Bukti Kepolosan, Beban Rasa Bersalah

POV Liam

Kepalaku berdenyut tanpa ampun saat aku berjalan memasuki kedai kopi. Kombinasi antara hangover dan rasa bersalah yang menghancurkan jiwa membuat setiap langkah terasa seperti aku sedang berjalan menembus beton.

Evelyn melambai dari pojok ruangan di mana Damian, Albert, dan seorang pria lain yang tidak kukenal sudah duduk. Aku meluncur ke kursi kosong, menghindari kontak mata dengan semua orang.

"Kamu kelihatan berantakan," kata Damian dengan blak-blakan.

"Makasih." Aku memberi isyarat pada barista untuk kopi. "Ayo selesaikan ini."

Albert berdeham dan mendorong sebuah folder melintasi meja. "Pak Sterling, saya sudah menyelesaikan audit dokumen keuangannya."

Kopiku tiba, dan aku menyeruputnya panjang sebelum membuka folder tersebut. Bagian analitis dari otakku mencoba fokus pada angka-angka sementara sisa diriku berteriak tentang Hazel.