Bab 2

Meski Bibi Kecil belum makan selama tiga hari, kekuatannya masih bukan sesuatu yang bisa aku lawan sebagai seorang anak.

Dia menahanku, mengeluarkan paha ayam dari panci, dan menyuapkannya ke mulutku.

Sampai mulutku penuh sesak dan aku tidak bisa bicara, biasanya Bibi Kecil yang pendiam tiba-tiba berteriak.

Orang-orang datang mendengar suara itu, dan dia menunjuk ke arahku dan berkata, "Gadis malang ini mencuri paha ayam. Hukum dia dengan tidak membiarkannya makan malam ini!"

Ibuku menatapku dengan mulut penuh daging, matanya membara dengan amarah.

"Kau pemboros kecil, apakah daging adalah sesuatu yang bisa kau makan? Apakah kau pantas makan daging?"

Aku dihempaskan ke tanah, daging dari mulutku terhambur, tercampur dengan darah, dan diludahkan ke salju.

Ku berusaha keras untuk mengangkat kepala menatap Bibi Kecil, tetapi nenekku menarik rambutku dan mengangkatku.