Chapter 1: Awal dari Takdir

Di ujung dunia yang tenang dan tersembunyi, terdapat sebuah desa kecil bernama Desa Kabut Senja. Desa itu terletak di antara pegunungan yang menjulang tinggi, dikelilingi oleh hutan lebat dan kabut yang seolah tak pernah menghilang. Bagi dunia luar, desa ini hanyalah titik kecil yang tidak berarti, namun bagi Ling Tianho, tempat ini adalah seluruh dunianya.

Ling Tianho adalah seorang pemuda berusia enam belas tahun. Dengan wajah tampan, mata tajam seperti elang, dan rambut hitam panjang yang terurai liar, ia dikenal sebagai anak yatim piatu yang hidup sendirian di gubuk kayu peninggalan orang tuanya. Sejak kecil, ia tidak pernah tahu pasti bagaimana orang tuanya meninggal, hanya sebuah kenangan samar tentang malam yang penuh darah dan raungan binatang buas yang terus menghantui mimpinya.

Meski hidup serba kekurangan, Tianho tidak pernah menyerah. Setiap pagi, ia akan berlatih di depan gubuknya, mengikuti teknik dasar kultivasi yang tertulis dalam kitab tua peninggalan ayahnya. Kitab itu sudah kusam dan penuh coretan, tetapi ia tetap mempelajarinya dengan tekun. Ia yakin bahwa kekuatan adalah satu-satunya jalan keluar dari kehidupannya yang suram.

Suatu hari, angin membawa kabar dari desa terdekat. Sekte Awan Langit, salah satu sekte kultivasi terbesar di wilayah itu, akan mengadakan ujian masuk bagi para pemuda berbakat. Desas-desus itu menggugah hati Tianho. Sekte Awan Langit adalah tempat para jenius berkumpul, tempat untuk menjadi kuat dan merubah nasib. Tanpa ragu, Tianho memutuskan untuk mengikuti ujian tersebut.

Di perjalanan menuju tempat ujian, Tianho menemui beberapa pemuda dari desa lain. Beberapa dari mereka terlihat gagah dengan pakaian bersih dan senjata di pinggang. Sementara Tianho hanya membawa tas sederhana berisi kitab tua dan bekal seadanya. Sepanjang perjalanan, ia mendengar kisah-kisah tentang murid hebat dari Sekte Awan Langit, membuat hatinya semakin bergelora.

Hari ujian tiba. Ratusan pemuda dari desa-desa sekitar berkumpul di lapangan besar yang dipenuhi bendera sekte. Dengan wajah penuh harap, Tianho berdiri di antara mereka. Para tetua sekte, dengan jubah putih bersih dan aura agung, memulai seleksi dengan mengukur potensi Qi setiap peserta. Ketika giliran Tianho tiba, suasana mendadak hening. Tetua yang memeriksa potensinya mengernyit, kemudian menggeleng pelan.

"Dasar yatim piatu dari desa antah berantah, mana mungkin bisa masuk sekte besar seperti ini!" cemooh salah satu pemuda dari desa kaya. Tawa meremehkan terdengar, membuat Tianho menunduk, menahan rasa sakit yang menyeruak dari hatinya.

Tianho menggertakkan giginya, menahan rasa malu yang membakar. Hasilnya sudah jelas tidak diterima. Namun, tidak ada amarah atau air mata dari pemuda itu. Dengan tatapan dingin, ia hanya menunduk, menguatkan tekad dalam hatinya. Penolakan ini bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan panjangnya.

Dalam perjalanan pulang, Tianho melihat sebuah kerumunan di tengah jalan. Seorang pria tua terbaring lemah, terluka parah. Tanpa ragu, Tianho mendekati pria itu dan membantunya. Setelah merawat luka-luka pria itu, Tianho mengetahui bahwa orang tua tersebut adalah seorang kultivator pengembara yang kehilangan arah dan diserang binatang buas.

"Kau memiliki hati yang tulus," ujar pria tua itu dengan suara lirih. "Jika kau ingin menjadi kuat, jangan bergantung pada sekte besar. Temukan kekuatan dalam dirimu sendiri."

Tianho tertegun. Pria tua itu memberinya sebuah jimat yang berkilau samar. "Gunakan ini ketika kau berada dalam bahaya besar. Itu mungkin akan menyelamatkan hidupmu."

Saat malam tiba, Tianho kembali ke desanya dengan langkah tenang. Di bawah sinar rembulan, ia menatap langit luas yang seolah mengejek kelemahannya. Ia bersumpah pada dirinya sendiri bahwa suatu hari nanti, dia akan berdiri di puncak dunia ini, menginjak semua yang pernah meremehkannya.

Keesokan harinya, dengan tekad baru, Tianho memutuskan untuk meninggalkan desa dan memulai perjalanan sebagai kultivator pengembara. Di dunia luar yang luas dan penuh bahaya, ia akan mengasah kekuatannya sendiri. Meninggalkan tempat yang penuh kenangan, Tianho melangkah menuju takdir yang menantinya.

Dan begitulah, perjalanan seorang pengembara yang tak gentar oleh dunia dimulai. Ling Tianho pemuda yang menolak tunduk pada nasib, akan menulis takdirnya sendiri di dunia kultivasi yang kejam dan penuh tantangan.