Prolog: Pangkuannya

Hangat. Menenangkan. Perasaan ini, aku ingin merasakannya selamanya.

Saat ini, aku sedang berbaring di pangkuan seorang gadis yang sangat kucintai. Mimpiku terasa indah, bukan? Tertidur di pangkuan seorang gadis adalah impian kebanyakan lelaki. Dan aku berhasil mewujudkannya seperti mimpi.

Asahina Mei. Itu adalah nama pacarku. Aku yakin bahwa kami memang sudah ditakdirkan untuk bersama.

Aku juga tidak percaya bahwa semua ini nyata. Rasanya terlalu bagus, hingga aku tidak keberatan jika harus mati besoknya.

"Takahiro-kun, apa kau lelah?"

Suara Mei menembus telingaku. Nadanya terdengar khawatir, tapi responsku membuatnya bingung. Bagaimana tidak, aku malah tersenyum begitu lebar karena merasa senang.

Pacarku mengkhawatirkanku, siapa yang tidak merasa senang? Aku tidak pandai berbohong, jadi aku tidak bisa menyembunyikan perasaan yang begitu meluap-luap ini.

"Semua terbayarkan, kau tahu?"

Pada akhirnya, aku hanya menjawab singkat.

Sebelum Mei sempat merespons, aku langsung melanjutkan, "Semua rasa lelahku hilang begitu kau menawarkan pangkuanmu. Mei-san, aku mencintaimu. Apa pun akan kulakukan untukmu."

"Eh?! Takahiro-kun, ja-jangan membuatku malu."

Mendengar pengakuanku, suaranya jadi terbata-bata.

Aku yakin dia merasa malu, begitu juga denganku. Padahal, aku sudah banyak mengatakan hal serupa sebelumnya. Sepertinya dia belum terbiasa. Mungkin, dia juga belum sepenuhnya percaya.

Kami pun terdiam dalam beberapa saat.

Dari pangkuannya, pandanganku mengarah lurus ke langit biru. Cuacanya cerah, secerah suasana hati dan perasaanku saat ini.

Berkat kehangatan yang disertai dengan sensasi empuk dari pangkuannya, mataku jadi mengantuk. Sudah berapa lama aku tidak merasakan ketenangan ini?

"Mei-san, boleh aku tidur di sini?" tanyaku akhirnya, memecah keheningan.

Sembari mengelus rambutku dengan lembut, dia menjawab pelan, "Ya, tentu. Tidurlah selama yang kau mau, Takahiro-kun."

Sayang sekali, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Tubuhku jadi rileks karena elusannya. Bahkan mataku benar-benar berat saking rileksnya, sampai akhirnya aku tidak merasakan apapun lagi.

Jujur saja, aku bersyukur memiliki pacar yang sangat manis.

Gadis dengan bekas luka mencolok di pipinya ini. Dia adalah bintang dalam hidupku. Banyak yang tidak melihat keindahan di balik luka itu. Mereka hanya melihat Monster, bukan jiwa yang lembut dan penuh kasih.

Di titik ini, aku bersumpah untuk melindunginya. Tidak ada yang bisa menggoyahkan rasa cintaku. Aku akan melakukan apa pun... untuk membuatnya tersenyum, untuk melihatnya bahagia, bahkan jika itu berarti mengorbankan segalanya.