Bab 38 - Pengakuan Lembut di Tengah Bayangan yang Mengintai
Aku tidak bisa fokus. Tidak pada spreadsheet di depanku, tidak pada email yang menumpuk, dan tentu saja tidak pada tenggat waktu proyek yang mengancam di atas kepalaku. Setiap beberapa menit, pahaku menekan satu sama lain secara tidak sadar, mencari kelegaan dari rasa sakit yang terus-menerus menghantuiku sejak semalam.
Sejak Kaelen meninggalkanku dalam keadaan menginginkan lebih.
"Nona Sterling? Apakah Anda mendengar pertanyaan saya?"
Aku berkedip cepat, mendapati Liam Vance berdiri di samping mejaku dengan tatapan khawatir. Sudah berapa lama dia berdiri di sana?
"Maafkan saya," gumamku, wajahku memerah. "Bisakah Anda mengulanginya?"
Senyum lembut muncul di wajahnya. "Saya bertanya tentang rencana komunikasi untuk proyek Richardson. Tapi bisa menunggu jika Anda sedang sibuk."
"Tidak, tidak apa-apa," kataku, menegakkan posisi di kursiku. "Saya hanya sedikit terdistraksi hari ini."