Chapter 4 - Retakan di Balik Kota Lowen

Malam mulai turun, menyelimuti Kota Lowen dalam nuansa biru kelam. Lampu-lampu minyak dinyalakan, para penjaga kota berpatroli dengan tombak dan lentera, dan para pedagang membereskan dagangan mereka.

Namun, tidak semua sudut kota setenang yang terlihat.

Di dalam kamar sewaan kecil di lantai dua Penginapan Rusa Perak, Aedric duduk bersila di lantai kayu, memeriksa simbol kultus yang mereka ambil dari tubuh para pengikut Malam Sunyi.

Simbol itu terbuat dari logam hitam pekat, berbentuk segitiga dengan lingkaran tak sempurna di tengahnya. Di sekelilingnya terukir tulisan kuno dalam bahasa Abyssal, bahasa yang dia kenal baik... karena dia pernah melihat dunia hancur oleh makhluk-makhluk yang memuja kegelapan itu.

Evelyn duduk di seberangnya, masih mengenakan jubah penyihir. Wajahnya serius, dahinya sedikit berkerut. "Tulisan ini... aku belum pernah lihat di menara."

"Tidak heran," gumam Aedric, matanya tak lepas dari simbol itu. "Kultus ini bukan bagian dari pengetahuan resmi. Mereka bergerak di bawah bayangan, bahkan Menara Azure pun menutup mata sampai semuanya terlambat."

Evelyn mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya. "Jadi... yang kau katakan soal pembantaian festival, itu benar-benar akan terjadi?"

"Kalau kita tidak bergerak, ya," jawab Aedric tanpa ragu. "Kau sudah lihat sendiri tadi. Mereka sudah menyusup ke kota."

Evelyn terdiam. Seketika, hawa di ruangan menjadi berat.

Setelah beberapa detik, dia bertanya pelan, "Bagaimana kau bisa tahu semua ini? Jujur saja, aku benci misteri."

Aedric menatap mata gadis itu. Ada kecurigaan, tapi juga rasa ingin tahu yang tulus. Dia tahu dia harus berhati-hati. Terlalu dini membicarakan soal sistem dan regresi akan membuatnya dianggap gila.

"Aku pernah melihat dunia ini hancur," jawab Aedric, setengah jujur. "Aku tak ingin itu terjadi lagi."

Evelyn mendengus pelan, namun kali ini tak ada nada mengejek. Hanya kelelahan dan kecemasan yang tertahan.

---

[Sistem: Progress Rekrutmen Evelyn Voss - 100%]

Status: Sekutu Resmi

Efek: Akses ke Informasi Menara Azure | Dukungan Tempur Tingkat Dasar

---

Aedric menarik napas lega. Setidaknya satu sekutu sudah pasti berpihak padanya.

Tapi masalah baru menunggu.

"Besok kita harus selidiki jalur suplai kota," kata Aedric. "Kultus selalu punya titik masuk—entah itu penyelundup, penjaga yang disuap, atau pedagang bayangan. Kalau kita bisa temukan jalurnya, kita bisa cegah mereka berkembang."

Evelyn mengangguk. "Aku bisa cari info di perpustakaan tua. Ada catatan logistik kota di sana, asal kita tahu harus cari apa."

Aedric tersenyum samar. "Itu kenapa aku butuhmu."

Wajah Evelyn memerah samar, tapi dia pura-pura tak peduli. "Tentu saja. Kalau kau andalkan otot dan belati saja, kita semua sudah mati."

Mereka tertawa kecil. Momen singkat itu nyaris membuat Aedric lupa kenyataan kelam yang menanti.

Tiba-tiba, suara ketukan keras di pintu menginterupsi percakapan mereka.

Duk duk duk!

Aedric langsung waspada. Tangannya meraih belati di pinggang, Evelyn sudah menyiapkan sihir di telapak tangannya.

"Siapa?" tanya Aedric tajam.

Dari balik pintu, terdengar suara berat, beraksen khas pejuang: "Garret. Pandai besi. Kita perlu bicara."

Aedric melirik Evelyn, lalu membuka pintu perlahan.

Di depan mereka berdiri seorang pria kekar dengan rambut hitam pendek, wajahnya dipenuhi bekas luka dan janggut tipis. Di pinggangnya tergantung palu besi besar. Dia adalah Garret Strom, pandai besi kota, dan... di masa depan, salah satu pejuang pemberontakan terakhir.

Namun di waktu ini, dia belum tahu apa-apa soal ancaman sesungguhnya.

Aedric mempersilakan masuk. Garret menatap keduanya lekat-lekat sebelum akhirnya berkata, "Aku lihat apa yang kalian lakukan siang tadi. Kalian habisi dua orang berjubah hitam itu."

Aedric tidak menyangkal. "Kau kenal mereka?"

Garret mengangguk, wajahnya mengeras. "Kultus Malam Sunyi. Aku sudah curiga mereka masuk kota beberapa bulan terakhir. Beberapa pedagang hilang, penjaga korup, dan... aku temukan simbol ini di dekat bengkelku."

Dari sakunya, dia mengeluarkan simbol yang sama seperti milik Aedric.

Evelyn terkejut. "Mereka sudah menyusup sedalam itu?"

Garret mengangguk. "Aku bukan penyihir, bukan ksatria. Tapi aku tahu kapan waktunya bertindak."

Aedric menatap pria itu serius. Dalam hati, dia tahu: ini adalah kesempatan merekrut sekutu kedua.

---

[Sistem: Sekutu Potensial Terdeteksi - Garret Strom]

Profesi: Pandai Besi Tingkat Lanjutan

Potensi: Dukungan Tempur, Pembuatan Senjata Khusus

Status Awal: Netral

---

Aedric tak membuang waktu. "Kau mau bantu kami?"

Garret memandang tajam. "Aku tidak peduli politik. Tapi kalau kultus itu mengancam kota ini, aku akan bertarung. Kalian punya rencana?"

Aedric mengangguk. "Pertama, kita harus cari sumber suplai mereka. Kedua, kita butuh persenjataan lebih baik. Dan ketiga..." matanya menajam, "...kita perlu orang dalam. Seseorang dari pihak pemerintah kota yang bisa kita percaya."

Garret menyeringai, senyum khas pejuang. "Aku kenal orang yang mungkin cocok."

---

[Sistem: Misi Sampingan Tersedia]

Judul: Bayangan di Balik Dinding Kota

Tujuan:

Temui kontak Garret di Balai Kota

Selidiki jalur suplai Kultus

Tingkatkan persenjataan

Hadiah:

Blueprint Senjata Khusus

EXP

Reputasi di Kota Lowen

---

Aedric merasa beban di dadanya sedikit berkurang. Perlahan, bagian-bagian rencana mulai terhubung. Tapi waktu terus berjalan.

Di luar, angin malam membawa bisikan samar. Bayangan bergerak di balik gang-gang sempit. Kultus tidak akan diam.

Dan Aedric tahu... setiap langkah ke depan akan semakin berbahaya.

Namun, dia juga tahu satu hal: kali ini, dia tidak sendiri.