POV Elara
Aku memperhatikan dada Coco naik turun saat dia tertidur, demamnya akhirnya mereda di jam-jam awal pagi. Cahaya lembut fajar menembus tirai, menciptakan bayangan di wajah kecilnya. Pipinya tidak lagi memerah karena demam, dan napasnya sudah stabil.
Suara mobil yang masuk ke halaman memecah keheningan pagi. Aku memeriksa jam tanganku: 7:15 pagi. Tak lama kemudian, langkah kaki bergema di lorong, mantap dan penuh tujuan. Langkah kaki Damien. Aku akan mengenalinya di mana saja, bahkan setelah sekian lama.
Pintu kamar terbuka perlahan, dan dia muncul di ambang pintu. Penampilannya yang biasanya rapi menunjukkan tanda-tanda malam yang panjang—kemejanya sedikit kusut, rahangnya dibayangi oleh jenggot tipis.
"Bagaimana keadaannya?" dia bertanya, dengan suara pelan saat mendekati tempat tidur.
"Demamnya turun sekitar jam tiga pagi tadi. Dia tidur nyenyak sejak saat itu," jawabku, menjaga nada suaraku tetap netral.