Hujan salju belum reda. Bahkan, semakin tebal. Namun di Gunung Es Terlarang, badai bukanlah halangan bagi seorang seperti Wuxian.
Ia berdiri di ujung tebing, tubuhnya tegak tanpa goyah. Di belakangnya, formasi sihir menyala samar, menciptakan perisai tipis yang menjaga satu-satunya pondok kecil di gunung itu. Tapi perhatian Wuxian tak tertuju ke pondok. Matanya menatap ke arah langit kelam di utara.
“Formasi penghalang Sekte Timur… mulai melemah?” gumamnya.
Aura asing tiba-tiba menyusup ke dalam wilayah sekte. Bukan aura manusia… melainkan binatang buas kuno. Bayangan hitam tampak melintas cepat di balik kabut. Bahkan langit sempat bergetar.
Di aula tetua, lonceng peringatan berbunyi. Suara dalam menggetarkan langit dan bumi.
“Binatang Roh Langit Tua telah bangkit!” teriak seorang tetua.
“Segel dimensi sebelah utara bocor! Kirim pasukan murid inti!”
Tetapi belum sempat mereka bergerak, bayangan panjang melesat menembus langit—menuju sumber gangguan.
“Siapa itu?” salah satu tetua terpaku.
Di atas langit es, Wuxian telah melompat dari puncak gunung. Tubuhnya seperti bayangan kelabu yang menyatu dengan badai. Di tangannya, seberkas cahaya hitam pekat menyala membentuk bilah seperti sabit terbalik.
“Bayangan… Kehampaan?” salah satu tetua bergumam ngeri.
Binatang roh yang muncul, seekor ular bersayap sepanjang dua puluh meter, melolong ganas saat melihat manusia mendekatinya. Tapi sebelum lolongannya selesai, satu langkah Wuxian sudah berpindah ke atas kepalanya.
Slash!
Satu tebasan, tidak berbunyi.
Dan tubuh raksasa itu membeku.
Bukan karena salju—tapi karena ruang di sekitarnya mendadak membatu, lalu pecah bersama tubuh binatang itu. Retakan dimensi perlahan menyatu kembali, seolah baru saja ditutup secara paksa.
Wuxian turun ke tanah, kakinya menyentuh salju yang kini mulai mereda.
Ia menatap langit sekali lagi, lalu membalikkan badan, berjalan kembali ke gunung.
Tetua dan murid inti hanya bisa terdiam.
Dia… seorang murid yang bahkan tak memiliki lencana resmi.
Namun hari itu, seluruh Dunia Inti Sekte Langit Timur tahu satu nama:
Wuxian.
Bayangan sunyi dari Gunung Es.