Bab 45 - Badai Ulang Tahun: Penolakan, Pengungkapan, dan Bayangan yang Mengintai
Aku menatap Julian yang berdiri di teras rumah nenekku, matanya memohon saat ia mengulurkan kotak kado kecil yang diikat dengan pita halus. Di belakangnya, aku melihat kotak kue dari toko roti mewah—jelas berisi kue—yang diletakkan di pagar teras. Keberanian pria ini selalu membuatku takjub.
"Selamat ulang tahun, Hazel," dia mengulang, melangkah maju. "Aku pikir kita bisa bicara."
Jariku mencengkeram kusen pintu begitu kuat hingga buku-buku jariku memutih. "Tidak ada yang perlu dibicarakan. Kau harus pergi."
"Kumohon, hanya lima menit." Suaranya memiliki nada membujuk yang familiar yang dia gunakan ketika mencoba mendapatkan keinginannya. "Aku membawa kue kesukaanmu dari Bellini's. Red velvet dengan frosting cream cheese."