#Bab 2:Rencana Busuk

"Hani, tolong berpikir jernih ya, Say. Masa, dia yang buat dosa gue sama Priss ketiban sialnya?" Ngeri-ngeri sedap terpampang di wajah Erin. Mana sudi ia merogoh kocek sabanyak itu.

"Iya, Say. Masa Mbak Beb berdosa, saya yang kena? Piye cara berpikir sampean? Hehehe..."

"Tapi hutang kalian banyak!"

"Tapi Bebby juga punya hutang segunung sama gue."

"Sama, Mbak Beb juga hutang janji ke saya semalam. Pasti Mbak Beb belum lupa kan?"

"Oh, oke. Kalau begitu untuk hari ini semua yang kuinginkan dipenuhi oleh Bebby."

"Maksud lu!" tantang Bebby spontan. Kesabarannya telah habis. Dia sudah berusaha mengalah untuk tiap permasalahan mereka, namun selalu tidak berarti di mata Hani!

"Gue nggak mau bikin ribut di sini! Kalo lu sanggup!" tukasnya sambil menunjuk, "kita duel di ring tinju."

Hani menyentuh dagunya dengan satu telunjuk, “Lepaskan,” ancamnya.

“Wajahmu terlalu berharga, Bebby, sesuai nama belakangmu.” Hani tersenyum miring diikuti Bebby yang melempar wajahnya untuk menghindar.

Satu langkah surut ke belakang, “Ok, jadi kita deal kalau Bebby mentraktir kita habis-habisan kali ini. So, mari lepaskan panasnya hati dengan shopping gila-gilaan, Ladys!”

“Yeeey..”

Bebby menoleh geram, namun Priss keburu berlari mengikuti Hani.

Warning:

Didalam Geng Blingki, kalau ada yang membuat The Quen Hani marah, maka hukumannya adalah mengikuti semua keinginannya.

“Dasar orang kaya, kalau kaya banyak gaya, kalau miskin pengen bergaya,” gumam Lissa tak habis pikir.

...........

Sudah hampir malam, keempat gadis-gadis itu menghabiskan hari tanpa mempedulikan waktu.

Kedua tangan pun telah penuh oleh belanjaan. Sesudahnya, mereka meluncur ke diskotik yang tidak jauh dari Mall.

“Mbak Hani, selamat datang..” sapa seorang pelayan.

“Aku sudah booking tempat.”

Erin dan Priss saling lempar senyuman.

Si pelayan sigap memanggil temannya untuk memberi pelayanan lebih lanjut.

Tak lama, pelayan khusus itupun tiba, "Mari ikut saya Nona-nona... "

Lantai dasar Happy Club masih lengang bahkan terkesan sepi. Area ini cuma sebagai restoran sedangkan kesenangan sesungguhnya berada di lantai 2.

Baru menapaki anak tangga, dentuman music sudah terasa menggetarkan langkah.

Prissia mulai bergoyang. Meski bahasanya ndeso banget tapi dia gaul abis, “Say, aku ke sana dulu ya!” pintanya seraya menyentuh lengan Hani, cuma Hani.

“Ok have fun, Ladies!"

“Ciaap, Sayaang!” pekiknya mengacungkan cempol.

Lagu J.LO berjudul "On The Flor" diputar sesuai request.

Bebby curi-curi pandang kearah DJ yang mulai memainkan perannya di atas punggung. Hatinya bergetaran, begitu terasa nyaman namun menyakitkan.

Rasa itupun lagi-lagi terhempas tatkala Dino melempar ciuman jauh kepada Hani.

“Woooow!!!” teriak pengunjung memberi dukungan. Kian panas hati Bebby hingga berbalik menjauh.

“Cus-cus-cus..” perintah Priss menepuk-nepuk lengan pemuda suruhannya..

Kapolsek Jakarta Pusat:

Triiit.. Triit…

“Ya halo?”

“Semuanya sudah stadby di posisi masing-masing, Inspektur!.”

Fauzan menutup telepon tanpa jawaban. Dia meluncur menuju lokasi target.

Pria itu berharap gembong narkoba yang selama ini menjadi incarannya bisa dibekuk tanpa banyak kendala.

Lihai satu tangannya mengendalikan steering wheel sedang satunya lagi memain-mainkan kelereng."Satu tepuk, tiga nyamuk mati!” desisnya.

Bebby celingak-celinguk mencari taksi. Biasanya banyak taxi berseliweran apalagi hari masih "pagi."

“Ets.. Maaf-maaf..”

“Tidak apa-apa."

Lelaki yang menabrak lengan Hani berdiri tak jauh darinya. Dia merogoh telepon, menekan layarnya kemudian, "Bro, gue udah didepan, jemput buruan cuacanya mulai mendung nih..”

Mendengar kalimatnya, Bebby terpancing meneliti kondisi langit di atasnya, “Ck!” decaknya.

“Hei!” sapa lelaki itu. “Nunggu jemputan ya?”

“Taksi.”

“Kenapa nggak pesan online saja?”

“Malas..” jawab Bebby, semalas sikapnya yang tidak bersahabat.

Pria itu memperhatikan penampilan Bebby. Aipda Jonathan tahu niat busuk yang hendak dilakukannya setelah dari tempat ini.

Lelaki itu bergegas masuk setelah mobil "jemputannya" tiba. Begitu kasar dia membanting pintu mobil seakan dalam pengaruh minuman keras.

Selang 30 detik akhirnya Bebby mendapatkan kendaraan untuk kembali pulang.

“Kemana?” cegat Aiptu Yusup kepada Aipda Jo.

“Beli bensin dulu biar touring berjalan mulus..”

Aiptu Yusuf tahu ada hal mendesak lain yang hendak dilakukan Jonathan, tetapi jika meninggalkan tempat sebelum pimpinan mereka datang, mungkin bakal berdampak buruk bagi operasi malam ini.

“Bro,” cegatnya seraya mendekat, “Bentar lagi hujan, bisa basah kuyup kalau dipaksakan, tunggu beberapa saat lagi sambil lihat-lihat cuaca.”

“Lebih repot jika motorku tiba-tiba mogok, Bro.”

Aipda Jo meninggalkan tempat, menunggangi motor Harley-nya, mengenakan helm hitamnya kemudian meluncur.

Aiptu Yusuf kian khawatir tatkala klakson terdengar 1 kali. Dia menoleh. Klakson itu adalah pertanda atau ciri khas kedatangan pimpinannya, Inspektur Fauzan.

Yusuf bertolak pinggang, sesak dikarenakan cemas tak ayal membuatnya kegerahan. Resleting jaket kulitnya pun ia buka separuh.

Melihat kelakuannya, Fauzan tahu ada sedikit kekacauan baru saja terjadi.

......

Lissa menggelar sajadahnya. Di tempat lain, Gina mulai menyalakan beberapa lilin pada altar di samping ranjang.

Kamar kosan keduanya berada di lokasi berbeda. Gina berada di kelas A, sedangkan Lissa berada di kelas B. Ibu kost memberi label untuk tingkat fasilitas yang juga memiliki biaya sewa berbeda.

Gina tadinya ingin satu deretan bersama Lissa, tapi apa mau dikata, kelas B sudah terisi penuh sehari sebelum kedatangannya dari Pekan Baru.

Dia cuma mau memberi kejutan kepada Lissa dengan berkata bahwa kedatangannya paling lambat sebulan lagi. Alhasil, Lissa yang tadinya berniat memberitahu Ibu kost supaya mengosongkan satu kamar untuk Gina langsung Ia urungkan.

..........

Aipda Jo menyusuri jalanan tanpa rasa putus asa. Ia tidak peduli mesti harus melalaikan tugas utamanya. Menurutnya menyelamatkan hidup wanita muda itu jauh lebih utama, apalagi pelakunya kemungkian bukan dua atau tiga… Bisa jadi empat atau lima pria…

“Sial, ke mana mereka?” sergahnya tertahan. Dia benar-benar kehilangan jejak!

..........

Didalam sebuah kamar berfasilitas minim, Naya mulai menuangkan sedikit wine ke dalam gelas. Kancing kemeja telah ditanggalkan. Jika sang kekasih sudah terlentang di atas ranjang, cukup ia lepaskan.

"Wine seculas pengkhianatan," gumam Prisia sebelum mencicipi minuman keras itu.

"Maksudmu?"

"Jika wine ini sudah habis, maka nasibnya pun serupa."

"Kejam sekali," geleng Naraya lantas menenggak wine-nya.

"Nggak mau cirs, Beby?" Prisia mengacungkan gelasnya, tersenyum nakal penuh arti...

"Aku sudah tidak sabar."

Naya melepas kemejanya. Gelas barusan ia letakkan di lantai begitu saja.

Prisia bangkit dengan anggunnya menuju meja dan menaruh gelas itu. Dress minim berwarna birunya pun ditanggalkan...

...........

"Wah, Neng, kelihatannya kita diikuti!"

Sopir taksi itu berupaya lebih cepat, menghindar kiri dan kanan demi mencegah terjadinya gesekan.

Beby panik, dia menengok sesuai pergerakan mobil yang menghalau mereka, "Lebih cepat, Pak!"

"Baik, Neng!"

Kiano membuka kaca mobil lalu berkali-kali memukulkan tongkat baseball pada kaca pintu kemudi hingga taksi itu berputar-putar tak terkendali menabrak tiang listrik.

Darah mengalir dari kening atas si supir, ia berusaha membuka mata lebih lebar. Sayup gendang telinganya mendengar teriakan seorang gadis.

Dalam ketidakberdayaannya, Bebby diseret ke mobil lain, ia dipaksa meminum wine kemudian dilecehkan.

Bersambung