Kisah ini di mulai dari beberapa ribu tahun yang lalu, dimana para umat manusia terisolasi oleh tembok besar setinggi 50 m.
Di sana bukan hanya ada satu tembok saja, melainkan ada tiga lapis tembok. Di lapisan pertama biasanya berisi para rakyat biasa, di lapisan kedua markas para tentara, dan tempat darurat dan di lapisan terakhir tempat para keluarga kerajaan dan keluarga bangsawan tinggal.
Di lapisan tembok pertama, terbagi menjadi 4 region, dan setiap region memiliki distrik masing-masing dan penjaga masing-masing.
Luas seluruh tembok itu kurang lebih sekitar 54,76 km², dengan panjang dari barat ke timur 13,000 km, sedangkan dari utara ke selatan adalah 8,000 km.
Dunia dalam tembok itu juga sering di juluki Eurasia, oleh pendukungnya.
Di bawah pohon yang rindang, seorang anak laki-laki berambut hitam sedang tiduran di bawahnya, dan mata hitam nya menatap langit yang berwarna biru cerah. Di samping nya, ada kaya yang dia kumpulkan dari tadi.
Dia bernama Nikola Falkenstein.
Seorang anak laki-laki yang sering di kenal bikin onar di tempat nya tinggal, Java.
Dari arah kejauhan seorang gadis berjalan sambil menggendong kayu di punggung nya, mata nya menatap malas Nikola yang sedang tiduran itu.
Dia pun mendekati nya dan melihat nya dari atas. "Nikola, ayo cepat bangun! Kita harus segera pulang." Ucap gadis itu.
"Pulang? Sena, langit masih cerah. Diam sebentar kan bisa." Ucap nya kepada gadis bernama Sena itu.
"Tidak bisa, nanti bibi marah lagi seperti kemarin-kemarin, karna kita pulang telat." Ucap Sena kepada Nikola.
Nikola pun menghembuskan nafas kasarnya, setelah itu dia pun bangkit. "Baiklah, ayo kita pulang." Ucap nya sambil mengambil kayu yang ada di samping nya.
Saat sampai di pusat kota, Nikola melihat seorang pemuda yang sedang mabuk dengan kedua teman nya. Dia adalah Arc.
Arc adalah seorang pria yang bekerja sebagai prajurit di cabang Garrison, dimana tugas nya menjaga ketertiban dan keamanan di sekitar tembok.
Mungkin karna terlalu santai, dan ada para prajurit pengintai, para prajurit Garrison lebih memilih untuk menghabiskan waktunya dengan hal yang tidak penting.
Melihat hal itu, Nikola pun mendekati Arc dengan wajah kesalnya. "Hei, Arc." Panggil Nikola.
Tidak ada yang berani memanggil nya dengan nama, kecuali di bocah pembuat onar, Nikola.
Melihat kedatangan Nikola, dia pun langsung merangkul nya. "Nikola, ada apa kau memanggil ku? Apa kau mau pamer, kalau kau baru saja kencan dengan Sena." Ucap Arc kepada Nikola sambil mendekatkan wajahnya.
"Arc, mulut mu mau alkohol, menjauh lah!" Ucap Nikola kepada Arc sambil menjauhkan wajah nya itu.
Melihat itu, Arc pun menjadi tidak senang. "Hei, hei, bukankah kau terlalu kasar? Jika seperti itu, kau tidak akan mendapatkan pacar, lho." Ucap nya sambil berjalan menjauh.
"Berisik, kau pikir aku peduli." Ucap nya kepada Arc.
Setelah itu dia pun berjalan menjauh di ikuti oleh Sena, sebelum dia benar-benar pergi dia melihat lagi ke arah Arc. "Dasar para pemakan gaji buta." Ucap nya.
"Apa kau bilang?!" Ucap salah satu teman Arc tak terima di panggil seperti itu.
"Biarkan saja dia, lagipula apa yang dia katakan ada benar nya juga." Ucap Arc kepada orang itu.
"Tapi, dia udah cukup berlebihan, kapten." Ucap orang itu yang masih tak terima.
"Biarkan. Dia bilang seperti itu, karna dia akan masuk ke prajurit cabang pengintai." Ucap Arc sambil meminum air nya lagi.
Mendengar itu, orang itu pun langsung kembali duduk. "Tim pengintai? Bukannya ayah nya tewas di sana, ya? Kenapa dia masih ingin bergabung dengan tim itu?" Tanya nya.
"Mana ku tahu, yang tahu jawabannya cuma dia seorang." Ucap Arc.
Saat ini, Nikola baru saja sampai di rumah nya, dia tinggal di sana bersama dengan Sena dan ibu nya.
Orang tua Sena tewas di bunuh 3 tahun yang lalu, sedangkan ayah Nikola tewas saat menjalankan misi di tim pengintai satu tahun yang lalu.
"Kami pulang." Ucap Nikola sambil membuka pintu nya.
Melihat itu, ibu nya pun langsung tersenyum ketika melihat anak nya pulang. "Pas banget kalian pulang, mamah baru saja memasak kan makan siang." Ucap nya.
"Wah, kebetulan aku lapar." Celetuk Nikola lalu berjalan menuju meja makan.
Sebelum melangkah lebih jauh, kerah belakang milik Nikola di tarik oleh ibunya. "Eh? Apa nih, mah? Aku mau makan." Ucap nya.
"Cuci tangan dulu sana, Sena aja cuci tangan dulu." Ucap nya sambil menunjuk ke salah satu ruangan di dalam rumah nya itu.
"Alah, padahal aku sudah lapar." Ucap Nikola lalu berjalan secara terpaksa ke dalam toilet.
Pada malam hari nya, Nikola sedang tiduran di lantai ruang nya. Sedangkan ibu nya dan Sena sedang membuat sebuah kalung menggunakan manik-manik.
"Hei, mamah. Apa aku sudah boleh masuk ke Warrior Academy? Aku—"
"Tidak boleh!" Potong mamah nya, meskipun Nikola belum tamat ngomong nya.
"Tapi, mamah—"
"Mamah, bilang tidak boleh, ya, tidak boleh. Masih banyak pekerjaan yang lebih baik daripada menjadi prajurit, kan?" Tanya mamah nya.
"Tapi aku ingin menjadi prajurit, aku dan ayah sudah berjanji akan menjadi prajurit bersama." Ucap Nikola.
"Itukan dulu, ayah mu saja tewas di saat dia mengerjakan misi nya, apalagi kamu yang memiliki fisik jelas lebih lemah dari nya." Ucap mamah nya.
"Itu karna aku masih berusia 10 tahun, aku akan pastikan kalau aku akan menjadi prajurit. Tidak, maksud ku, aku akan menjadi komandan nya." Ucap Nikola sombong.
Mendengar ocehan dari anak nya yang mulai tidak masuk akal, dia pun langsung menggelengkan kepala nya. "Udah, udah, ini udah malam sana pergi tidur." Ucap nya.
Setelah itu tidak ada lagi obrolan di antara mereka di malam itu.
Pada ke esokan hari nya, Nikola pun berjalan santai melewati jembatan di kota nya itu. Saat dia melihat ke tepi sungai yang ada di bawah jembatan, dia pun melihat salah satu teman nya.
"Hei, Daniel. Apa yang sedang kau lakukan?" Ucap nya sambil berlari mendekat.
Dia pun melihat ke sumber suara. "Oh, Nikola. Aku cuma lagi bosan saja. Kenapa kita harus tinggal di dalam tembok ini?" Ucap nya.
"Daniel, apa kau penasaran dengan dunia di luar tembok." Tanya nya.
"Tentu saja, aku penasaran. Kita kan pernah membaca buku, bahwa di dunia luar ada danau tak terbatas, yang sering juga di sebut laut." Ucap nya sambil tersenyum.
Mendengar itu, dia pun langsung duduk di samping Daniel. "Maka dari itu, aku ingin bergabung dengan pasukan pengintai, supaya bisa melihat dunia luar." Ucap Nikola sambil tersenyum.
"Tapi.., bukannya di dunia luar tembok cuma ada para iblis yang ingin menginvasi wilayah ini." Ucap Sena dari arah belakang.
Mendengar hal itu, dunia luar yang mereka bayangkan barusan langsung hilang seketika. "Sena, kalau datang yang pas dikit dong." Ucap mereka berdua.
"Apa yang ku katakan itu salah?" Tanya dengan polos.
Saat Sena melangkah satu langkah saja lagi, tanah berguncang dengan keras membuat mereka bertiga langsung panik.
Setelah beberapa detik, tanah pun kembali keadaan semula, tapi banyak suara jeritan dari arah lain. Dan itu membuat mereka bertiga penasaran.
Saat mereka akan pergi dari sana, suara lantang datang dari arah depan mereka. "Kalian! Pergi! Jangan diam saja di sana!" Ucap Arc kepada mereka bertiga.
"Arc?" Ucap mereka bertiga ketika melihat Arc yang sedang berdiri di atas jembatan.
Bersambung...