Chapter 4.3 – Pengadilan Tanpa Takhta
---
“Keadilan bukanlah soal benar atau salah… tapi siapa yang cukup pantas untuk mendefinisikan keduanya.”
---
[Benteng Vertallis – Wilayah Netral Tertinggi]
Setelah kembali dari Laut Morvain, Ailina dan kedua rekannya menerima panggilan mendesak: mereka harus menghadiri Sidang Penentuan Realitas yang diadakan di Benteng Vertallis, tempat para Arbiter berkumpul—makhluk setengah fana yang menjaga tatanan dunia.
Benteng ini bukan sekadar tempat. Ia adalah penyeimbang realitas, dan siapa pun yang memasuki ruang pengadilannya akan kehilangan semua bentuk perlindungan spiritual, magis, dan ilahi.
> Lugh (serius):
“Ini bukan sidang biasa. Mereka tidak menghukummu atas perbuatanmu… tapi atas eksistensimu.”
> Ailina:
“Dan jika mereka menyatakan keberadaanku tak sah?”
> Ceyren:
“Maka dunia ini akan memaksamu menghilang.”
---
[Majelis Pengamat – Suara Dunia]
Di hadapan mereka berdiri tiga Arbiter:
Vaelion, sang Penimbang Dosa
Myrrhalis, sang Pemilik Ingatan
Korr Murn, sang Penjaga Batas Realitas
Semua mengenakan topeng, berbicara dalam satu suara kolektif. Ailina berdiri di tengah lingkaran cahaya. Suara mereka menggema, tanpa emosi:
> Arbiter:
“Kau bukan berasal dari dunia ini. Namun jejakmu telah mengubah garis realitas. Jelaskan alasanmu.”
---
[Dialog Persidangan – Hak untuk Ada]
Ailina tidak diberi waktu lama. Setiap kata yang ia ucapkan dirasakan oleh seluruh entitas realitas. Ia berbicara bukan hanya untuk dirinya… tapi untuk semua yang menolak takdir yang diberikan.
> Ailina:
“Aku tidak meminta diizinkan lahir di sini. Tapi sejak dunia ini memanggilku, aku memilih untuk tidak lari. Jika eksistensiku adalah cacat bagi dunia, maka biarkan aku menjadi cacat yang mengubah bentuknya.”
Kata-kata itu mengguncang ruang sidang. Myrrhalis menatap dengan mata kosongnya, lalu membuka lembaran dari Buku Tak Bernama—catatan semua yang belum terjadi.
Ia melihat masa depan Ailina… dan wajahnya berubah.
---
[Putusan Tanpa Keputusan]
Tak ada vonis. Tak ada kalimat akhir. Sebaliknya, Myrrhalis menutup bukunya perlahan.
> Myrrhalis:
“Keberadaanmu adalah anomali… tapi juga kemungkinan. Dunia ini tidak akan memusnahkanmu. Tapi juga tidak akan melindungimu.”
> Korr Murn:
“Mulai hari ini, kau berjalan di atas benang tipis antara eksistensi dan ketiadaan.”
> Vaelion:
“Dan jika satu hari kau terjatuh… tak akan ada tangan yang menangkapmu.”
---
[Penutup Arc II – Simbol yang Menyala]
Setelah sidang, Ailina berdiri di luar benteng. Malam sunyi menyelimuti langit, tapi satu bintang merah menyala terang di atasnya. Itu bukan bintang biasa… melainkan simbol kuno dari Takdir Tertulis Ulang—sinyal bahwa jalan barunya telah terbuka, namun dibayar dengan harga yang tidak ringan.
> Ailina (dalam hati):
“Dunia ini tidak menolak atau menerimaku. Maka aku akan menjadi sesuatu yang tak bisa diabaikan.”
---