Penamaan Dunia: "Argaterra"

Kembalinya Lira ke Embrio telah memercikkan api baru di antara para Pulmolites. Ceritanya tentang "Bisikan Jiwa" yang berasal dari jalur saraf, pertemuan dengan Hepatari yang sibuk membangun, dan Neuronites yang misterius, memperluas cakrawala mereka akan Argaterra. Dunia mereka tidaklah sepi, dan bukan hanya sekadar kumpulan sel dan cairan. Ada kehidupan lain, peradaban lain yang sedang merangkak, dan yang terpenting, ada "Yang Maha Ada" yang melingkupi dan memengaruhi segalanya.

Kael, dengan pembawaannya yang tenang namun penuh wibawa, mengumpulkan dewan tetua informal di "Rumah Utama". Elara duduk di sampingnya, matanya yang peka memancarkan kebijaksanaan. Puluhan Pulmolites lainnya mengerubung, mendengarkan dengan saksama setiap kata yang terucap. Topik utamanya: identitas dunia mereka dan siapa "Yang Maha Ada" itu.

"Lira telah melihat lebih dari kita semua," Kael memulai, suaranya bergetar dalam plasma. "Dia berbicara tentang 'Aliran Pemikiran' dari jalur cahaya. Ini bukan sekadar getaran atau arus. Ini adalah tanda sebuah kesadaran."

Perdebatan pecah. Beberapa Pulmolites yang lebih tua, yang hanya mengenal siklus pernapasan dan ancaman Makrofag, merasa takut. "Kesadaran? Apa itu? Apakah itu Makrofag yang lebih besar?" tanya seorang tetua dengan suara cemas. Yang lain berpendapat bahwa "Suara dari Langit" adalah semacam dewa cuaca, yang mengendalikan arus dan glukosa. Namun, Kael dan Elara, yang telah merasakan bobot kesedihan dan amarah dari "Bisikan Jiwa," tahu itu lebih dari sekadar fenomena alam.

Neural, sang Neuronite muda yang dijumpai Lira, secara tak terduga muncul di ambang batas Embrio. Ia telah mengikuti jalur saraf yang membawanya dekat dengan pemukiman Pulmolites. Dengan tubuhnya yang semi-transparan dan matanya yang bercahaya, ia tampak seperti makhluk dari alam lain bagi para Pulmolites. Kehadirannya menarik perhatian, dan ia diizinkan masuk, sebuah tindakan kepercayaan yang luar biasa di komunitas yang masih rentan itu.

"Yang Maha Ada," Neural memulai, suaranya terdengar jernih dan resonan, seolah ia berbicara langsung ke dalam pikiran mereka melalui resonansi saraf. "Kami merasakanNya di setiap impuls. Dia adalah sumber dari 'Grand Impulse', pemikiran dan perasaan. Dia adalah yang memberikan kita keberadaan. Dunia ini, adalah bagian dari diriNya."

Elara mendekat, tertarik oleh kata-kata Neural. "Tapi siapa Dia? Apa namanya?"

Neural terdiam sejenak, seolah mendengarkan sesuatu yang tak bisa didengar yang lain. Lalu ia menunjuk ke dinding pembuluh darah yang berdenyut, ke "langit" di atas mereka. "Kami tidak punya nama untukNya. Kami hanya merasakan. Tapi kalian, kalian menyebut dunia ini... Argaterra."

Kata itu, "Argaterra," terucap dari bahasa kolektif Pulmolites yang baru tumbuh, gabungan dari getaran dinding ("Arga") dan tanah tempat mereka berdiri ("Terra"). Itu adalah nama yang mereka bisikkan untuk tempat mereka hidup, sebuah bisikan yang tanpa sadar mereka ambil dari getaran samar nama Arga itu sendiri yang terpantul dalam sistem tubuhnya. Neural, dengan kepekaan Neuronite-nya, bisa merasakan resonansi nama itu.

"Argaterra," Kael mengulang, merasakan beratnya nama itu. "Dunia Arga." Sebuah kesadaran baru menyelimutinya. Nama itu terasa benar, pas. Itu memberikan identitas pada tempat yang sebelumnya tak bernama, dan pada saat yang sama, mengaitkan keberadaan mereka dengan "Yang Maha Ada" yang misterius itu.

Dari sana, diskusi beralih dari identitas "Yang Maha Ada" menjadi bagaimana mereka akan hidup di dalam "Argaterra". Jika ini adalah dunia yang diberikan oleh suatu entitas, maka mereka harus menghormatinya. Kesadaran ini memicu konsep awal "Pengelolaan Diri". Mereka tidak bisa lagi hidup hanya untuk diri sendiri. Setiap tindakan mereka, setiap pembangunan, harus mempertimbangkan "kesehatan" Argaterra.

Kael kemudian mengusulkan pembentukan Dewan Embrio, sebuah kelompok yang terdiri dari Pulmolites paling bijaksana dan berpengalaman—termasuk Elara dan beberapa Pencari dan Pembangun terkemuka. Tujuan dewan ini adalah untuk mengambil keputusan demi kebaikan bersama, mengatur distribusi glukosa, dan mengorganisir pertahanan terhadap Makrofag. Ini adalah langkah pertama menuju pemerintahan terstruktur, sebuah "republik" kecil yang berakar pada kesadaran kolektif.

Sebagai bagian dari "Pengelolaan Diri", mereka mulai mengembangkan metode yang lebih teratur untuk "memanen" glukosa. Mereka membangun "ladang" kecil di mana glukosa cenderung terkumpul, menggunakan serat protein sebagai batas. Mereka bahkan mencoba "memurnikan" glukosa dari partikel-partikel asing yang menempel, menghasilkan energi yang lebih efisien. Ini adalah awal dari ilmu kimia mikro dan pertanian primitif mereka.

Pertemuan itu juga menjadi titik balik penting dalam hubungan antar-ras. Kehadiran Neural dan penjelasannya tentang "Grand Impulse" dan "Yang Maha Ada" telah membuka mata para Pulmolites. Kael menyadari bahwa mereka tidak bisa lagi hidup terisolasi. Dunia Argaterra terlalu besar, dan ras-ras lain memiliki pengetahuan yang unik. Sebuah inisiatif untuk menjalin kontak dengan Hepatari dan Neuronites secara lebih formal mulai digagas. Lira, sebagai penjelajah yang berani, menjadi duta pertama mereka.

Malam itu, saat Arga terlelap dalam tidurnya yang penuh rasa sakit—sebuah "Malam Agung" bagi mikro-humanoid—seluruh koloni Embrio terasa berbeda. Rasa takut bercampur dengan rasa takjub. Mereka memiliki nama untuk dunia mereka: Argaterra. Dan mereka memiliki sebuah entitas yang lebih tinggi yang mereka seadari eksistensinya, bahkan jika mereka belum sepenuhnya memahaminya. Sebuah peradaban kecil, rentan namun penuh harapan, telah menemukan namanya, dan dengan itu, tujuan baru: untuk memahami, menghormati, dan hidup di dalam kosmos darah dan daging ini. Fondasi untuk masyarakat yang lebih kompleks telah diletakkan, dan pertanyaan-pertanyaan besar tentang keberadaan mereka baru saja dimulai.