Bab 41 - Momen Curian, Rencana yang Hancur
Aku tidak bisa berhenti memikirkan perilaku Kaelen selama perjalanan belanja kami. Cara dia menatapku di toko pakaian dalam itu masih membuat tubuhku merinding. Bagaimana matanya menggelap dipenuhi hasrat. Bagaimana suaranya menjadi serak ketika melihatku mengenakan set renda merah itu.
Itu adalah sisi dirinya yang jarang kulihat—benar-benar bahagia, hampir tanpa beban. Selama beberapa jam itu, dia bukan Alfa yang mengintimidasi atau CEO yang kejam. Dia hanya... Kaelen. Pria yang ingin memanjakanku, yang menatapku seolah-olah aku adalah hal terindah yang pernah dia lihat.
"Ini hanya sementara," bisikku pada diri sendiri sambil membawa tas-tas belanjaan melewati pintu masuk mansion yang megah. "Hanya hubungan singkat."
Tapi benarkah? Cara Kaelen menyentuhku, menciumku, menatapku... rasanya seperti jauh lebih dari itu.