Tiga hari telah berlalu sejak Thorne bergabung. Di dalam kamar penginapan yang sempit, Aedric memandangi peta kasar Kota Lowen yang terbentang di meja. Titik-titik merah menandai lokasi yang dicurigai sebagai markas atau jalur suplai Kultus Malam Sunyi. Dengan setiap malam yang berlalu, jaring-jaring kegelapan itu tampak semakin lebar... dan mengancam menelan kota.
Aedric menghela napas. Di kehidupan sebelumnya, dia hanya bisa melihat hasil akhir dari semua ini: darah membanjiri festival, rakyat dibantai, para bangsawan melarikan diri, dan Kultus membuka celah ke Abyss. Tapi kali ini, dia memiliki waktu. Sedikit, tapi cukup untuk membalikkan keadaan.
Evelyn menyibukkan diri dengan membuka-buka dokumen yang mereka curi dari gudang. Garret duduk di pojok ruangan, sedang mengasah kapaknya dengan serius. Sementara Thorne berdiri bersandar di dinding, matanya tajam menatap peta.
"Kultus ini lebih rapi dari yang kukira," gumam Thorne. "Mereka nggak cuma selundupin senjata. Mereka punya orang-orang di pemerintahan, di penjaga kota, bahkan di kalangan pedagang."
Aedric mengangguk. "Aku tahu. Itulah kenapa kita nggak bisa asal bergerak. Sekali mereka sadar kita tahu, mereka bakal menghilang."
Evelyn menunjuk satu titik di peta, dekat distrik tengah kota. "Aku temukan pola aneh di laporan Lorian. Ada gudang tua yang dibiarkan kosong, tapi catatan pengeluarannya tetap aktif. Seolah-olah tempat itu masih beroperasi."
"Markas bayangan," gumam Garret. "Tempat pertemuan rahasia mereka, mungkin."
Aedric menyipitkan mata. Dia ingat tempat itu. Di kehidupan sebelumnya, itu adalah titik awal Ritual Persiapan. Jika mereka bisa membongkar markas itu, mereka bisa memutus salah satu jalur penting Kultus.
---
Malam Hari - Distrik Tengah Kota
Gudang tua itu berdiri di antara bangunan-bangunan kumuh, nyaris tak menonjol. Cat dindingnya terkelupas, jendela-jendelanya pecah, dan pintunya setengah terbuka. Namun Aedric tak tertipu oleh penampilannya. Dengan Intuisi Bahaya, dia merasakan aura samar yang menyelimuti area itu—seperti jaring laba-laba tak kasat mata.
"Perangkap sihir," bisik Evelyn. "Mereka pasang segel ilusi dan pengalih perhatian."
Thorne menepuk bahunya. "Bisa kau atasi?"
Evelyn mengangguk, meski keringat dingin tampak di pelipisnya. "Beri aku waktu."
Sementara Evelyn memecahkan segel sihir, Aedric dan Garret berjaga. Aedric memeriksa statusnya:
---
[Status Pemain: Aedric Kael]
Level: 3
HP: 110/110
Mana: 65/65
Atribut:
Kekuatan: 7
Kelincahan: 9
Ketahanan: 8
Kecerdasan: 5
Keberanian: 6
Skill Aktif:
Intuisi Bahaya Lv.1
Skill Pasif:
Pengalaman Tempur Lv.1
Fragmen Bintang: 0
---
Dia masih lemah dibandingkan masa depan dulu. Tapi dia punya pengalaman, pengetahuan, dan... sekutu.
Beberapa menit kemudian, Evelyn menghapus segel terakhir. Pintu gudang berderit pelan saat mereka masuk.
Di dalam, aroma darah dan kemenyan menyengat. Ruangan gelap itu dipenuhi simbol-simbol Abyssal di dinding. Di tengah ruangan, meja kayu besar dipenuhi dokumen, peta, dan benda-benda ritual.
Aedric memeriksa cepat. Di antara tumpukan itu, dia menemukan yang dia cari—peta festival dengan tanda merah besar di pusat kota, tepat di alun-alun tempat ribuan warga akan berkumpul.
"Lihat ini," bisiknya.
Evelyn dan Thorne mendekat. Mata mereka melebar ngeri.
"Kultus bakal aktifin Relik Kegelapan di tengah festival," ujar Thorne serius. "Begitu celah ke Abyss terbuka, kota ini tamat."
Garret mengetuk peti besar di sudut ruangan. "Dan ini? Apa isinya?"
Dengan hati-hati, mereka membuka peti itu. Di dalamnya... mayat manusia. Tubuh-tubuh pucat, beberapa masih segar, beberapa mulai membusuk. Di leher mereka, terukir simbol segitiga hitam yang sama.
"Korban ritual," gumam Evelyn, wajahnya pucat.
Aedric mengepalkan tangan. Dadanya terasa berat, amarah menggelegak. Ini bukan sekadar rencana politik atau kekuasaan. Ini adalah pembantaian terencana.
---
[Sistem: Progress Misi Fondasi Regressor - 85%]
Informasi Kultus: 85%
Level: 3/10
Waktu Tersisa: 63 Hari 9 Jam 51 Menit
---
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar di luar. Aedric memberi isyarat. Mereka bersembunyi di balik peti dan bayangan.
Pintu gudang terbuka. Dua pria berjubah hitam masuk, membawa kantong besar. Mereka bicara pelan dalam bahasa Abyssal, tak sadar ruangan sudah disusupi.
Tanpa ragu, Aedric dan Garret melumpuhkan mereka dalam hitungan detik. Evelyn membungkam dengan sihir, Thorne mengikat tangan mereka.
Beberapa menit kemudian, salah satu dari mereka sadar, wajahnya ketakutan.
Aedric menekan belati ke lehernya. "Katakan. Siapa pemimpin kalian? Di mana Relik Kegelapan disimpan?"
Pria itu gemetar, matanya liar. "Kau... takkan bisa hentikan dia. 'Sang Penjaga Malam' sudah datang... dia ada di kota."
Aedric menyipitkan mata. Nama itu... dia ingat. Di kehidupan sebelumnya, 'Penjaga Malam' adalah panglima Kultus Malam Sunyi, orang yang memimpin pembantaian Festival.
Dan sekarang, dia sudah tiba.
Aedric menusuk leher pria itu dengan cepat. Tak ada waktu bermain-main lagi.
"Kita harus temukan dia sebelum Festival," ucap Aedric tegas. "Atau semuanya akan terulang."