Cassian mengerutkan dahi. 'Tunggu dulu. Aku mengunjungimu beberapa kali di Eindhoven. Kau tidak pernah bilang kau kenal Mirabelle. Aku bahkan tidak pernah mendengarmu menyebut namanya.'
'Aku tidak tahu itu dia,' kata Ashton.
Yang dia ingat dari malam itu hanyalah wanita itu—kulit yang hangat, lengan yang kokoh—yang pasti menyadari ada sesuatu yang salah dengan dirinya.
Dia membawanya ke rumah sakit. Membayar tagihannya.
Lalu menghilang.
'Ketika aku terbangun,' kata Ashton, 'dia sudah pergi.'
Cassian berkedip. 'Jadi bagaimana kau tahu itu dia?'
'Aku menyuruh asistenku menyelidikinya.'
Saat dia melihat foto itu—Mirabelle Vance, mahasiswi desain di Universitas Eindhoven—dia langsung tahu.
Itu dia.
Gadis dari Florence.
Yang memiliki api tenang di matanya.
Cassian mencondongkan tubuh, matanya berbinar. 'Dan kemudian? Kau melacaknya dan mengajaknya kencan?'
'Kau benar untuk bagian pertamanya.'
Dia memang melacaknya. Harus.
Tapi dia tidak pernah mendekatinya.
Tidak saat itu.