Saya sedang setengah jalan memeriksa sebuah ramuan obat langka ketika ponsel saya bergetar lagi. Nama Seraphina Sterling berkedip di layar untuk kelima kalinya dalam satu jam. Dengan menghela nafas kesal, akhirnya saya menjawab.
"Bagian mana dari 'tidak' yang tidak jelas dari empat kali pertama?" Saya memotong, mencubit jembatan hidung saya.
"Liam, tolong." Suaranya pecah—sesuatu yang belum pernah saya dengar sebelumnya dari Seraphina yang biasanya tenang. "Kakek William... dia sekarat. Dokter mengatakan dia hanya memiliki beberapa jam lagi."
Berita itu menghantamku seperti pukulan fisik. Saya mencengkeram ponsel lebih erat. "Apa yang terjadi?"
"Jantungnya... tiba-tiba berhenti. Dia bertanya padamu." Sebuah isak keluar darinya. "Aku tahu kamu memiliki semua alasan untuk membenci keluarga kita, tapi dia adalah satu-satunya yang pernah membelamu."