemimpin besar organisasi kriminal dunia berdiri berdampingan.

Specter Eidolon: Dingin, manipulatif, dan jenius.

Black Mantis: Brutal, fanatik, dan penuh dendam.

> "Kita tidak melawan manusia..." bisik pemimpin Specter.

"Kita telah melawan kegelapan sejati."

Pemimpin Black Mantis menggeram, "Aku ingin dia hidup. Aku ingin membunuhnya perlahan."

Namun saat mereka berbicara, semua monitor tiba-tiba mati.

Lampu padam.

Sensor mati.

Pintu otomatis terkunci.

> "I—INI TAK MUNGKIN!" teriak teknisi.

Layar utama menyala kembali. Tapi bukan sistem mereka yang tampil.

Melainkan… sebuah wajah bertopeng.

Mata tajam berwarna merah membara.

> "Lampu padam."

– Night Hunter.

---

Perang Dimulai – Tarian Pembantaian

Reivan melangkah masuk ke markas Specter Eidolon. Jubahnya mengalir seperti asap, langkahnya sunyi, dan tatapannya tak mengenal rasa takut.

Satu tembakan. Dua pisau. Tiga penjaga roboh.

Dalam lima menit pertama, dua belas agen elit hilang dari peta.

Reivan bergerak seperti bayangan yang tidak bisa disentuh. Sensor gerak tak bisa mendeteksi pergerakannya, kamera mati begitu ia melintas, dan peluru seolah tak bisa menembus kegelapan yang membungkus tubuhnya.

> "DIA ADA DI RUANG INTI! SEMUA TIM, KEPUNG DIA!"

"INTRUDER DI LEVEL 3!"

"DIA MENUJU KITA—!"

Terlambat.

Pintu utama ruang komando dihantam hingga roboh.

Dan di ambangnya…

Night Hunter berdiri.

Tatapan dua pemimpin organisasi itu langsung terkunci pada sosok bertopeng tersebut.

> "Kalian…"

"Sudah cukup lama bersembunyi di balik bayangan.

Tapi sekarang, aku akan menunjukkan... siapa yang benar-benar menguasai kegelapan."

Pemimpin Specter menarik senjata misterius, bentuknya seperti cambuk cahaya yang menyayat udara.

Pemimpin Black Mantis membuka mantel besar dan menghunus dua pedang berwarna obsidian.

> "Mati kau, anak tengik!"

"Darahmu akan menjadi peringatan bagi siapa pun yang menentang kami!"

Pertarungan pun dimulai.

Pisau melawan pedang.

Kecepatan melawan kekuatan brutal.

Strategi melawan kegilaan.

Tiap pukulan memecahkan lantai. Tiap gerakan menyayat udara.

Namun Reivan tidak mundur. Tidak gemetar. Tidak kehilangan fokus.

> "Kalian pikir ini pembalasan?" gumam Reivan dari balik topeng.

"Ini... penutupan."

BAB 18 – Tarian Dalam Kegelapan (BAGIAN AKHIR )

Darah menetes di lantai besi.

Asap tipis membumbung dari ledakan kecil.

Senyap... hanya napas berat terdengar.

Reivan berdiri di tengah ruangan komando. Topeng hitamnya retak sebagian, memperlihatkan sebagian wajahnya yang dingin tak berperasaan.

Pemimpin Specter Eidolon, tubuhnya bersandar pada dinding dengan luka dalam di perutnya. Jubah elitnya tercabik. Napasnya berat. Pandangannya kabur.

> "Kau... monster... bukan manusia…"

Reivan menatapnya datar.

> "specter eidolon... membunuh ayahku. Membakar namanya.

Menciptakan dalih, membunuh keluargaku,

lalu menyebutnya... 'keputusan yang diperlukan'."

Dia melangkah pelan. Setiap langkah bergema keras. Tanpa tergesa. Tanpa ragu.

Pemimpin specter eidolon berusaha berdiri walau tulang pahanya patah. "A-Apakah kau… anak itu…? Mustahil…"

> "Anak dari Azel Arkady."

"Yang kalian bunuh demi mempertahankan kekuasaan kalian atas bayangan dunia."

Reivan mengangkat senjata peredamnya, menodong ke kepala pemimpin specter eidolon.

DOR.

Darah menghiasi dinding.

Pemimpin Black mantis masih terengah-engah. "Ka-kalau kau bunuh aku… dunia bawah akan runtuh… kekacauan akan…"

> "Bagus."

"Dunia perlu dikacaukan…

Agar mereka tahu siapa penguasa sebenarnya dari kegelapan."

DOR.

Dan sunyi kembali menyelimuti ruangan.

---

Beberapa Kilometer Jauh – Di Atas Menara Observasi

Alexandros menyaksikan semuanya melalui monitor kecil di tangannya. Dari awal Reivan menyusup, hingga saat dua pemimpin itu menghembuskan napas terakhirnya.

Wajah Alexandros masih tenang, namun matanya menunjukkan sesuatu yang sulit dibaca—kebanggaan, rasa bersalah, dan ketakutan bercampur jadi satu.

> "Jadi… kau benar-benar memilih jalan ini, Reivan…"

"Anak dari Azel... dan anak angkat ku sendiri."

Ia menatap layar yang perlahan mati, menampilkan hanya satu pesan terakhir:

> [Night Hunter – Mission Complete]