Bab I - TUNAS YANG MENGGODA (lite)

Pagi itu Mia melangkah ke ruangan Bos Gotis dengan napas yang belum tuntas sejak malam.

Ada sesuatu yang belum selesai.

Bukan laporan. Tapi rasa.

Rasa yang terus mengendap meski telah dicoba dilupakan bersama Dhani.

Tapi pagi ini berbeda.

Ruangan itu seperti menyimpan bara.

Dan saat mereka berdua kembali duduk dalam satu ruang, jeda di antara mereka tak lagi hening-tapi penuh arti.

Mia mencoba bicara ringan, tertawa kecil, menguji batas.

Bos Gotis, seperti biasa, hanya menjawab secukupnya. Tapi tatapannya...

Seolah sedang mengukur setiap inci keberanian Mia.

"Temenin aku sampai semua beres, ya?" katanya, menepuk map.

Profesional. Tapi menggantung.

Dan Mia-diam-diam berharap makna di balik kata itu lebih dalam.

Saat ia kembali membawa laptop, langkahnya sedikit melambat. Tak sengaja. Atau sengaja. Tapi ia ingin diperhatikan.

Menjelang siang, ajakan makan bersama terlontar dari bibir sang bos.

Sederhana. Tapi terlalu personal untuk ukuran hubungan mereka saat ini.

Mia ragu. Pikirannya melayang pada Dhani.

Tapi hati kecilnya... sudah lebih dulu menjawab sebelum logika sempat bicara.

Lalu, sesuatu terjadi.

Blazer itu.

Disampirkan di bahunya oleh tangan pria itu sendiri.

Bukan siapa-siapa, tapi satu-satunya yang bisa membuat Mia lupa siapa dirinya.

Tatapan mereka bertemu.

Dan dalam diam, mereka tahu:

Batas sudah mulai kabur.

Ironisnya, Aku Mau Tunas Ini Tumbuh!..