Chapter 9 - Penjaga Malam

Kabut tipis menggantung di atas Kota Lowen saat malam mulai turun. Lentera-lentera minyak dinyalakan satu per satu, tapi seolah cahaya mereka tak mampu menembus kegelapan yang perlahan merayap dari balik bayang-bayang gang dan lorong kota.

Di dalam kamar Penginapan Rusa Perak, Aedric menatap peta kota yang telah mereka tandai. Setiap titik merah adalah lokasi yang berpotensi terkait dengan Kultus Malam Sunyi. Dan malam ini, satu nama terus terngiang di pikirannya—Penjaga Malam.

Di kehidupan sebelumnya, nama itu adalah momok. Seorang tokoh misterius yang memimpin pembantaian Festival Musim Gugur, membuka celah ke Abyss, dan memulai kehancuran Kota Lowen.

Sekarang, dia masih punya waktu. Tapi tidak banyak.

Evelyn duduk di kursi dekat jendela, memelototi buku-buku catatan sihir yang ia kumpulkan. "Aku telusuri ritual mereka," katanya. "Kalau dugaanku benar, Relik Kegelapan belum aktif. Tapi... begitu Festival dimulai, tidak ada jalan kembali."

Garret mengasah kapaknya di pojok ruangan, suaranya berat. "Dan orang yang kita cari itu, Penjaga Malam, sudah ada di kota, berkeliaran bebas."

Thorne berdiri menyilangkan tangan. "Aku tanya beberapa kontak lamaku. Penjaga Malam nggak pernah muncul terang-terangan. Dia pakai orang-orang bayangan. Tapi katanya... dia bakal hadir di pelelangan rahasia besok malam."

Aedric mengangkat alis. "Pelelangan rahasia?"

Thorne mengangguk. "Setiap musim gugur, para bangsawan kotor, pedagang hitam, bahkan kriminal elit kumpul di Distrik Gelap. Mereka lelang barang-barang terlarang—senjata, artefak, budak... dan kadang, hal-hal jauh lebih gelap."

Aedric memejamkan mata, pikirannya berputar cepat.

Kalau Penjaga Malam ada di sana, itu kesempatan mereka. Tapi juga berbahaya. Tempat itu bukan cuma sarang kriminal biasa. Di sana, kekuatan uang, kekuasaan, dan darah bercampur jadi satu.

---

Distrik Gelap Kota Lowen - Malam Berikutnya

Udara lembab dan bau alkohol, asap rokok, serta parfum murahan memenuhi lorong-lorong sempit Distrik Gelap. Lampu-lampu merah redup menyala di atas pintu bordil, para penjaga bayangan mondar-mandir, dan suara musik samar terdengar dari dalam gedung-gedung tua.

Aedric, Evelyn, Garret, dan Thorne berjalan menyusuri jalanan, mengenakan jubah gelap untuk menyembunyikan identitas mereka.

Gedung pelelangan itu tersembunyi di balik rumah bordil mewah bernama "The Velvet Fang". Dari luar, tempat itu tampak seperti klub malam biasa, tapi di balik tirai merah tua dan lorong rahasia, ada ruangan bawah tanah tempat pelelangan sesungguhnya berlangsung.

Di depan pintu masuk tersembunyi, dua penjaga kekar memeriksa tamu yang masuk.

Thorne mengeluarkan token kayu berukir simbol khusus.

"Aku pernah masuk ke sini. Token ini cukup buat kita empat orang."

Penjaga memeriksa mereka sejenak, lalu mengangguk, membiarkan mereka masuk.

---

Ruang Pelelangan Rahasia

Ruangan itu remang-remang, dengan kursi kayu melingkar menghadap ke panggung kecil. Di sekelilingnya, para tamu berpakaian mewah bercampur dengan kriminal berwajah keras. Di sudut ruangan, Aedric melihat wajah-wajah yang dia kenali—pedagang budak, penyelundup, bahkan bangsawan kota yang terkenal bersih, tapi nyatanya punya sisi gelap.

Pelelangan sudah dimulai.

Seorang pria kurus berjubah hitam berdiri di atas panggung, memperkenalkan barang-barang lelang: senjata terkutuk, gulungan sihir terlarang, permata langka, bahkan... budak dengan bakat sihir.

Aedric menahan amarah. Dia tahu, mengamuk di sini berarti bunuh diri. Tujuan mereka adalah informasi, bukan kekacauan terbuka.

Setengah jam berlalu. Akhirnya, saat yang mereka tunggu tiba.

Pintu di belakang panggung terbuka. Seorang pria masuk, diiringi dua pengawal berjubah hitam.

Tinggi, kurus, wajahnya tersembunyi di balik topeng setengah wajah berwarna perak gelap. Matanya merah menyala di balik topeng itu. Di dadanya tergantung simbol segitiga hitam dengan lingkaran tak sempurna—lambang Kultus Malam Sunyi.

Suasana ruangan seketika berubah. Orang-orang diam, seolah aura gelap pria itu menekan semua orang di sekitarnya.

Penjaga Malam telah tiba.

---

[Sistem: Tokoh Kunci Terdeteksi - Penjaga Malam]

Nama: Tidak diketahui

Jabatan: Panglima Kultus Malam Sunyi

Level Perkiraan: ???

Status: Musuh Utama - Prioritas Tinggi

---

Aedric mengepalkan tangan. Semua amarah, dendam, dan rasa bersalah dari kehidupan sebelumnya menggelegak di dadanya. Di sanalah dalang pembantaian Lowen, masih hidup, masih bergerak.

Namun, dia harus tenang. Ini bukan waktunya menyerang.

Malam itu, mereka hanya mengintai, menghafal wajah-wajah yang berbisik dengan Penjaga Malam, mencatat setiap gerak-geriknya.

Di sela pelelangan, Penjaga Malam menerima sebuah peti kecil berisi benda misterius yang diselimuti kain hitam. Aedric tahu persis apa itu—Relik Kegelapan. Benda yang akan membuka celah ke Abyss saat Festival tiba.

Aedric memandang sekutunya.

"Kita tahu di mana dia. Kita tahu apa yang dia bawa. Selanjutnya... kita rebut Relik itu, atau Kota Lowen jatuh."

Evelyn mengangguk tegas. "Akhirnya, rencana kita mulai bergerak."

Thorne menyeringai, semangat lamanya mulai kembali. "Waktunya balas dendam."

Garret menepuk kapaknya. "Akhirnya, kita main di level mereka."

Di atas panggung, Penjaga Malam menatap sekeliling, seolah matanya bisa menembus kegelapan. Untuk sesaat, pandangannya bertemu dengan Aedric.

Tapi Aedric tak mundur. Kali ini... dia siap.