kenapa aku bisa di sini?

Suatu hari di Jepang, seorang anak berumur 16 tahun bernama Zeiyu Shiranagi sedang pulang menuju rumah setelah berbelanja di supermarket. Ia membawa beberapa snack dan minuman.

"Yah, keliatannya uangku masih cukup untuk besok. Sambil nunggu setoran dari orang tua, lebih baik aku main game RTS. Aku belum menang dari kemarin."

Zeiyu menghitung uang di dompetnya sambil berjalan. Namun hari itu, keberuntungan tidak berpihak padanya. Ia tiba-tiba dikejar perampok saat sedang berada di atas jembatan.

"Sial, kenapa harus aku!!"

Ia menoleh ke belakang untuk melihat kejaran, namun tidak memperhatikan jalan di depannya.

"Aduh!!”

Ia menabrak tiang lampu dan terjatuh dari jembatan. Tubuhnya membentur keras permukaan di bawah, membuat kepalanya pusing.

"Aku... tak bisa berpikir sekarang...."

Di tengah rasa sakit itu, tiba-tiba muncul cahaya biru di sekitarnya.

"Apa yang terjadi sebenarnya...?"

Belum sempat memahami apa pun, Zeiyu pingsan.

Ia terbangun di bawah sebuah pohon di tengah padang rumput luas. Di kejauhan, tampak sebuah desa yang berada dekat sungai.

"Di mana aku...? Kenapa aku bisa ada di tempat seperti ini...? Apa ini mimpi?"

Zeiyu menampar pipinya sendiri.

"Oke... ini nyata. Jadi, apa yang harus kulakukan sekarang? Aku harus cari tahu."

Ia berjalan menuju desa dengan mengenakan kaos putih polos yang kini tampak kusam. Setelah sampai, ia bertanya pada seorang warga tua di sana.

"Mohon maaf, Tuan. Ini desa apa, ya?"

Orang tua itu menjawab,

"Ini desa Virnath."

Zeiyu kembali bertanya,

"Desa Virnath? Sepertinya asing bagiku. Desa ini bagian dari negara apa?"

"Desa ini sekarang bagian dari Imperial Norgerath. Dulu wilayah ini milik Kerajaan Vosterland, tapi karena berada di perbatasan, desa ini dikuasai lebih dulu sebelum Vosterland sepenuhnya hancur."

Zeiyu kaget. Ia sadar bahwa tak ada kerajaan bernama Norgerath di dunia yang ia kenal.

"Sepertinya ini tak baik. Jika ini dunia lain... kemungkinan kembali juga sulit."

Tubuhnya mulai melemah karena belum makan apa pun selama dua hari. Ia jatuh di tengah jalan.

Saat terbangun, Zeiyu sudah berada di sebuah rumah kayu tua. Di dekatnya, ada seorang pria paruh baya yang sedang menyiapkan makanan.

"Aku... di mana? Dan... siapa kau?"

Pria itu menoleh dan menjawab,

"Kau berada di rumahku. Namaku Alden Morin, mantan petualang. Aku melihatmu jatuh di jalan depan rumahku, jadi kubawa ke sini."

Alden mendekat sambil membawa sepotong roti dan segelas air.

"Ini, makanlah. Kau terlalu lemah untuk berjalan, anak muda."

Zeiyu langsung menyantap roti itu dengan lahap.

"Terima kasih, Tuan Alden. Kau benar-benar menyelamatkan hidupku."

Alden bertanya,

"Sepertinya kau bukan orang sini. Kau dari mana?"

"Aku... dari Jepang, Tuan."

"Jepang? Aku tak tahu itu kerajaan mana. Tapi yang pasti, kau sepertinya tersesat."

"Mungkin. Aku juga tak tahu harus apa. Aku tak punya rumah... tak punya siapa-siapa di sini."

"Kau boleh tinggal di sini, asalkan kau mau membantuku mengurus ladang. Sebagai gantinya, kau akan dapat makan dan tempat tinggal."

Zeiyu menerima tawaran itu, dan sejak hari itu, ia tinggal bersama Alden.

Keesokan paginya, Zeiyu bangun pukul enam dan sarapan, lalu pergi ke ladang bersama Alden. Ia mulai membantu sebagai petani.

"Bertani tidak buruk juga. Aku merasa lebih segar daripada duduk di depan komputer sepanjang hari."

Alden yang melihat semangat Zeiyu pun berkata,

"Zeiyu, apakah kau mau kuajari cara bertarung dan teknik sihir?"

Zeiyu terkejut.

"Tunggu? Dunia ini ada sihir!? Tentu saja, aku ingin mempelajarinya!"

Ia menjawab dengan antusias.

Alden semakin yakin bahwa Zeiyu memang bukan berasal dari dunia ini. Dari cara berbicara dan penampilannya, ia tahu: ini adalah anak dari dunia lain.

Suatu sore, setelah pulang dari ladang, Alden mulai melatih Zeiyu menggunakan pedang dan mengajarkan teknik dasar bertarung. Zeiyu awalnya kesulitan, terutama dalam menghindar dan menebas dengan akurat, tapi ia tetap bersemangat.

"Itu cukup sulit, tapi aku suka... walaupun aku masih sering gagal mengenai Alden."

Ujarnya sembari berbaring di tempat tidur.

Hari-hari berlalu. Seperti biasa, Zeiyu bangun pagi, jogging di sekitar desa agar lebih bugar, membantu di ladang, dan berlatih pedang bersama Alden di sore hari.

Hingga akhirnya, ia mulai belajar sihir dasar.

Hari kelima di Desa Virnath, Zeiyu mulai belajar tentang sihir bersama Alden.

Sebelum memulai, Alden sempat bertanya:

Kau tahu elemen apa yang kau miliki, Zeiyu?”

Namun Zeiyu menggeleng. Ia belum tahu sama sekali.

Melihat itu, Alden memutuskan untuk langsung memperkenalkan elemen Tanah padanya:

Kalau begitu, kita mulai dari elemen Tanah dulu. karena elemen ku adalah Tanah dan Angin."

Akhirnya setelah Zeiyu mencoba mempelajari elemen tanah, dan akhirnya ia berhasil

"Lihat, Alden! Aku bisa memunculkan tanah dari bawah!"

Zeiyu menunjukkan kemampuannya dengan ekspresi senang.

Alden memperhatikan dengan bangga.

"Kelihatannya kau sudah menguasai sihir dasar elemen Tanah. Tapi tahukah kau, elemen ini tidak hanya bisa memunculkan tanah. Ia bisa menciptakan berbagai material alami di planet ini seperti besi, batu, bahkan logam langka."

Mata Zeiyu berbinar.

Ia sadar, dunia ini... penuh kemungkinan.

Akhirnya Alden mengambil kesimpulan pertama nya tentang Zeiyu dan berpendapat bahwa elemen yang di miliki Zeiyu adalah elemen Tanah.