Dalam kekaburan, Kage Kawabata merasa pakaianya terkelupas, sepasang tangan dengan lembut membelai tubuhnya.
Napas bermain di kulitnya, menegang setiap saraf dalam tubuhnya, seperti angin musim semi menyapu padang luas, menembus pintu hati yang tertutup rapat, membawa kenikmatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Malu, malu-malu, terbatas, ada sebuah keresahan demam.
Dia kehilangan dirinya, tubuhnya tenggelam dalam lendir lembut, terbenam, tak berakhir tenggelam.
Menggigit bibir merahnya, dia mengeluarkan gumaman mabuk, merentangkan lengannya untuk merangkul leher dari sosok dalam pikirannya, seperti bunga mekar menginginkan baptisan embun manis.
Dalam kebingungan, dia merasakan sesuatu.
Tidak sabar tetapi sangat cemas, detak jantungnya berdegup kencang, dan dia tiba-tiba membuka mata lebar.
"Ah!"
Kawabata Kage mengeluarkan teriakan kaget, terkejut bangun, mengedarkan pandangnya ke sekitar ruangan—kamar tidur yang kosong hanya berisi dirinya sendiri.