bab 9, wisuda dan janji

Pesantren dan Pataka: Kisah Seorang Santri Perwira - Bab 9: Wisuda dan Janji

Hari wisuda tiba. Suasana di lapangan upacara Akademi Kepolisian (Akpol) sangat khidmat. Para wisudawan berdiri tegap dalam barisan yang rapi, mengenakan seragam polisi lengkap dengan pangkatnya. Fahri, dengan seragamnya yang baru, merasa bangga dan haru. Ia telah berhasil menyelesaikan pendidikannya di Akpol dengan hasil yang memuaskan. Ia telah melewati berbagai ujian dan tantangan, baik secara akademik maupun fisik, serta ujian moral dan etika.

Kyai Hamid dan beberapa teman-temannya dari pesantren hadir untuk menyaksikan wisudanya. Mereka duduk di tribun penonton, menyaksikan Fahri dan teman-temannya menerima ijazah dan tanda pangkat. Tatapan bangga dan haru terpancar dari wajah Kyai Hamid. Ia merasa sangat bangga atas keberhasilan Fahri.

Setelah upacara wisuda, Fahri dan teman-temannya mengucapkan sumpah janji sebagai perwira polisi. Mereka berjanji untuk mengabdi kepada negara dengan setia, menegakkan hukum dengan adil, dan melindungi masyarakat dengan tulus. Fahri mengucapkan sumpah tersebut dengan penuh khidmat, mengingat kembali semua pelajaran dan pengalaman yang telah ia lalui.

Ia teringat akan masa-masa di pesantren, teringat akan dukungan dan doa dari Kyai Hamid dan teman-temannya. Ia juga teringat akan berbagai tantangan dan rintangan yang telah ia lalui selama pendidikan di Akpol. Semua itu telah membentuknya menjadi seorang perwira polisi yang tangguh, berintegritas, dan berpegang teguh pada nilai-nilai agama dan kemanusiaan.

Setelah wisuda, Fahri kembali ke kampung halamannya. Ia mengunjungi pesantren Al-Falah, bertemu dengan Kyai Hamid dan teman-temannya. Ia menceritakan pengalamannya selama di Akpol, berbagi cerita suka dan duka, dan mengucapkan terima kasih atas semua dukungan yang telah mereka berikan. Kyai Hamid memberikan nasihat dan doa restu untuk masa depannya sebagai seorang perwira polisi.

Fahri menyadari bahwa wisuda bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan awal dari sebuah pengabdian yang lebih besar. Ia akan menjalankan tugasnya sebagai perwira polisi dengan penuh tanggung jawab, berpegang teguh pada sumpah janji yang telah ia ucapkan. Ia akan selalu ingat akan nilai-nilai agama dan kemanusiaan yang telah ia pelajari di pesantren. Ia akan menjadi seorang polisi yang adil, bijaksana, dan melindungi masyarakat dengan tulus. Ia akan menjadi contoh bagi generasi muda, menunjukkan bahwa seorang santri mampu menjadi seorang polisi yang tangguh, berintegritas, dan mengabdi untuk negeri. Perjalanan panjangnya baru dimulai, namun ia siap menghadapi tantangan dan rintangan yang akan datang, dengan bekal ilmu, pengalaman, dan iman yang kuat. Pesantren dan pataka, dua dunia yang telah membentuknya menjadi seorang perwira polisi sejati.