Terdengar ratusan langkah mendekati Desa Virnath. Para penduduk yang sedang menikmati malam bersama teman dan keluarga tiba-tiba merasakan sebuah kehadiran yang tidak diinginkan.
Seorang penjaga desa menyipitkan mata ke kejauhan. Cahaya kecil bergoyang dari balik pepohonan. Obor.
Lalu,
BOOM!
Sebuah bom sihir menghantam sisi utara desa, menghancurkan sebuah rumah warga. Jeritan terdengar. Api membubung ke langit. Malam itu berubah jadi neraka.
Seketika itu juga, Alden, Garmel, Zeiyu, Lecraa, dan warga lainnya keluar dari rumah mereka.
Garmel:
"Sepertinya ada yang salah..."
Lecraa:
"Tunggu, mereka bukannya..."
Namun ucapan Lecraa terpotong oleh kenyataan mengerikan, pasukan Norgerath telah mengepung Virnath dari tiga sisi. Obor-obor mereka seperti barisan iblis dari neraka.
Dari langit, ratusan panah sihir meluncur.
SWOOOOOOSH!
Lecraa mengangkat tangan, menciptakan penghalang sihir refleksif. Namun, karena butuh waktu untuk menciptakan penghalang seluas desa Virnath, jadi lingkupnya kecil, tak cukup untuk melindungi semua warga. Panah-panah menghujani rumah, tubuh, dan jalanan desa.
Beberapa warga yang tak sempat berlindung roboh. Darah mengalir di jalan-jalan yang tadi sunyi.
Lecraa:
"Sial, Aku Terlambat!!!"
Ratusan tentara Norgerath pun menyerbu desa dari arah selatan, barat, dan utara. Seketika, terjadi pertempuran sengit antara warga desa melawan Norgerath.
Zeiyu, gemetar dan terkejut, langsung masuk ke rumahnya. Ia meraih pedangnya, lalu berlari keluar.
Zeiyu dengan penuh tekad:
“Mereka kembali… Aku harus menyelamatkan teman-temanku. Sekarang juga!”
Ia berlari menuju rumah Regar, namun dihadang seorang tentara Norgerath dengan wajah penuh ejekan.
Tentara Norgerath:
"Kau mau ke mana, bocah? Kau akan mati di sini. Dasar hama."
Zeiyu menyerang cepat. Tebasannya dihujamkan bertubi-tubi, namun musuh menangkis semuanya. Lalu, si tentara mengayunkan Tebasan Energi, gelombang sihir yang mampu memotong baja.
Zeiyu menunduk, lalu memunculkan besi dari tanah, menjebak kaki musuh.
CRANK!
Namun si tentara menebasnya lagi dengan sihir yang menghancurkan besi itu. Ia lalu mengikat tangan Zeiyu dengan sihir tali dan menariknya dengan kasar.
Tiba-tiba, Harven muncul dari belakang dan menebas pergelangan kaki tentara itu.
CRACK!
Darah muncrat. Tentara itu terhuyung.
Regar muncul dan bersamaan dengan Harven meluncurkan sihir petir.
ZAAAPP!!
Tubuh musuh tersentak keras sebelum jatuh tak bergerak.
Regar yang terengah-engah:
“Kalian tak apa-apa, kan?”
Harven:
“Kami baik-baik saja. Tadi finishingnya keren.”
Zeiyu dengan perasaan Lega:
“Hampir saja… Untung ada kalian.”
Regar:
“Bagaimana Tuan Garmel, Alden, dan Lecraa?”
Zeiyu:
"Mereka sedang bertarung... Sepertinya ada yang hilang..."
Zeiyu berpikir sejenak, lalu terkejut.
Zeiyu:
"Mira!!! Kita harus menyelamatkannya!"
Mereka bertiga langsung berlari ke arah rumah Mira. Dari jauh, mereka melihat Mira berjuang sendirian, menembaki assassin Norgerath yang mendekat cepat.
Saat musuh melakukan dash mematikan,
BRAKK!
Zeiyu menciptakan tembok besi di hadapan Mira. Assassin itu menghantamnya dan terhuyung, mungkin tulangnya retak.
Mira mengikatnya dengan sihir akar. Harven menyelesaikan dengan tebasan ke kepala.
Mira yang gemetar tapi juga lega:
“Terima kasih… kalian menyelamatkanku.”
Zeiyu:
“Bergabunglah dengan kami. Kita harus bantu yang lain.”
Mereka berempat menuju sisi barat desa dan melihat bahwa jumlah pasukan Norgerath jauh lebih banyak dari warga desa, jelas tidak mungkin menang. Tanpa disadari, lima tentara Norgerath menyerang mereka. Zeiyu, Mira, Regar, dan Harven pun terlibat pertempuran satu lawan satu. Saat satu tentara mencoba menyerang dari belakang, Lecraa tiba-tiba membekukannya.
Pertarungan terus berlangsung, dan desa mulai kalah. Alden menyarankan Zeiyu dan yang lain untuk pergi. Alden, Garmel, Lecraa, dan beberapa warga bertahan walau kalah jumlah. Wanita, anak-anak, dan lansia melarikan diri melalui perbatasan timur menuju kota Norvorensa.
Zeiyu dan kawan-kawan berlari ke arah timur, tapi mereka melihat seorang gadis kecil yang dikejar oleh tentara Norgerath.
Saat panah diluncurkan ke arah gadis itu, Harven mencoba menangkisnya, tapi gagal. Panah itu menancap tepat di kepalanya.
Mira segera menggendong sang gadis, sementara Zeiyu melakukan dash ke belakang tentara itu dan menusuknya, lalu menjebak kakinya dengan tanah hingga musuh itu tewas perlahan.
Melihat kondisi Harven yang sudah tak tertolong, Zeiyu mencoba menolong, tapi terlambat.
Zeiyu:
"HARVEN!!! Jangan tinggalkan kami!"
Dari kejauhan, Zeiyu melihat Alden terjebak oleh sihir rantai lalu tewas setelah terkena sihir ledakan dari seorang mage Norgerath. Zeiyu syok dan tak percaya, sosok guru sekaligus ayah baginya telah mati. Namun, ia tak bisa berbuat apa-apa.
Garmel yang masih bertarung memerintahkan warga yang tersisa untuk kabur. Beberapa berhasil, tapi banyak yang tetap terjebak dan bertarung hingga darah penghabisan.
Namun, tiba-tiba Garmel ditusuk oleh seorang assassin Norgerath yang muncul dari belakang, dan ia pun tewas.
Lecraa menyadari tidak ada harapan lagi, lalu berlari ke perbatasan timur. Ia melihat Zeiyu, Mira, dan Regar, lalu berteriak:
Lecraa:
"Kalian semua, cepat kabur menuju perbatasan timur dan pergi ke Kota Norvorensa!!"
Mereka pun lari dan berhasil kabur. Dari kejauhan, Desa Virnath terbakar hebat karena sihir api dari para mage Norgerath. Lecraa menyuruh mereka untuk terus berlari ke arah kota.
Ia sendiri berdiri di atas bukit, Angin Menerpa Jubah nya, Lecraa memastikan tidak ada yang tersisa.
Ketika semuanya telah pergi, ia mengeluarkan ultimate-nya, yaitu Infernal Cataclysm, sebuah ledakan super dahsyat yang bisa menghancurkan satu desa.
Lingkaran sihir raksasa muncul di atas Desa Virnath bagian barat. Tentara Norgerath yang melihatnya langsung ketakutan.
Beberapa saat kemudian, ledakan maha dahsyat menghancurkan desa. Hampir seluruh dari 1000 tentara Norgerath tewas, termasuk para mage yang tak sempat memasang sihir pelindung.
Lecraa:
"Setidaknya mereka semua mati, walau kami kalah. Alden, Garmel, dan warga lain... maafkan aku telah menghancurkan Virnath. Tapi ini demi kalian juga..."
Lecraa lalu pergi menyusul Zeiyu dan yang lain menuju Kota Norvorensa.
Namun, tidak semua warga pengungsi menuju Norvorensa. Sebagian justru pergi ke kota kecil di antara Virnath dan Norvorensa, yaitu Kota Revor.
Di sana, Zeiyu dan warga lainnya diterima dengan baik. Mereka diberi tempat pengungsian sementara di tengah malam yang dingin. Warga Kota Revor bersimpati karena sama-sama bangsa Vosterland.
Di tenda pengungsian, Zeiyu duduk bersama Mira dan Regar. Wajahnya berlumuran darah dan trauma.
Zeiyu:
"Ini tak mungkin nyata, kan?! Katakan jika ini bohong!"
Mira (menangis):
"Ini nyata, Zeiyu... Dan... Ayahku yang sedang bertarung pun tak selamat..."
Regar:
"Aku... Ayah, ibu, dan adikku tak selamat. Ayahku melindungiku dari assassin Norgerath... hanya aku yang selamat..."
Suasana tenda pengungsian dipenuhi suara tangisan dan kesedihan dari warga Virnath.
Lecraa datang dan berkata:
Lecraa:
"Maafkan aku... aku tak bisa menyelamatkan semua orang. Aku juga gagal melindungi Tuan Garmel dan Alden..."
Zeiyu:
"Ini bukan salah siapa pun di sini... Ini salah Norgerath. Mereka benar-benar kejam. Aku tak percaya Alden mati. Dia satu-satunya orang yang peduli pada semua orang... Namun dia mati untuk melindungi kami..."
Malam itu, mereka semua tidur dalam trauma yang mendalam, disertai angin dingin yang menusuk.