Sudut Pandang Hazel
"Mari kita mulai dengan yang hitam," kataku, menyerahkan tas pakaian kepada Sebastian. "Ruang ganti ada di sebelah sana."
Aku menunjuk ke pintu di ujung studio, berusaha menjaga suaraku tetap tenang dan profesional. Ini hanyalah bisnis—fitting rutin untuk klien penting. Tidak lebih.
Sebastian mengambil setelan itu dengan anggukan dan menghilang ke ruang ganti. Begitu pintu tertutup, aku menghembuskan napas yang kutahan. Tanganku sedikit gemetar saat mengumpulkan pita pengukur dan jarum pentul.
Ada apa denganku? Aku sudah mengepaskan setelan untuk banyak pria sebelumnya. Tapi tidak ada yang seperti Sebastian Sinclair.
Sambil menunggu, aku menyibukkan diri merapikan potongan-potongan kain, tapi pikiranku berkelana dengan berbahaya. Aku membayangkan Sebastian dalam situasi berbeda—bukan sebagai klienku di studio, tapi di rumah yang kami tinggali bersama. Dia bersiap untuk kerja sementara aku merapikan dasinya. Minum kopi pagi bersama sebelum hari dimulai.