## Sudut Pandang Hazel
"Calon ipar?" Aku tersedak air saat kata-kata Cora bergema di telingaku lama setelah Sebastian mengakhiri panggilan.
Sebastian berdeham, terlihat hampir sama tidak nyamannya seperti yang kurasakan. "Cora punya imajinasi yang aktif."
Lilin-lilin berkedip di antara kami, melemparkan bayangan yang menari di atas taplak meja putih. Kekosongan restoran tiba-tiba terasa mencekam—hanya kami, musik lembut, dan beban implikasi Cora yang menggantung di udara.
"Dia memang begitu," aku setuju, berusaha menjaga nada suaraku tetap ringan. "Meskipun dia tampaknya yakin ada sesuatu yang serius di antara kita."
Mata Sebastian bertemu dengan mataku. "Dan menurutmu bagaimana?"
Aku mencari pengalihan, enggan menjawab pertanyaan itu. "Menurutku kita perlu mengganti topik."
"Baiklah." Sebastian mengangkat gelas anggurnya tapi tidak minum, hanya menatapku dari balik bibir gelas.