Su Yue Ingin Menjadi Nyonya Bos?

Sebenarnya Li Chen masih punya banyak pilihan toko atau ruko yang bisa dibeli di sekitar sini. Namun melihat gelagat pria paruh baya itu, dia merasa bahwa sebenarnya dia hanya perantara, atau mungkin hanya pemilik usahanya saja, yang mungkin bekerjasama dengan pemilik asli bangunan restoran ini. Jadi Li Chen berniat untuk menghubungi pemilik bangunan dari restoran ini, demi mendapatkan harga yang lebih murah.

Pria itu masih terus berbicara dan bernegoisasi dengan Li Chen. Hingga akhirnya Li Chen memberanikan diri bertanya, "Bisakah anda memberikan kontak pemilik bangunan restoran ini? Saya ingin berbicara langsung saja padanya."

Pria itu sedikit terkejut dengan tebakan akurat Li Chen. Namun akhirnya, dia dengan enggan memberikan nomor pemilik bangunan aslinya.

Kemudian Li Chen segera menelpon nomor tersebut, yang langsung mendaptkan jawaban di seberang.

"Halo, siapa ini ya?" suara sahutan di seberang terdengar.

"Halo, nama saya Li Chen. Saya ingin membeli restoran anda di Jalan Tianwei No.114." Li Chen langsung mengutarakan maksudnya tanpa basa-basi.

"Oh, bos Li. Baik. Berapa harga yang bisa anda tawarkan?" suara diseberang terdengar sopan saat memanggilnya "bos".

"180.000 yuan." Li Chen mematok.

"Terlalu rendah. Maaf bos Li. Saya rasa, saya tidak akan melepas di harga tersebut."

"Benarkah? menurut saya harga tersebut sangat masuk akal. Di sini adalah Jalan Tianwei. Pengunjung yang melewati jalan ini juga jarang, sehingga mempengaruhi performa toko-toko disini, yang akhirnya menyebabkan harga sewa juga anjlok. Sudah begitu, hal ini juga berpotensi pada seringnya penyewa itu berganti. Sehingga anda kesulitan mendapatkan penghasilan yang stabil." Li Chen menyanggah.

"Dibandingkan dengan jalan komersial di daerah sekitar sini, Jalan Tianwei menjadi semakin tidak menjanjikan. Harga sewa disini akan terus mengalami penurunan, yang berarti juga menurunkan harga aset anda." Li Chen melanjutkan.

"Lebih baik anda segera menjualnya kepada saya. 180.000. itu lebih baik dibandingkan mengulur waktu dan nanti akan semakin rendah."

"Yang anda katakan masuk akal bos Li, tetapi harga final memang perlu dibicarakan dengan hati-hati. Jadi mari kita tentukan 280.000. Saya akan melepasnya." kata pemilik itu, berusaha mempertahankan harga tertinggi.

Li Chen, "Tidak mungkin. Hanya 180.000. Jika anda bersedia menjualnya, silahkan hubungi saya kembali. Saya akan mempertimbangkan dan mencari toko yang lain dulu, permisi."

Dia menutup telepon dengan tegas, memberi ultimatum negoisasi. Apa yang menjadi maksud dan keinginannya sudah dikatakan dengan jelas. Jika terus-menerus berbicara, akan mebmuang-buang waktu.

Dan jika Li Chen menunjukkan sikap yang sangat ingin membeli, penjual pasti akan teguh pada pendirian di harga tertinggi dan tidak akan melepaskannya.

Inti dari tawar-menawar adalah bagaimana kamu memperlihatkan kondisi yang hanya sekedar "ingin" membeli tanpa terlihat membutuhkan. Dengan cara ini, penjual tidak akan berani memasang harga tinggi.

Li Chen kemudian menurunkan teleponnya dan berkata pada pria paruh baya itu, "Kami belum mencapai kesepakatan. Jadi saya tidak jadi mengambil alih toko dan bisnis anda."

Pria itu menunjukkan wajah kecewa. Dia sebenarnya benar-benar ingin mengalihkan bisnisnya juga sekalian tempat ini. Pemilik bangunan adalah temannya, mereka mempunyai maksud yang sama. Untuk apa beroperasi di jalan yang tidak ada potensinya? Siapa yang ingin terus bertahan tanpa pamrih?

Sepengetahuan pria itu, saat ini, banyak anak muda yang mulai membuka bisnis. Meskipun pada akhirnya banyak yang gagal karena menghadapi "kenyataan". Dia melihat Li Chen adalah orang yang seperti itu. Seorang anak muda yang mempunyai ambisi dan ego, ingin menantang dunia dan menjadi bos bagi diri sendiri tanpa harus bekerja di bawah perintah orang lain.

Jika anak muda ini berfikir dapat sukses setelah menghitung dan mempertimbangkan riset pasar. Mengubah sampah menjadi harta karun, maka pikirannya masih terlalu dangkal. Banyak pembisnis pemula yang berfikir seperti itu. Pada akhirnya mereka terjebak. Ketika mereka menyadarinya dan ingin keluar dari kenyataan itu, mereka sudah kehilangan sebagian besar uang dan investasi mereka.

Pria itu adalan salah satu orang yang pernah mengalaminya, jadi dia mengetahuinya. Namun, dia tidak menceritakannya di depan Li Chen, karena takut Li Chen mengundurkan niatnya.

"Jika anda masih ingin menjualnya, anda sebaiknya membatu saya untuk membujuk pemilik bangunan restoran ini. Selama harga yang saya ajukan disetujui, saya akan segera mentransfer uangnya."

"Baik, saya akan membantumu membujuk pemilik bangunan ini."

"Terimakasih." Li Chen berbalik dan pergi.

Dia melanjutkan menyusuri Jalan Tianwei, melihat-lihat toko lain. Dia tidak terburu-buru. Pengumuman dari pemerintah juga masih pekan depan, masih ada waktu.

Setelah beberapa waktu berjalan, Li Chen merasa haus. Kebetulan di dekatnya ada yang menjual Es Teh Susu (mungkin semacam teh tarik). Dia membeli satu cup untuk menghilangkan dahaganya.

Ting!

Tiba-tiba smartphone-nya berbunyi, ada pesan WeChat yang masuk. Li Chen menyalakannya. Ternyata pesan dari istrinya. Tidak tahu apa yang terjadi sehingga dia mengirimkan pesan. Li Chen kemudian membuka pesan itu:

"Sayang, kamu sedang ngapain?" Li Chen tersenyum membacanya, dia kemudian mengetik,

"Aku sedang memikirkan istriku..:)"

""Dasar mesum, menjijikkan."

"Aku mengatakan yang sebenarnya."

Menyadari reaksi istrinya yang kekanak-kanakan, Li Chen tertawa senang. Inikah rasanya menjadi pengantin baru?

Padahal mereka baru berpisah selama 2 jam. Su Yue sudah mengiriminya pesan untuk menanyakan kabarnya. Dia sepertinya sangat merindukannya.

"Sayang, apakah kamu merindukanku?" Li Chen mengetik, bertanya.

"Tentu saja" balas Su Yue.

"Untung saja aku bukan bosmu. Kalau tidak aku pasti akan menegur dan mengkritikmu karena kamu tidak bekerja dengan baik dan merindukan suamimu sepanjang hari,"

"Hei..hei... Suamiku jahat sekali." (。•́︿•̀。)

"“男不坏,女不爱” (nán bù huài, nǚ bù ài)

“Kalau pria tidak nakal , wanita tidak akan mencintainya.” Li Chen mengetikkan sebuah pepatah.

"Dasar!" balas Su Yue.

Li Chen melanjukan percakapannya dengan Su Yue. Mengucapkan beberapa kata cinta, rayuan, dan candaan. Tentu saja hal ini akan menghantarkan hubungan suami-istri menjadi lebih baik.

Meskipun kata-kata yang diucapkan terlihat jahat dan kasar, tapi jika dalam konteks kasih sayang, justru akan berhasil membangkitkan tawa.

"Istriku, apakah kamu ingin menjadi nyonya bos?" Li Chen bertanya.

"Kenapa kamu bertanya begitu, suamiku?"

"Sebenarnya, aku sedang mencari toko untuk memulai usaha, mungkin saja aku akan segera menjadi bos." Jelas Li Chen.

"Benarkah?"

"Tentu saja."

"Kalau begitu aku akan menantikannya, aku akan segera menjadi nyonya bos :). Tapi, suamiku, apakah kamu punya uang untuk memulai usahanya? Kalau tidak punya, aku akan memberikan uangku kepadamu. Meskipun uangku tidak terlalu banyak, aku masih mempunyai beberapa puluh ribu." Su Yue menawarkan.

"Tidak..tidak perlu, istriku. Aku punya uang, tidak perlu meminta darimu."

"Oke, baiklah. Aku harus bekerja, kita sudahi obrolannya dulu."

"Oke. Selamat bekerja, istriku..."

"Terimakasih, suamiku."

Li Chen mematikan ponselnya dan tersenyum bahagia. Istrinya selalu percaya padanya. Tidak hanya mengkritiknya karena memulai berbisnis, bahkan sangat mendukungnya.

Harus diketahui, memulai bisnis itu sangatlah sulit. Tidak ada bedanya dengan medan pertempuran. Sekali terjun, harus siap untuk gugur. Istrinya tidak hanya tidak mengkritiknya. Dia bahkan rela menghabiskan seluruh kekayaanya untuk mendukungnya.

Ini adalah dukungan tanpa syarat! Kepercayaan seperti ini sungguh membuat hati hangat dan nyaman.

Mungkin jika diucapkan, kata percaya itu terlihat sangat mudah. Namun, pada kenyataanya sangat sulit dilakukan. Bahkan pasangan yang sudah lanjut usia pun, mungkin enggan menyerahkan kartu banknya kepada pasangannya untuk dikelola.

Istrinya ini seperti menggenggam bilah pedang dengan telapak kosong, tak peduli luka, asal orang yang dicintainya tidak terkena gores, dia bahagia. terlihat bodoh dan naif.

Namun dia adalah mahasiswi berprestasi, jelas tidak bodoh.

Li Chen memantapkan pada hatinya, 'Aku tidak bisa membiarkan dan mengecewakan gadis konyol ini. Aku ingin dia menjadi wanita paling bahagia di dunia.'

Li Chen kemudian menghabiskan Es Teh Susu yang dibelinya. Ia terpikirkan ingin membelikan Teh Susu juga kepada Istrinya. Jadi dia memesankan Su Yue satu cup Es Teh Susu melalui platform pengantar makanan&minuman. Istrinya pasti sedang bekerja keras, tidak ada salahnya mengirimkan hadiah untuk kenyamanannya.

***

Duuu....Duuu...Duuu...!

Tiba-tiba nada dering ponselnya berbunyi. Ada panggilan masuk. Li Chen melihatnya, ternyata dari pemilik bangunan restoran BBQ. Li Chen sudah berharap pemilik itu akan menelepon, tapi dia tidak menyangka akan secepat ini.

Dengan panggilan yang secepat ini, mungkin saja pemilik khawatir dia akan benar-benar mencari toko atau ruko lain dan tidak jadi membeli rukonya. Karena dia juga tahu keadaan para pemilik bangunan di Jalan Tianwei ini, juga berharap tokonya bisa terjual. Lagipula kecuali Li Chen, tidak ada yang tahu bahwa Jalan Tianwei akan naik nilanya.

Li Chen menyentuh icon hijau, menerima panggilan.

"Halo, bos." Li Chen menyapa terlebih dahulu.

"Halo, bos Li. Saya sudah memikirkannya dengan matang. Saya bisa menjual toko saya kepada anda."

"Baiklah. Saya akan menawarkan 200.000. Namun juga sekaligus untuk biaya pengalihan usaha. Silahkan bisa dibicarakan dengan pemilik usaha. Kalau tidak ada masalah, kita bisa langsung pergi ke Kantor Manajemen Properti untuk menyelesaikan formalitasnya."

"Baik, tidak masalah."

Meskipun pemilik bangunan bertanya-tanya kenapa Li Chen tidak mengurusnya sendiri langsung dengan temannya, pemilik usahanya, tapi dia tidak bertanya. Toh itu tidak sulit. Lagipula Li Chen juga akan membayar 200.000 yuan. Jadi tidak masalah dia melakukannya untuk Li Chen.

Setelah itu, Li Chen datang lagi ke restoran BBQ tadi. bertemu dengan kedua pemilik usaha dan bangunannya. Kemudian setelah mendiskusikan beberapa detail yang diperlukan. Mereka pergi bersama ke Kantor Manajemen Properti untuk menyelesaikan prosedur.