Setelah penerbangan yang melelahkan selama lebih dari sepuluh jam, akhirnya kelompok saya dan saya mendarat.
Kontras antara tujuan kami dan ketenangan tanah air kami sangat mencolok. Kami telah memasuki zona konflik dan peperangan, di mana nyawa seseorang bisa lenyap seketika tanpa kewaspadaan yang tepat.
Saat kami beristirahat di kendaraan, kepala tim medis yang menyambut kami memberikan pengarahan tentang lokasi kami selanjutnya.
Dia juga membagikan senjata api kepada masing-masing dari kami.
Kata-katanya sangat berkesan ketika ia menekankan bahwa meskipun misi kami untuk menyelamatkan nyawa itu penting, keselamatan kami sendiri lebih diutamakan.
Sentimen ini membangkitkan kenangan pernikahan saya dengan Ottilie, ketika saya menganggapnya sebagai dunia saya.
Bukankah saya pernah menghargainya di atas eksistensi saya sendiri?
Kami segera mencapai tujuan kami.
Jalan tanah dipenuhi individu yang terluka, anggota tubuh mereka dibalut perban berlumuran darah.