## POV Hazel
Bunga-bunga itu hanyalah permulaan.
Menjelang siang, sebuah boneka beruang cantik yang memegang hati muncul di mejaku. Pukul dua siang, cokelat dari butik di pusat kota yang pernah kusebutkan secara kebetulan datang. Setiap pengiriman disertai dengan catatan—beberapa manis, beberapa menggoda dengan jenaka—dan masing-masing membuatku semakin sulit mempertahankan rasa jengkelku.
"Kamu tersenyum lagi," goda Scarlett, bersandar di dinding bilik kerjaku.
Aku cepat-cepat mengubah ekspresiku. "Tidak kok."
"Pembohong." Dia melipat tangannya. "Aku melihatmu membaca catatan terakhir itu enam kali."
Aku memasukkan kartu itu ke dalam laci. "Bukannya kamu punya kerjaan?"
"Bukannya kamu juga?" Dia menyeringai. "Karena yang kulihat kamu hanya melamun memikirkan hadiah-hadiah dari Sterling."
Sebelum aku bisa menjawab, keributan pecah di pintu masuk. Liam melangkah masuk, Damian di sampingnya, kedua pria itu tampak luar biasa tampan dalam setelan jas mereka.