## Sudut Pandang Hazel
Ekspresi ragu Sebastian dengan cepat berubah menjadi senyum sopan. "Kalau begitu, saya merasa terhormat bisa bergabung dengan Anda."
Nenekku mengangguk puas sementara Bibi Tanya sibuk mengeluarkan wadah makanan. Aku bergerak gelisah di sofa, mengamati pertemuan tak terduga ini dengan kecemasan yang semakin besar.
"Aromanya luar biasa," komentar Bibi Tanya, sambil menata hidangan di meja kopi. "Ini dari restoran mana?"
"Marcello's," jawab Sebastian, duduk di kursi berlengan di hadapanku. "Mereka biasanya tidak menawarkan layanan antar, tapi pemiliknya adalah kenalan saya."
Alis nenekku terangkat sedikit. "Seorang kenalan yang membuat pengecualian untukmu. Betapa menguntungkan."
Nada tersembunyi dalam suaranya sangat jelas. Dia sedang menyelidiki, menguji, mencoba memahami siapa sebenarnya Sebastian Sinclair dalam hubungannya denganku.
"Nenek," aku memperingatkan dengan pelan, tapi dia berpura-pura tidak mendengarku.