Magang Hari Pertama, Tante Pertama

Namaku Rangga. Umur 20 tahun.

Mahasiswa semester akhir jurusan Teknik Listrik.

Dan hari ini... adalah hari pertama aku magang.

Aku datang pagi-pagi ke kantor layanan instalasi listrik tempat aku ditempatkan. Seragam biru dongker masih kaku. Sepatu proyek mengkilat, belum berdebu. Dan di punggungku—tas penuh perkakas, dari tang, obeng, sampai tester yang masih bau toko.

“Rangga, ini ada panggilan servis ke rumah pelanggan,” kata Pak Adi, teknisi senior yang jadi mentorku. “Alamatnya komplek Dahlia, rumah Bu Rina. Stop kontak di kamarnya mati katanya. Kamu aja yang tangani, ini kerjaan ringan. Sekalian belajar.”

Aku mengangguk. Dalam hati deg-degan. Servis kamar? Sendirian?

---

Rumahnya besar. Pagar putih. Ada mobil SUV di garasi.

Aku tekan bel. Tak lama, pintu terbuka...

Dan di sana berdiri seorang wanita... yang jelas bukan "ibu-ibu biasa".

Bu Rina. Rambut panjang dicepol santai. Baju tidur satin warna merah marun, tipis dan longgar. Wangi parfumnya menyambar lebih cepat dari suaranya.

“Oh, kamu yang dari teknisi ya? Aduh, syukurlah datang juga. Masuk, Mas…”

Langkahnya ringan, tapi bokongnya berayun pelan. Aku masuk—berusaha menunduk sopan sambil mataku... berkhianat.

---

“Ada masalah di kamar saya. Stop kontak sebelah tempat tidur suka mati nyala sendiri. Kadang bikin HP saya nggak ngecas.”

Aku berjongkok di samping ranjang. Memeriksa kabel. Stop kontaknya longgar. Tapi... ranjang empuknya berdecit pelan waktu Bu Rina duduk di ujung tempat tidur, menyilangkan kaki.

“Mas... lama ya?” tanyanya sambil senyum manja.

Aku celingukan gugup. Tanganku gemetar pas pegang obeng.

“Nggak kok, Bu. Cuma bautnya kendor... sebentar aja.”

Dia tertawa kecil. “Hati-hati lho, Mas. Jangan sampe kesetrum... atau malah nyetrum saya.”

Aku telan ludah.

---

Beberapa menit kemudian, aku selesai. Tapi sebelum aku pamit, Bu Rina mendekat. Satu tangan menyentuh lenganku.

“Mas Rangga, bisa bantu saya satu hal lagi nggak?”

Napasnya dekat. Wangi. Matanya tajam menatapku.

“Ada lampu kamar mandi yang susah nyala. Tapi letaknya agak tinggi. Saya nggak bisa jangkau...”

Suasana mendadak hening. Aku tahu ini... bukan cuma soal lampu.

---

(Bersambung ke Bab 2...)