Dulu, dunia ini pernah menyala. Kuil Serathiel berdiri megah di antara langit dan sihir. Tapi semuanya berubah dalam satu kedipan waktu.
Malam itu,yang kulihat hanyalah kegelapan, bulan dan bintang tidak bersinar seperti sediakala seakan telah kehilangan cahayanya.
Kakinya berdarah, lututnya nyaris tak sanggup menopang tubuhnya. Tapi ia menolak tumbang dan terus berdiri dengan teguh.
Wynne berdiri di atas reruntuhan kuil Serathiel, rambut peraknya dipenuhi hujan abu, serta mata ungu safirnya yang terlihat sendu, di tangannya, api biru menyala perlahan—lahan bukan untuk membakar melainkan mengingat.
"Di balik abu dan puing, tanah masih menyimpan hangatnya darah para penjaga sebelumku" bisiknya.
"Dalam sekejap, dunia runtuh dalam bisu. Tak ada yang tersisa...kecuali aku, sang nyala terakhir, tersesat di antara sisa nyala yang telah padam".
Dari sela—sela angin, kenangan lama kembali bernyanyi menghampiriku di tengah sunyi malam.
"Dari seluruh nyala yang padam, mengapa hanya aku yang dibiarkan menyala sendirian?".
Saat angin malam menyentuhnya untuk terakhir kalinya segel dalam dirinya retak—terbuka perlahan bagai pintu tua yang menyimpan banyak kenangan.
Rune di punggung tangannya mulai memancarkan cahaya, yang tersegel kini bangkit—sihir lama kembali bernafas di sela waktu, dan bersama nafas itu, Wynne terbangun sebagai nyala Serathiel yang terakhir.
Wynne menarik nafas dalam, abu berterbangan di sekitarnya.
"Seperti mahkota sunyi di tengah kehancuran" bisiknya,
"Mereka menamakanku ’yang terakhir’... tapi aku akan menjadi ’yang pertama’ yang menyalakan kembali dunia ini".
Namun, ketika aku menyala sesuatu di dalam kegelapan membalas nyalaku dengan suara dingin.