Bab 18

Bab 18 - Urusan yang Belum Selesai, Teror yang Tak Terucap

"Menjauh dariku!" aku menjerit, mendorong dada Sterling dengan seluruh kekuatanku. Tanganku gemetar melawan tubuhnya yang kokoh saat aku terhuyung mundur.

Mata Sterling menggelap. Kilatan predator yang telah menghantuiku beberapa saat lalu selama ciuman paksa itu kini bersinar lebih terang. Dia mengawasiku mundur, tampak menikmati rasa ngeri yang kurasakan.

"Ciuman yang cukup hebat, bukan, Aurora?" Suaranya menetes penuh kepuasan. "Aku sudah menunggu bertahun-tahun untuk mencicipi bibir itu."

"Bagaimana bisa kau melakukan ini?" Suaraku pecah. "Kita tumbuh bersama! Kau seharusnya menjadi kakakku!"

Dia memiringkan kepalanya, mengamatiku seperti aku adalah spesimen yang menarik. "Kakak tiri. Dan aku sudah mencoba, Aurora. Tuhan tahu aku sudah mencoba menjadi hanya itu. Tapi kau tidak pernah ditakdirkan menjadi adikku."