Mabuk Demi Kamu!

Pada malam yang sama, di rumah Perdana Menteri yang terletak di Zhao Agung, Diwu Qingrou mengirim semua pelayannya. Dia mengenakan jubah putih berdiri sendirian di tengah sebuah paviliun dengan tangan terlipat di belakang. Dia menatap langit malam yang gelap dan berdiri diam tanpa bergerak untuk waktu yang lama.

Musim gugur terasa sangat dingin! Angin berpagar lembut di langit, kesedihan perpisahan terus-menerus mengiris hatinya.

Diwu Qingrou terus berdiri di posisi yang sama.

Setelah waktu yang lama, dia menghela napas dalam kegelapan malam yang sunyi. Diwu Qingrou bertanya dengan tenang, "Kakak, apakah kamu sudah pergi?"

Angin terus menderu, tetapi tidak ada jawaban.

Diwu Qingrou perlahan berbalik. Di belakangnya ada meja ukir rumit dari kayu biasa, tetapi semua sudutnya aus karena dibuat beberapa dekade yang lalu. Di atas meja terdapat enam piring makanan dan sebuah kendi anggur yang disusun.

Empat cangkir anggur ditempatkan di empat arah: timur, barat, selatan, dan utara.