Setiap bisikan yang menyeruak, memaksa keluh sederhana berbentuk helaan napas berat yang mengganggu pandangan.
Tak banyak yang menyukai helaan.
Namun banyak yang melakukannya dengan sepenuh hati dan sadar.
Jika rangkulan terasa asing pada tubuh yang tengah diusahakan menjadi kekar layaknya pahatan dalam museum, maka hantaman kepalan tangan akan menyambutnya dengan gembira.
~
Nafas berat itu terus mengiringi setiap paragraf yang tersusun secara acak.
Membuat beberapa desiran meraung ingin didengar.
Tak ayal, suara serak terdalam tubuh menggoda setiap jengkal neuron yang ada.
Ketegangan itu berlangsung khidmat dengan kerlip layar yang mendayu setiap mata.
Kalimat pujian bagi ciptaan yang terkutuk menggema memenuhi ruangan kumuh dan menyesakkan ini.
Temaram lampu mendukung puluhan otot yang tengah bekerja sama menghasilkan kelenjar, menyumpal paksa dopamin terkutuk itu.
Desiran yang semakin membuncah, meneriakkan kemerdekaannya.
Berproklamasi dengan keringat yang mengalir dengan hangat.
Tak ada yang akan menyalahkannya.
Karena kitalah pemilik statement sosial yang mendominasi.
Bahkan setiap selangkangan akan menerimanya dengan mengiba.