Aku mabuk. Mabuk dengan spektakuler, dengan penuh kemuliaan. Dunia berputar di sekelilingku saat aku duduk di kursi belakang mobil mewah, berusaha memahami pria tampan di sampingku.
"Kamu terasa familiar," gumamku, mencondongkan tubuh lebih dekat padanya. "Seperti seseorang dari mimpi."
Kolonye—atau apapun itu—berbau memabukkan. Hambatan diriku sudah tidak ada, dan sesuatu tentang dirinya membuatku merasa aman. Aku tidak bisa mengingat kapan terakhir kali seorang pria membuatku merasa seperti itu.
Aku meraih wajahnya, jariku menelusuri garis rahangnya yang tegas. "Pernahkah ada yang bilang kalau kamu sangat tampan?"
"Nona Shaw," katanya dengan tegas, dengan lembut menyingkirkan tanganku. "Anda sedang mabuk."
Aku cemberut, tidak gentar. "Apa kamu tidak menganggapku menarik?" Tanpa menunggu jawabannya, aku mencondongkan tubuh, mengarahkan bibirku ke bibirnya.