Chap 15 - Pemburu dari Utara

Langit Timur mulai memulihkan diri. Namun jauh di wilayah utara, tempat siang dan malam bercampur dalam kabut beku, sebuah aula besar dari es menggetarkan tanah saat gerbangnya terbuka.

“Belati itu… telah bangkit.”

Suara dalam dan berat menggema di aula. Di hadapan altar salju berdiri tiga sosok bertudung hitam. Di dada mereka, terukir lambang mata tertutup—simbol dari Bayangan Kaisar Utara.

“Target berada di Sekte Langit Timur.”

“Siapkan tim pemburu. Buka formasi teleportasi darurat. Tujuan: Gunung Es Terlarang.”

---

Sementara itu, Wuxian masih duduk bersila. Belati Kaisar Hitam mengambang di depannya, kini perlahan menyatu dengan energi spiritualnya. Tapi wajahnya tetap tenang. Dingin. Seolah tak ada yang berubah.

“...Mereka datang,” gumamnya pelan.

Dari balik kabut, tiga sosok melintas cepat, menembus penghalang gunung tanpa suara. Gerakan mereka seperti bayangan. Tidak menimbulkan angin, tidak meninggalkan jejak.

Tiba-tiba—

Teng!

Formasi pertahanan aktif. Lingkaran cahaya muncul dari tanah, menahan satu dari mereka.

Wuxian berdiri perlahan dari tempatnya.

"Bayangan Kaisar Utara…" ucapnya lirih. "Kalian cepat juga."

Salah satu pemburu mengangkat wajahnya. Mata mereka hitam legam, tak punya emosi.

“Berikan pusaka itu. Dan kami akan memberimu kematian yang tenang.”

Wuxian menatap mereka tanpa ekspresi. "Kematian... yang tenang?"

Tangannya perlahan terangkat. Belati itu menyala gelap, mengeluarkan desisan rendah seperti bisikan iblis.

“Maaf... tapi aku tidak suka diperintah.”

BRUAAAK!!

Satu gerakan. Tanpa peringatan, belati itu menghantam udara. Ruang sekitarnya bergetar dan satu dari tiga bayangan langsung meledak menjadi debu hitam.

Dua sisanya tak bereaksi, hanya bergerak bersamaan, menyerang dari kiri dan kanan.

ZRAAASH!!

Saling tebas. Tubuh Wuxian menghilang, muncul di belakang mereka.

Darah hitam menetes ke salju.

Dan untuk pertama kalinya, salah satu dari mereka bicara dengan nada ragu.

“...Mustahil. Gerakannya... melampaui batas manusia.”

Wuxian menatap mereka dari balik kabut yang terbelah.

"Aku bukan manusia."

---

Di kejauhan, langit mulai retak—bukan karena malam, tapi karena dimensi yang tak seharusnya bersatu... mulai terbuka.

Dan semuanya… berpusat pada satu nama:

Wuxian.