Chapter 19 - Nyala Api di Balik Topeng

Kota Lowen perlahan bangkit dari tidur pagi saat matahari menggantung rendah di langit, tapi bayangan kekacauan semakin sulit disembunyikan. Di pasar utama, rumor tentang hilangnya pejabat, ledakan kecil di Distrik Timur, dan makhluk-makhluk hitam yang terlihat di malam hari beredar semakin liar.

Di balik hiruk-pikuk itu, Aedric dan timnya berkumpul di tempat persembunyian, mempersiapkan langkah selanjutnya. Di meja kayu tua, dokumen rahasia milik Lord Ivar berserakan, tinta hitamnya menjadi saksi bisu rencana penghancuran Lowen dari dalam.

---

Rencana Ganda

Evelyn mengetuk tumpukan dokumen dengan ujung jarinya. "Kita punya dua opsi. Serahkan ini ke pihak kerajaan yang bisa dipercaya... atau sebarkan ke publik tanpa filter."

Thorne menyilangkan tangan, matanya tajam. "Kalau kita serahkan ke pihak kerajaan, ada kemungkinan bocor ke tangan Ivar. Dia punya kaki tangan di mana-mana."

Garret duduk santai, kapak besar di pangkuannya. "Tapi kalau kita lempar ke publik mentah-mentah, kita juga jadi target besar. Apalagi kalau rakyat panik, malah chaos."

Aedric termenung, matanya menerawang ke arah jendela kecil. Dia ingat jelas, di kehidupan sebelumnya, segala bukti pengkhianatan sempat muncul… tapi dihancurkan sebelum rakyat percaya.

Kali ini, dia harus lebih licik dari para ular istana.

---

Munculnya Sekutu Lama

Tiba-tiba, ketukan pelan terdengar di pintu persembunyian. Semua refleks memegang senjata.

Suara familiar menyusul.

“Tenang, ini aku… Silas.”

Pintu dibuka perlahan, memperlihatkan sosok Silas Veyne, mantan informan Kultus yang kini bermain di area abu-abu. Wajahnya tetap setengah tertutup topeng, senyum sinis tak pernah absen.

“Sepertinya kalian lagi butuh… ah, katalis kekacauan,” ucapnya sambil mengangkat gulungan kertas bersegel.

Aedric menyipitkan mata. "Apa itu?"

Silas melempar gulungan itu ke meja. "Daftar nama pejabat, bangsawan, dan pengusaha yang terhubung dengan Kultus. Termasuk mereka yang... lebih suka berpura-pura nggak tahu."

Evelyn buru-buru membuka gulungan itu. Matanya membesar. "Ini… kalau dipadukan dengan dokumen Ivar, cukup buat bakar separuh istana."

Aedric memandangi Silas tajam. "Apa motifmu?"

Silas menyeringai. "Aku muak jadi bidak. Lagipula, dunia ini lebih seru kalau sedikit kacau, bukan?"

---

Strategi Perang Informasi

Dengan semua data di tangan, Aedric dan timnya menyusun rencana ganda:

✔ Menyusup ke Balai Guild Lowen, tempat di mana para petualang, pedagang, dan informan berkumpul—pusat arus informasi rakyat.

✔ Menggunakan jaringan Lorian Kess, mantan jurnalis, untuk menyebarkan kebenaran melalui lembaran selebaran dan pesan rahasia.

✔ Sementara itu, Evelyn dan Thorne menyelidiki siapa saja di dalam istana yang masih bisa dipercaya.

Semua langkah itu harus dilakukan diam-diam, sebelum Lord Ivar sempat menghapus jejak atau memutar balik opini publik.

---

[Sistem: Misi Sampingan - Perang Informasi Dimulai]

✔ Kumpulkan dukungan rakyat dan faksi independen.

✔ Sebarkan bukti korupsi dan keterlibatan Abyss.

✔ Hindari deteksi langsung oleh pihak Istana.

✔ Dampak Sukses: Meningkatkan peluang menghentikan Ritual Festival.

✔ Waktu Tersisa: 54 Hari 17 Jam 45 Menit.

---

Balai Guild Lowen - Sarang Informasi

Dua malam kemudian, Aedric dan Lorian tiba di Balai Guild. Tempat itu riuh rendah, penuh dengan petualang kasar, informan licik, dan penjudi. Bau alkohol, asap, dan keringat memenuhi udara.

Lorian menyelip di antara kerumunan, berbisik ke telinga orang-orang tertentu, menyelipkan selebaran ke tangan-tangan tersembunyi.

Aedric duduk di pojok, mengamati. Di meja seberang, dua orang membicarakan rumor tentang Lord Ivar. Di sudut lain, seorang penyair jalanan mulai menyanyikan lagu satire tentang "Bayangan di Balik Tahta".

Rantai informasi mulai bergerak.

Namun, tak lama, seorang pria bertudung hitam mendekati Aedric. Matanya mencurigakan.

"Kau Aedric Kael, ya?"

Aedric tak bergerak. "Tergantung siapa yang nanya."

Pria itu meletakkan kertas kecil di meja, lalu pergi secepat dia datang.

Aedric membuka kertas itu. Di dalamnya tertulis:

> "Mereka tahu.

Lowen bukan lagi kota yang aman.

Ada yang menunggumu di Menara Obsidian, malam besok.

Sendiri, atau semuanya berakhir."

---

Kembali ke Persembunyian

Aedric memaparkan pesan itu pada timnya.

Evelyn menggertakkan gigi. "Menara Obsidian? Itu markas para penyihir elit. Kalau ini jebakan… kita nggak bakal keluar hidup-hidup."

Thorne menimpali, "Atau… ini jalan pintas buat hancurin jantung kekuasaan mereka."

Garret menghela napas, menyenderkan diri. "Sendirian ke sana? Kau bener-bener mau?"

Aedric menatap mereka semua, lalu ke arah Seraphine yang masih terbaring. Luka Abyss di tubuhnya berdenyut samar, seolah jadi pengingat waktu mereka yang terus menipis.

"Kita nggak punya pilihan lain," ucap Aedric tegas. "Aku akan ke Menara itu."

---

[Sistem: Situasi Khusus - Undangan Berbahaya di Menara Obsidian]

✔ Hadiri pertemuan rahasia di Menara Obsidian.

✔ Identitas lawan/sekutu: Tidak Diketahui.

✔ Risiko Ekstrim.

✔ Potensi Imbalan: Akses ke jaringan kekuatan tersembunyi Lowen.

---

Aedric menatap peta kota, matanya dingin.

Lowen semakin mendekati titik didih, dan dia akan pastikan, kali ini, kota itu tidak tenggelam ke dalam bayangan... meski harus menantang maut sendiri.